Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

27. Kebenaran

3.6K 247 1
By Risennea

Sedari tadi yang dilakukan Al hanyalah bolak-balik di tempat yang sama. Ia terlihat gelisah sekali. Sudah dua hari Calista tidak sadarkan diri. Dan Al berjanji, setelah ini ia akan menghukum dirinya sendiri jika Calista tidak pernah membuka mata.

Pintu terbuka, Shane datang sendirian mendorong troli berisikan makanan dan langsung membungkuk saat mata tajam Al menatapnya.

"Hormat, Yang Mulia. Ini sudah siang dan anda belum sarapan. Jika Nyonya melihat anda sakit, pasti Nyonya akan sedih, Yang Mulia," kata Shane masih dalam posisi membungkuk.

Jujur, setelah Al membawa pulang Calista kembali ke istana. Lelaki itu sama sekali tidak beranjak dari kamar sedikit pun, menatap lalu mengenggam tangan Calista tanpa mengatakan apa-apa. Kadang raut wajahnya tidak bisa ditebak. Kadang ia terlihat khawatir yang berlebihan hingga mendekati panik.

Saat itu, Al memerintah tabib istana agar membuat pengobatan secepatnya. Ketika sang tabib mengatakan ia tidak dapat memastikan Calista akan terbangun kapan, lelaki terus saja gelisah kemudian mulai panik berlebihan. Sampai dirinya tidak sadar hampir saja menghajar sang tabib, beruntung ada Gilbert saat itu.

"Tenangkan dirimu, Yang Mulia," ucap Gilbert sambil menahan pukulan Al saat itu.

Lamunan Al buyar, ia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara erangan dari arah ranjang. Tentu saja Calista yang berada dalam kamarnya, ia yang membawa gadis itu dan melarang siapa pun masuk, kecuali tabib, dan ketiga pelayan bersaudara.

"Celia," langkah kaki Al kian melebar, hingga ia tiba di depan Calista. Gadis itu sudah sadar.

Ingin rasanya memeluk, tapi gadis itu masih terlihat lemah. Jadi, Al hanya duduk di pinggir ranjang membantu Calista duduk bersandar.

"Kau merasa baikan?" tanya Al mencoba menghilangkan nada cemasnya, tidak mungkin kan ia akan memperlihatkan kecemasannya.

"Ya ampun," ringis Calista seraya memengang kepalanya. "Rasanya sakit,"

"Yang mana?" tanya Al cepat.

"Tentu saja kepalaku yang sakit. Kau ini bagaimana sih? Bodoh sekali," gumam Calista parau, tapi terdengar sangat jelas di telinga Al.

Al mengabaikan umpatan Calista. Ini demi kebaikan gadis itu. Memang biasanya ia tidak suka dikatai macam-macam yang membuatnya marah. Bukannya ia tak marah Calista mengatainya tapi semua demi Calista. Ia tidak ingin masalahnya dan Calista semakin rumit. Semua orang yang berada dalam kerajaan Trois maupun rakyatnya selalu menghormati Al. Mungkin Calista satu-satunya orang yang mengabaikan perihal itu.

Tangan Al membantu Calista memijit kepalanya, sedangkan Calista malah menikmati dan menyuruh Al agar memijitnya dengan lembut, saking menikmati pijatan Al gadis itu menutup matanya.

Setelah hening tak bicara, Al berhenti memijat, ia kira Calista kembali tidur.

"Kenapa berhenti? Cepat pijat lagi," ucap Calista dengan nada perintah.

Seketika itu, Al baru sadar. Ia kan Raja di sini. Kenapa ia malah melayani gadis ini. Al menyeringai jahil. Seharusnya gadis itu yang melayaninya.

Benar kan? Pikiran Al mulai ke mana-mana.

"Al?" Calista membuka mata. Al masih menyeringai jahil. Calista tidak mengerti maksudnya. "Cepat pijit lagi!"

Al tak bergerak sedikit pun.

Awalnya ketika mulut Calista mulai membuka, Al kira Calista masih akan memaksanya memijit gadis itu. Tetapi gadis itu malah menceritakan sesuatu yang tak diduganya.

"Aku mimpi buruk," Calista tidak tahu mengapa ia ingin menceritakan soal mimpinya. Tatapannya menunduk, gadis itu mulai memainkan tangannya. "Dan ... itu buruk sekali,"

Al hanya mendengarkan saja.

"Aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku membunuh banyak nyawa. Api membakar rumah mereka, aku membunuh orang-orang dengan sangat keji seperti menyerap kehidupannya. Setelah itu ... aku tidak ingat lagi."

Calista kembali menatap Al, lelaki itu hanya menatap lekat, seringainya bahkan hilang saat mendengar ucapan Calista.

"Kau tahu? Mimpi itu seperti nyata sekali. Kurasa aku tidak mungkin membatai orang dengan membunuh tanpa sebab."

Al tersenyum kecil, lalu mengeluh lembur rambut Calista. "Gadis pintar, bagaimana dengan lanjutannya?" akhirnya lelaki itu merespon ucapan Calista.

"Menurutmu, itu mimpi atau bukan?"

"Well, kurasa kau tahu jawabannya, kau kan yang memimpikannya."

Calista menyingkirkan tangan Al dari rambutnya. "Aku kan sedang bercerita. Aku bingung, kenapa juga aku malah bercerita padamu," tuding Calista sinis.

Wow, dia kembali seperti biasa.

"Apa lihat-lihat!" ucap Calista saat Al hanya tersenyum menatapnya.

"Sudah, pergi sana. Jauh-jauh! Aku ingin istirahat," Calista kembali membaringkan tubuhnya.

"Emm ... coba perhatikan dulu. Kau sedang di mana sekarang? Mungkin ini efek dari mimpimu,"

Calista yang hendak menutup mata, kembali membuka mata. Ia berada dalam kamar yang asing untuknya. Kamar berdinding serba putih dengan perabotan hitam, mulai dari sofa, ranjang, gorden bahkan selimut yang Calista gunakan berwarna hitam. Al suka hitam? Pantas saja dia 'kan iblis. Kamar ini terlihat mewah dan lebih luas dari kamarnya, lampu besar dari belian asli tergantung di tengah ruangan, dan jelas sekali ini adalah kamar utama di kerajaan. Kenapa sekarang ia baru sadar?

Calista menghela napas. Ia menatap tajam ke arah Al. "Breng—"

Saat Calista ingin memaki, tangan Al malah menutup mulutnya.

"Seorang putri tidak boleh berkata kasar. Apa mantraku tidak mempan untukmu. Aku baru sadar kau semakin sering berkata kasar, siapa yang mengajarimu?"

"Mantra?" tanya Calista bingung.

Well, Calista jadi ingat sekarang. Itu sebabnya kenapa mulutnya sering munafik dan tidak pernah singkron dengan hatinya, ternyata karena Al telah memantrainya, tapi sejak kapan?

"Emm, tentu saja." Al menjawab dengan santai.

"Jadi, itu kau!" Calista bangun dengan cepat membuat kepalanya berdenyut keras. Al membantu gadis itu kembali duduk. Calista meringis.

"Iya,"

"Tidak kuduga, sejak kapan?"

"Saat kau berada dalam di sini, kau terlihat cerewet. Maka dari itu aku berpikir, akan terlihat sangat cantik dan feminim jika memantraimu menjadi putri yang baik hati,"

"Baik sekali dirimu," cibir Calista. "Itu tidak perlu."

"Apa aku boleh memantraimu lagi?" tanya Al yang hampir membuat Calista naik pitam, namun Calista tidak bisa bersikap apa-apa. Mulutnya siap untuk memaki.

"Tidak! Breng—"

Lagi-lagi Al menutup mulutnya.

Shit! batinnya.

Lelaki itu tertawa melihat bagaimana kesalnya wajah Calista. Tanpa mengatakan apa-apa Calista merasa ingin marah, tetapi sedetik kemudian ia merasakan Al memeluknya. Calista membeku, tubuhnya sama sekali tidak memberontak.

"Aku merindukanmu."

*****

Saat makan malam, Al sengaja menyiapkan hidangan spesial untuk mereka. Lelaki itu menyiapkannya di rumah kaca, di atas meja telah terhidang berbagai macam makanan. Al kira jika makan malam dibuat di sana akan lebih indah, terlebih lagi rumah kaca menampung banyak tumbuhan yang subur, juga kelipan bintang terlihat sangat indah di luar sama.

Mereka duduk berhadapan. Calista mencoba menikmati sarapan. Ia heran mengapa Al terus melirik ke arah tangannya. Apa ada yang salah?

"Cincin apa itu?" Suara Al terdengar tidak suka sambil menatap tangan kiri Calista.

Oh, jadi ini. Memangnya untuk apa dia peduli?

"Ini seperti cincin tunangan. Kau selingkuh?" tuduh Al.

"Memangnya kita tunangan?" ucapan Calista memang menyebalkan, tapi gadis itu menahan diri untuk tidak membanting sendok karena ia mulai kesal.

"Tentu saja, kenapa kau tidak menganggapku?" Al menatap tajam ke arah Calista, ia sudah cukup bersabar dengan gadis itu.

"Sorry, My Lord. Aku sama sekali belum mengakuimu, jadi mengertilah. Dan lepaskan aku, karena aku tidak suka padamu."

"Dan karena itu kau selingkuh?!" suara Al naik dua oktaf.

Calista tidak menjawab, ia lebih memilih melanjutkan acara makannya yang tertunda.

"Kau tidak bisa bersikap begitu padaku, Celia. Aku mencoba mengerti dirimu. Dan kau tahu, aku menepati janjiku dengan membawamu kembali kemari!"

Calista kehilangan selera makannya, ia beranjak ingin pergi dari tempat itu. Gadis itu memandang Al sekilas, dan mulai berjalan. Wajahnya terlihat kaku sekali.

"Aku tahu semua tentang dirimu," dengan cepat Al mencengkram lengan gadis itu.

Calista terdiam, ia mencoba melepaskan tangan Al dari lengannya. "Lepaskan," ucapnya sangat dingin.

Al berkata pelan, saat ia membuka suara atas kepura-puraannya tadi. "Aku tahu, kalau punya tunangan selain aku."

Calista langsung tertawa sinis, ia membalikkan badan menatap Al dengan tajam. "Jika kau tahu, maka lepaskan saja aku. Aku ingin pulang. Walaupun di sana sudah bukan lagi tempatku untuk pulang. Tapi..., aku tidak punya alasan kenapa aku harus tinggal di sini!"

"Alasan?" Al bertanya. "Alasan apa yang kau butuhkan, kau bisa menjadikan aku sebagai alasannya,"

Calista berdecih. "Sayangnya, aku tidak mau."

Penolakan Calista yang berulang kali tidak akan mematahkan semangat Al agar Calista akan terus di sampingnya. Lelaki itu tidak akan menyerah.

"Aku tidak pernah memaksamu untuk menyukaiku atau pun mencintaiku. Hanya di sampingku saja kurasa sudah cukup."

Seketika Calista tertawa dengan keras. Tawa yang penuh kesinisan dan remehan. Al tidak mengerti mengapa gadis itu bersikap aneh begini.

Sudut bibir Calista menyeringai, mata birunya terlihat meremehkan. "Memangnya iblis bisa jatuh cinta? Kurasa itu mustahil."

Gadis itu menepuk pundak Al dua kali, lalu melepaskan cengkraman tangan Al yang melemah. Apa laki-laki itu memikirkan ucapan Calista? Dan, pasti tebakan Calista benar.

"Kau harus belajar mencintai dulu, mengerti? Saat kau tahu cinta itu apa kau jumpai aku. Yang jelas, aku ingin besok kembali terbangun di kamarku, di istana Gardenia."

Setelah itu Calista beranjak, meninggalkan Al yang masih berdiri di sana sendirian bersama ucapan Calista yang tergiang-giang di kepala lelaki itu.

*****

Di tempat yang berbeda. Di tengah gelap malam yang membutakan segalanya. Ada dua orang yang baru saja keluar dari hutan yang kesepian. Di tepi pembatasan hutan yang tak habisnya, mereka memandang sebuah kerajaan yang berdiri megah di sana. Istana yang di kelilingi oleh pohon-pohon pinus besar nan tinggi, dan hampir setiap dinding istana dililit oleh sulur-sulur, membentuk pola yang saling bersinggungan.

"Kita akan memberitahu Ratu apa yang baru kita ketahui tentang sinar biru yang dahsyat itu, yang sekarang berada dalam dunia Chylleland," kata gadis bertudung coklat.

"Tentu. Pasti Ratu akan senang mendengarnya," jawab seorang wanita yang berdiri di samping sang gadis.

Lalu tanpa membuang waktu, kedua orang itu berjalan di malam yang sunyi itu. Dan mereka akan menyelesaikan misinya dengan cepat.

Saat semuanya selesai hanya tunggu Dia yang akan mereka bawa dengan berbagai cara.


Tbc....

Continue Reading

You'll Also Like

563K 54.3K 47
Ini kisah mengenai sebuah kerajaan yang hilang. Semua sejarah mengenai kerajaan itu lenyap, tak seorang pun mengetahuinya. Mereka menganggap cerita m...
7.4K 844 72
Maximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi...
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
191K 12.2K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...