Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

43. Serigala Abu-abu

3.1K 228 0
By Risennea

Tzevi benar-benar serius mengajarinya.

Ternyata, sihir itu lebih sulit dan rumit dari apa yang Calista bayangkan. Satu hari yang lalu saat Calista dan Tzevi belajar konsentrasi dengan meditasi—selama itulah Calista kurang tidur, ia merasa sangat kelelahan, karena setiap detik Tzevi akan memaksanya untuk berlatih. Mulai dari melayangkan benda, mengubah benda, memunculkan benda dari udara kosong, dan tak jarang usahanya selalu gagal melakukan apa yang Tzevi ajarkan. Bukan karena Calista tidak berkonsentrasi, hanya saja Calista kesulitan meraih energi sihir yang ada dalam dirinya.

Pagi-pagi ini Samcha mengajak Calista berkeliling di sekitar istana Beauvais. Ngomong-ngomong, mulai sekarang sudah Calista tinggal di istana Beauvais, lalu Samcha mengatakan akan memperlihatkan bahwa Negeri Beauvais adalah Negeri terindah. Semua orang di Beauvais begitu mengemari tumbuhan sehingga mereka menciptakan kebun dengan segala buah. Bahkan saat mereka sangat suka dengan tumbuhan, mereka beramai-ramai menciptakan tumbuhan herbal yang akan dijadikan ramuan juga mantra untuk para pohon yang diciptakan hidup. Mereka menyebutnya Para Aerlar. Samcha menceritakan tentang warna putih sangat dominan di Beauvais, hal itu dikarenakan warna putih adalah lambang kesucian. Juga dulu warna putih selaras dengan bangsa mereka yaitu Penyihir Putih.

Sejauh Calista melangkah bersama Samcha. Ia tidak bosan mendengar cerita gadis itu, Samcha tipe yang cerewet, namun cerewetnya mungkin bermanfaat. Tak jarang cerita yang Samcha katakan beberapa kali membuat Calista berdecak kagum.

"Sebenarnya, Para Aerlar biasanya —kami meminta mereka untuk membantu atau melakukan sesuatu yang sulit. Anda tahu, Putri. Mereka bisa membantu seorang penyihir pemula untuk berkonsentrasi lebih dalam, meraih energi sihir dalam tubuhnya. Apa anda ingin mencoba melakukannya?"

Calista menggaruk kening, ia terlihat  bingung. "Mencoba bagaimana?"

Mulut Samcha membuka, belum sempat gadis itu menjelaskan. Seekor binatang berbulu datang dari arah depan, berlari dan menubruk Calista. Kejadian itu tak bisa Calista elakkan, terlalu tiba-tiba, sehingga gadis itu terjatuh ke jalan rumput yang ia lalui. Kepalanya menghantam tanah dengan keras, membuat Calista memejamkan mata sambil meringis. Saat ia membuka mata, pekikannya langsung tertahan saat melihat binatang berbulu yang sebenarnya adalah serigala berwarna abu-abu, berada di atasnya, dengan moncong yang mulai mengendus leher Calista. Gadis itu bergidik ngeri, tetesan liur binatang itu membasahi sebagian wajahnya, seolah serigala itu sedang lapar dan akan memangsa Calista.

"Demi Dewi Tanpa Nama! Mitzi Hentikan! Apa yang kau lakukan?" Samcha dengan segera mendorong Mitzi. Namun, serigala itu malah menjatuhkan tubuhnya ke atas Calista, membuat Calista mengeluarkan suara geraman kesakitan. Calista mengernyitkan keningnya. Gadis itu mulai meraih ingatan apa yang ia lupakan saat ia melihat serigala abu-abu dengan mata coklat yang cantik.

Mata Calista terbelalak bersamaan merasa Mitzi mengendus dan menjilat lehernya, membuat gadis itu geli serta merasa jijik. Calista ingat, serigala yang bertemu dengannya di saat Niko meninggalkannya, ketika kerajaan Swqeuin berburu mereka. Calista yang saat itu dengan gilanya tidur dengan seekor serigala hanya untuk mencari kehangatan. Sekarang serigala itu ada di atasnya.

"Ya ampun, bagaimana ini? Saya tidak bisa memindahkan Mitzi dari anda, Putri. Apa saya harus memakai kekuatan saja?" kepanikan Samcha malah membuat gadis itu semakin kacau, dan tidak tahu harus bertindak apa. Jika ia memakai sihirnya, takutnya itu bisa membuat Mitzi terluka.

Di sisi lain, tangan Calista menyentuh moncong Mitzi. Dengan jelas, Calista melihat mata coklat itu kembali menyapanya. Calista mengusap bawah moncong Mitzi dengan lembut, dan mengelus kepala binatang itu. Tanpa sadar, bagi Mitzi mata Calista berkilat emas, membuatnya bangkit tanpa perintah.

Samcha menarik napas lega, dan membantu Calista bangun. Calista menepuk gaun putihnya yang sudah kotor terkena tanah dan daun kering menempel di sana. Samcha mengeluarkan sapu tangan, dan mengelap sisa liur di leher dan wajah Calista seraya terus meminta maaf. Padahal sebenarnya gadis itu tidak bersalah, yang patut disalahkan adalah Mitzi.

Calista merebut sapu tangan itu, ia berpaling ke arah serigala yang berani-beraninya menubruk Calista. Tangannya terus menghapus liur yang sangat menjijikkan. Tatapan menajam dan berhasil mengintimidasi Mitzi, membuat serigala itu menunduk, mengalihkan tatapan ke arah lain seakan tak berani menatap mata Calista.

"Maaf, Putri. Biasanya Mitzi tidak pernah bersikap manja seperti tadi. Ia serigala penjaga, ia hanya tahu menyerang, menghindar dan sangat pandai mengenali musuh ataupun yang bukan. Tapi ... saya benar-benar minta maaf, Putri. Tadi itu di luar perkiraan saya dan saya tidak pernah menduga Mitzi akan kemari,"

Calista terdiam, namun matanya semakin menajam tak berpindah sedikit pun dari Mitzi. Mitzi semakin menunduk, kedua kakinya menyentuh tanah, badan besar yang setinggi dada Calista membungkuk hormat. Dan ia mengeluarkan suara suaru geraman yang menyedihkan.

Calista membuang sapu tangan dengan marah. "Aku butuh air,"

Dengan sekejab, sebotol air berada di tangan Samcha, yang ia dapat dari menciptakan sihir dengan udara yang kosong. Pertanyaan 'bagaimana bisa kau melakukan itu?' langsung tertahan saat Calista merasa mual dan jijik dengan tubuhnya. Disambarnya dengan kasar dan diguyurkan air itu ke wajahnya hingga mengalir basah ke seluruh gaun. Gaun putih itu malah membuat tubuh Calista tercetak dengan sempurna. Kemudian, Samcha melakukan hal yang menurut Calista sangat mengagumkan. Samcha mengangkat tangan ke arah Calista, awalnya Calista tidak merasa apa-apa, lalu saat sinar ungu mulai mengelilingi tubuhnya. Begitu sinar itu hilang, gaunnya yang basah telah berganti dengan gaun lain, bukan warna putih. Namun, warna merah kesukaannya. Calista juga merasakan tubuhnya dalam keadaan kering.

"Maaf, Putri. Mungkin itu akan membuat anda nyaman. Karena saya selalu memerhatikan anda terlihat tidak suka dalam balutan gaun berwarna putih,"

Tentu saja, Calista tidak suka bahkan ia sudah sangat muak dengan warna putih.

"Saya akan menghukum Mitzi karena dia telah bersikap tidak—"

Belum selesai Samcha berbicara, Calista mengangkat tangan ke udara,  sontak hal itu menghentikan ucapan Samcha yang mengantung. Calista yang terlihat angkuh, sangat mirip seperti penguasa seolah ia adalah ratu yang tak terbantahkan. Mata birunya yang tajam, perlahan melembut seiring tarikan napas yang ia keluarkan dari mulut.

Mitzi melirik Calista dengan malu-malu. Lalu Calista berjalan hati-hati ke arah Mitzi, tapi gerakannya malah menakuti Mitzi, yang semakin mundur ke belakang.

"Its oke, girls," tangan Calista terjulur ingin menyentuh kepala Mitzi.

"Dia jantan," ujar Samcha tanpa diminta. Calista langsung mendelik tajam membuat Samcha membungkam mulutnya dengan kedua tangannya.

"Its oke, boy," Calista mengikuti saran Samcha. Tangannya berhasil mengusap kepala Mitzi. Serigala itu, menggeram dan menikmati sentuhan Calista.

Jemari Calista menyusup ke bulu-bulu tebal nan halus. Perlahan ia semakin suka mengelus Mitzi, merasakan bulu-bulu terasa panas dan hangat. Mitzi mengosok kepalanya ke badan Calista. Serigala itu ingin menjilat Calista lagi, beruntung Calista melihat tindakan itu.

Suara tegas Calista mengintrupeksi Mitzi. "Jangan lakukan," dan seperti terhipnotis, serigala itu tidak melakukannya.

Bibir Calista melengkung, senyum kecil hadir di sana. Tiba-tiba ia memeluk kepala Mitzi dan menggosok wajahnya di sana, mengabaikan bulu yang mulai menempel padanya. Sebenarnya Calista sangat suka dengan binatang, hanya saja ia tak pandai merawat binatang, binatang terakhir yang ia rawat, mati dengan tragis di tangannya.

Namanya Al, bukan si Raja Iblis itu. Nama Al itu adalah favorit Calista, setiap Calista memelihara binatang, nama binatang itu akan selalu Al. Calista pencinta setia kucing. Ia hanya mau merawat satu kucing, jika kucing itu mati, Calista akan membeli kucing dengan bulu yang sama dan akan kembali menamainya dengan nama Al. Saat Calista menamai Al —sang Raja Trois, saat itu dibenaknya teringat pada kucingnya yang telah mati, rambut Al yang perak mengingatkan Calista pada bulu putih kucingnya. Seekor kucing yang cantik, dengan bulu lebat, penurut dan setia.

Seperti yang Calista katakan ia suka binatang, saking sukanya ia bahkan selalu tidur dengan kucing. Ke mana-mana bersama Al—si kucing bahkan sampai sikap berlebihannya muncul, Calista tidak rela jika Al makan, ia suka mendengar suara sedih yang keluar dari mulut kucing. Beberapa kali, tak jarang Calista melakukan uji coba lemparan pisau pada Al. Calista memang terlihat gila. Tetapi ia punya alasan. Ia tidak boleh suka pada barang yang bisa mati kapan saja. Dan Calista menguji coba semua itu agar dirinya kuat jika ia kehilangan kucing kesayangan.

Suatu hari, Calista remaja melakukan kesalahan yang sangat fatal, ia memanah dengan mata tertutup. Al—kucing itu terikat di batang pohon, melawan-lawan dan mengeong-ngeong meminta dilepaskan dari tali yang mengikat tubuhnya erat. Sasaran Calista adalah apel yang berada di atas kepala Al, yang juga terikat di sana. Begitu panah Calista meluncur, ternyata panah itu mengarah terlalu bawah, membuatnya malah mendarat tepat di kucing kesayangannya.

Pada akhirnya Calista terus menangis beberapa hari. Dan mulai saat itu ia berjanji tidak akan merawat binatang lagi, sudah beberapa kali binatang yang ia rawat selalu berakhir dengan tragis.

Ingatan kecil itu hilang ketika seorang wanita muncul menghampiri Samcha dengan napas terengah-engah. Calista hanya memandang penasaran, namun tangannya tetap mengelus kepala Mitzi. Wanita berambut ungu dengan mata yang hampir se-ungu rambut, dengan telinga lancip yang sama seperti Samcha, wanita tak di kenal itu mulai berbicara.

"Samcha...," napasnya kembali terengah-engah. "Apa Mitzi melukai kalian? Tadi, tiba-tiba ia langsung berlari ke arah taman ini. Seolah sedang mengejar mangsa, apa kalian baik-baik saja? Aku akan merasa bersalah jika kalian terluka, karena hari ini giliran ku menjaga Mitzi,"

Samcha mengeleng dengan cepat. Sekilas ia melirik Calista yang sedang melirik ke arahnya juga. "Tidak, Sara. Semuanya baik-baik saja,"

"Karena di sini ada Putri Calista. Dan sepertinya Mitzi suka pada Putri Calista," lanjut Samcha.

Wanita yang bernama Sara melirik Calista. Tatapan Sara tak jauh beda dengan Calista, terlihat tajam dan dapat mengintimidasi siapa pun. Namun, Calista tidak terpengaruh, matanya membalas tak kalah tajam seperti Sara menatapnya.

"Kupikir ... aku melakukan kesalahan. Ternyata tidak," gumamnya.

Ia melangkah mendekat ke arah Calista. Gaya berjalannya bahkan hampir mirip dengan Calista. Mengangkat dagu, berjalan tanpa menoleh ke orang lain, semuanya yang diperlihatkan wanita itu sangat angkuh. Tetapi, ia menundukkan kepalanya memberi hormat pada Calista saat tiba di hadapan gadis itu. "Senang bertemu dengan anda, Yang Mulia,"

Calista mengangguk, matanya memperhatikan dari atas hingga bawah bagaimana penampilan Sara yang terlihat lebih tua darinya. Oh Calista salah, pastinya makhluk di Beauvais adalah Imortal—makhluk abadi yang akan mati dengan sihirnya yang tak berguna lagi.

"Menurut kabar yang tersebar, anda adalah keponakan Ratu Maurietta. Dan juga tunangan dari...,"

Ucapan itu berhenti  setelah Sara melirik tangan kanan Calista, yang baginya terlihat mengenakan cincin yang berenergi dahsyat.

"Iya ... tentu anda adalah tunangan dari Raja Trois."

Calista terdiam, tidak berniat mengatakan apa-apa.

Setelah Sara pergi, wanita itu menitipkan Mitzi pada Samcha. Samcha mengangguk menyiakan.

"Jadi...," Calista berpaling ke arah Samcha. "Kau akan mengajariku belajar dengan Para Aerlar?"

"Saya akan meminta Tzevi untuk ikut bersama kita, supaya latihan juga lancar," Samcha tersenyum.

"Terserah kau saja,"

Akhirnya mereka bertiga kembali melangkahkan kakinya menjauh dari tempat itu.

*****

Dengan duduk di tengah-tengah Para Aerlar dan menutup mata agar mendapatkan konsentrasi dan secara bersamaan Para Aerlar akan memutarimu, mengelilingmu, sampai kau berhasil meraih energi terpusat dalam dirimu, kemudian kau akan belajar mengendalikannya.

Hal itu lah yang Calista lakukan sejak tadi. Ia sudah memenuhi syarat di atas, namun suara gangguan di sekitarnya membuatnya selalu mengeram kesal. Hal itu gara-gara Mitzi terlalu berisik, serigala itu mengeram, mengonggong, dan apa lah nama suara yang ia keluarkan.

Sontak, Calista membuka mata, bersamaan  dengan Para Aerlar berhenti mengelilinginya. Ia bangkit dari duduknya, melihat Samcha memandang dirinya dengan heran. Tadi ia sempat mendengar Samcha beberapa kali menenangkan Mitzi.

Baru selangkah Calista keluar dari lingkaran Para Aerlar. Mitzi langsung berlari dan menghampiri Calista. Kemudian, menyusupkan kepala dan moncongnya memaksa Calista menyentuh dirinya.

Oke, sepertinya dia suka padaku, batin Calista.

Bukan tanpa sebab. Karena sedari tadi Mitzi terus menganggunya.

"Tzevi, Mitzi menganggu lagi. Kita sepertinya harus mengurungnya terlebih dulu, biar Putri Calista dapat berlatih dengan benar. Begitu lebih baik kan?" ujar Samcha.

Tzevi yang berdiri di samping Samcha menatap ke arah Calista yang mulai mengelus bulu Mitzi mengabaikan bulu-bulu halus yang berterbangan.

"Tidak perlu, Samcha. Mitzi itu serigala yang gagah. Hanya saja aku baru pertama kali membuatnya melihatnya manja kepada seseorang. Mungkin pesona sang Putri membuat semua binatang tunduk. Mau bertaruh?"

"Maksudmu?"

"Besok kita ajak Putri Calista kepada para binatang dan kita lihat seperti apa yang akan terjadi selanjutnya,"

Samcha terdiam.

Di sisi lain Calista menghembuskan napsnya kesal. Kini tangannya bersedekap.

"Kau menganggu," ucapan itu membuat Mitzi tidak bergerak di depan. Seolah ia mengerti apa yang dikatakan Calista.

Ia menghembus napas kesal. "Beruntung aku suka pada binatang. Jika tidak, sudah kubunuh kau dari tadi," seketika itu Mitzi bercicit dan sedikit menjauh dari Calista, seolah ia memang paham perkataan kejam Calista.

"Its oke, boy. Kemarilah," Calista merentangkan tangannya, mengundang Mitzi ke pelukannya. "Aku tidak akan menyakitimu jika kau tidak menganggu,"

Mata coklat Mitzi, menatap Calista lama. Binatang itu terlihat ragu.

"Anda tidak akan menyakitiku?"

Calista terlonjak kaget sampai memegang jantungnya sendiri lalu ia mundur dari Mitzi. Jelas, Calista baru saja mendengar suara di pikirannya, dan siapa yang berbicara padanya jika bukan Mitzi yang terus menatapnya.

"Anda tidak akan menyakitiku, kan?"

Suara itu lagi. Calista yakin, itu adalah suara Mitzi. Degupan Calista berdetum keras.

Perlahan ia menarik napasnya, seharusnya ia harus bisa membiasakan dirinya dengan hal-hal aneh. "Iya, aku tidak akan melukaimu," dengan yakin, Calista mendekati Mitzi. Kemudian membawa Mitzi berjalan ke arah Samcha dan Tzevi.

"Jadi kali ini kita akan berlatih apa lagi. Kurasa konsentrasi dengan Para Aerlar gagal. Apa kita akan mencoba yang lain?"

"Tentu," ucap Tzevi dan Samcha serentak.

*****


Mulut Calista terbuka sangat lebar. Tzevi baru saja melakukan hal yang sangat hebat. Mengeluarkan api di tangan tanpa menggunakan api sesungguhan. Dan sekarang Calista takjub dengan apa yang Tzevi lakukan.

Mereka berempat dengan Mitzi berada di sebuah gazebo dia atas danau, yang berada di sayap barat istana. Tzevi mengepal tangannya dan api di tangannya menghilang begitu saja.

"Wow! Kau hebat sekali," seperti biasa, saat Calista merasa takjub sifat dingin dan sinisnya menghilang. Antara sadar dan tidak, seorang Calista baru saja memuji orang lain.

Tzevi tersenyum. "Sekarang saya ingin anda melakukan seperti yang saya lakukan, memunculkan api di tangan anda,"

Calista mengerjabkan mata. "Tapi, aku tidak bisa melakukannya,"

"Seperti yang sudah-sudah kita pelajari. Anda harus ikuti intruksi saya, saya akan menuntun anda mengendalikan sihir anda,"

Calista gelisah, ia menatap Mitzi. Yang tampak tak menganggu dirinya lagi. Serigala itu, sedari tadi hanya diam, dan menunggu Calista.

"Tutup matamu, Putri." Tzevi berbicara.

Calista mengikuti, lalu suara Tzevi seakan menuntun Calista. Calista mulai berkonsentrasi, merasa hawa angin yang meniupnya, suara Tzevi yang mengatakan agar Calista bisa meraih energi panas di sekitar. Lalu Calista membayangkan terik matahari yang begitu panas, seakan membakar jiwanya, membayangkan letupan api perapian saat ia mencari kehangatan. Kemudian secara perlahan Calista memaksa api itu berada digenggamannya, memaksa agar api itu menyelimuti tubuhnya tanpa membakar bahkan melukainya.

Saat mata Calista terbuka, ia terpaku. Api bukan hanya berada di tangannya, tapi api itu menyebar di seluruh gaun merahnya. Dan ajaibnya, tidak menyakitinya. Tzevi dan Samcha menatap hal itu dengan takjub. Lalu Calista menjerit.

"Aaaaaaakhh!!" jerit Calista kencang, membuat Samcha datang dan ikut panik.

"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Putri, apa api itu menyakitimu?" tanya Samcha lalu berpaling pada Tzevi. "Cepat! Padamkan apinya!"

Saat Tzevi mengangkat tangannya, bermaksud memadamkan apinya dengan sihir. Ia mendengar Calista berkata.

"Apa yang kau lakukan?" tidak ada wajah jerit yang histeris lagi. Sekarang ada binar senang di sana.

Samcha menghembuskan napas. "Lalu mengapa anda menjerit?"

Samcha dan Tzevi saling berpandangan, lalu Calista tersenyum sangat manis, mereka baru kali ini melihat Calista yang sangat memesona. Mitzi juga ikut menghampiri Calista.

Perlahan api yang Calista keluarkan mulai memadam dengan sendirinya, setelah itu ia kembali menjerit dan kemudian memeluk Mitzi yang tak tahu apa-apa.

Mendengar jeritan Calista, membuat Tzevi dan Samcha tak mengerti. Pola pemikiran Penyihir Hitam yang dulu mengetahui dirinya adalah manusia itu, tenyata terlalu rumit.

"Apa yang membuat anda menjerit, Putri?" giliran Tzevi yang bertanya. "Anda tak terlihat terluka?"

Calista menatap Tzevi dan Samcha. "Aku menjerit karena aku senang," senyum itu muncul lagi. "Aku berhasil melakukan apa yang kau lakukan. Kau lihat tadi kan? Aku ternyata lebih hebat darimu,"

Baiklah, Calista mulai menyombongkan dirinya. Hal itu membuat Samcha dan Tzevi tidak dapat menahan gelak tawa mereka.
Putri Calista itu orang yang rumit.

Tbc.....

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
7.4K 844 72
Maximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi...
1.2M 105K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
597K 30.8K 35
[COMPLETED] Lea hanyalah gadis cantik bermata biru dan berambut merah yang tinggal bersama ibu angkatnya. Dia tidak pernah mengetahui darimana dia be...