Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

16. Lagi?

3.8K 260 3
By Risennea

Cleb!

Belati itu mengenai tepat di jantung lawan, Calista tidak menduga lemparannya akan berhasil. Tapi, tidak sepenuhnya tepat sasaran, karena belati itu sedikit melesat hingga mengoreskan pipi Keane.

Pria yang kini tertancap belati di jantungnya, ambruk tak bernyawa. Keane mengerjap mata hitamnya beberapa kali, ia baru sadar jika Calista bukan menyerangnya tapi....

Keane menatap sekilas pria yang sudah tak bernyawa itu.

Calista membuat semuanya terlihat mudah. Dengan membunuh pria menjijikan itu.

Keane melangkah dengan tergesa-gesa ke arah Calista, mata hitam beningnya menatap gadis itu dengan lekat dan tajam. Ia mulai mencengkram bahu Calista.

"Apa pria itu sempat menyentuhmu?" Keane bertanya dengan serius.

Calista memiringkan kepalanya, yang ia khawatirkan adalah pipi Keane terluka karena lemparannya. Dan ia masih bingung dengan pertanyaan yang diajukan Keane.

"Maksudmu?" gumam Calista pelan.

"Jawab saja! Dia menyentuhmu atau tidak!" Keane membentak Calista, Calista sangat terkejut dengan reaksi Keane yang terlihat berlebihan. Matanya membulat sempurna.

Perlahan mulut Calista mengeluarkan suara. "Ti-tidak, sama sekali tidak," cicit Calista menunduk, dan sejak kapan ia takut pada Keane.

Keane mengendurkan cengkramannya pada bahu Calista, terus saja turun sampai tangannya menyentuh tangan Calista. Kemudian mengenggamnya dengan erat.

"Ayo, pulang," suaranya berubah lembut, seketika itu suaranya menghangatkan suasananya yang terlihat tegang.

Calista menatap mata hitam. Mata yang jika ditatap akan membuat kita terhanyut dalam-dalam, hingga ke dasar yang tak berujung. Dan Calista baru paham dan mengakui, ia telah jatuh dalam pesona Keane.

"Belatiku---" Calista tidak melanjutkan karena Keane langsung meraih belati di jantung Si pria nomor 1, mencabutnya lalu membersihkan darah yang tersisa pada tubuh si pria itu hingga bersih. Juga mengambil pedang yang tergeletak di tanah.

Ia menghampiri Calista lagi, masuki pedang ke dalam sarung yang terkait di pinggang, kemudian memberi belati pada Calista.

Calista mengambilnya dengan ragu. Ia menatap Keane tepat di pipi yang tergores.

"Pipimu.... aku tidak sengaja."

Keane mengelap pipinya dengan ujung lengan baju, ia meringis pelan.

"Tidak apa apa," Keane meraih tangan Calista dan mengenggamnya.

"Ayo pulang." Keane menarik Calista pergi meninggalkan tempat yang baru saja terjadi kekacauan, di sana tercium bau darah. Mereka melangkah dengan pelan seakan tak pernah terjadi pertarungan di sana.

Calista melirik tangannya yang digenggam Keane. Ia tahu, Keane tidak bermaksud menyentuhnya dengan sembarang. Calista yakin sekali Keane hanya memastikan dirinya tidak kabur.

*****

Keesokan harinya, setelah sarapan, Calista harus terjebak dalam ruangan kerja sang Raja. Ia benar-benar di ceramah total oleh ayahnya. Kejadian semalam ternyata tanpa ragu Keane menceritakannya semua. Mulai dari Calista kabur lagi dari istana sampai akhirnya dihadang oleh lima orang menjijikan.

Calista bahkan tidak mengeluarkan suara sedikit pun, menatap ayahnya yang kini beranjak dari kursi kebesarannya lalu menghampiri Calista. Keane juga ada dalam ruangan itu hanya duduk santai di sofa menatap Calista yang tadinya dimarahi seolah-olah sedang menonton pertunjukkan teater.

"Bagaimana jika kau terluka?" Aaron kembali berkata.

'Biarkan saja, memangnya siapa yang peduli. Toh, ini semua gara-gara dirimu yang menyuruhku harus bertunangan dengan Si Pangeran Keane.'

Jelas, Calista masih saja bungkam. Namun dalam hati ia mengerutu sepanjang perjalanan dari istana menuju lembah tersembunyi yang panjangnya menghabiskan waktu selama dua jam persis seperti yang terjadi sekarang. Ia berada dalam ruangan ini dengan ayah dan Keane selama dua jam. Hanya untuk dipidato dan Calista merasa telinganya panas mendengar semua itu.

Ingin membantah, tapi nyatanya takdir berkata lain. Jangan lupakan mulut Calista yang munafik yang bahkan tidak membuka sedikit pun.

Tangan Aaron tiba-tiba meraih tangan Calista dan membawanya ke hadapan Keane. Keane dan Calista sama bingung. Lalu Aaron meraih tangan  Keane dan menyatukan tangan Keane dengan tangan Calista.

Keane berdiri, mengangkat alisnya kepada Calista seakan bertanya 'ada-apa' dan Calista mengelengkan kepala memberi jawaban.

"Lebih baik kalian cepat menikah," ucapan Aaron membuat Calista terkejut, sementara Keane matanya sedikit berbinar?

'Apa benar begitu?' Batin Calista.

Aaron melepaskan tangannya dari dua tangan yang kini tergenggam itu, tentunya Keane yang mengenggam tangan Calista.

"Ayah serahkan Calista padamu, menantu." ucap Aaron pada Keane.

Menantu?

Calista tidak pernah berpikir, jika semua ini benar terjadi padanya.

"Lakukan apa saja pada Calista jika ia tidak menurutimu. Jangan sampai kau membiarkannya berlaku seperti yang terjadi pada ayah."

Hei... Jangan bicara seolah aku tidak ada di sini!

"Kalian boleh keluar dari ruangan ini,"

Mereka mengangguk.

Setelah keluar dari ruangan kerja sang Raja, ada Niko di depan pintu yang masih setia berdiri di sana bahkan selama dua jam tadi, hanya untuk menunggu majikannya.

Calista berusaha melepaskan genggaman tangan Keane yang terlalu kuat. Niko yang melihat majikannya seolah dipaksa oleh orang lain, mendekat ke arah Calista.

"Apa ada masalah, Tuan Putri?"

"Tidak apa-apa, Tuan Niko. Kami hanya butuh waktu berdua,"

Baru saja Calista ingin menjawab, Keane sudah mengatakan hal di luar perkiraan Calista.

Mata Niko menatap Calista, meminta perintah karena semua yang akan Calista katakan adalah mutlak perintah untuknya.

"Iya, tidak apa-apa."

'Hah? Apa-apaan itu! Dasar munafik! Mulut ini akan kulemparkan saja ke hiu yang menanti makanannya. Sial!'

Calista melirik Keane yang kini menyeringai tipis, matanya memancarkan kemisteriusan tersendiri.

"Ayo ... bilang padanya untuk tidak mengikuti kita," senyum Keane memenuhi penglihatan Calista.

Calista dengan bodohnya malah terpesona, kalau diperhatikan Keane memang tampan dan akan lebih tampan jika tersenyum.

'Jangan katakan apa pun!' batin Calista berteriak, seakan memerintah mulutnya.

Perlahan-lahan mulut Calista membuka. Matanya terus menatap Keane yang kini tangan lelaki itu diletakkan ke pundak Calista, mencoba mendekatkan, menipiskan jarak mereka.

Seketika itu Niko menunduk, mencoba menghormati privasi majikannya.

'Jangan katakan apa pun, lajang!'

Astaga. Calista malah memaki diri sendiri jika seperti ini.

"Iya, Jangan ikuti kami Niko, bisakan?"

Astaga! Jangan lagi. Siapa pun hentikan drama ini!

Niko yang telah mendengar perintah menganggukan kepalanya.


*****


Mereka masuk ke perpustaakan terluar di gedung sebelah istana yang menampung puluhan buku. Mulai dari buku kuno sastra sampai buku terbaru tentang politik.

Calista terus saja cemberut, tapi di mata Keane Calista terlihat mengemaskan. Mereka—oke, lebih tepatnya Keane yang menarik Calista untuk duduk di salah satu tempat yang di samping ada jendela yang menghadap keluar.

Perpustakaan ini hanya boleh dimasuki oleh anggota kerajaaan saja. Yang menjaga perpustakaan ini hanya berada di luar, jadi di dalam sini hanya ada mereka berdua. Ruangannya juga di cat coklat yang sama dengan lantai kayu mengilap yang dibuat dari pohon mahoni paling mahal. Puluhan buku yang ditata rapi pada rak yang begitu bersih.

Keane memandangan Calista yang duduk di hadapannya. Mengamati Calista dengan mata tajamnya, gadis itu terlihat cantik dalam balutan gaun hitam sederhana tapi terlihat elegan saat dipakai. Juga jendela yang terbuka membuat rambut Calista yang tergerai melambai-lambai dengan nakal.

Merasa Keane memperhatikannya. Calista balik menatap Keane dengan berani. Memangnya apa alasan ia harus takut dengan lelaki ini?

"Sudahlah, ayo katakan. Kenapa membawaku kemari?"

Keane menatap Calista dengan lekat. Kini, wajahnya terlihat dingin. Ekspresinya sulit ditebak.

"Tidak ada maksud apa-apa," jawab Keane terlalu ringan.

Lantas, kenapa lelaki ini menarik Calista seakan ingin bicara sesuatu. Calista merasa bingung sekali.

"Oh, ya... Besok kita akan berburu. Kau masih ingin ikut? Tidak perlu melakukan apa pun. Karena aku tidak ingin membahayakanmu lagi,"

Calista mengerjab matanya dua kali. Apa tadi lelaki itu mulai perhatian atau peduli padanya.

"Kalau kau mau, kita bisa berkencan di sana. Itu pun jika kau tidak keberatan,"

Calista memiringkan kepalanya. Mulutnya belum menjawab.

Astaga! jangan jawab bodoh! Awas saja jika kau melakukan lagi.

"Bagaimana, setuju?" Keane bertanya dengan serius.

"Terserah kau saja,"

Astaga.. Lagi?

"Baiklah," tangan Keane merapikan rambut Calista yang kini menghalangi dirinya menatap gadis itu.

Calista terkejut sekali merasakan sentuhan dari Keane, jantungnya bahkan berdegup kencang.

"Kenapa rambutmu tidak diikat?" tanya Keane berjalan duduk di samping Calista, duduk dalam jarak sedekat ini dengannya.

Keane menarik pita gaun yang terikat di pinggang Calista, Calista bahkan terlalu terkejut untuk berkata, dengan mulut munafiknya. Saat pita itu terlepas Keane meraih rambut Calista mengumpulkannya menjadi satu. Calista begitu terpaku, Astaga! Calista bisa menghitung dalam hitungan jari, lelaki yang pernah dekat dengannya dalam jarak paling dekat begini.

Niko.

Ash. Saat memeluknya kemarin saat ia bangun, dan di ruang latihan dansa.

Ethan.

Juga Al, dan lelaki itu hanya dekat dengannya saat Calista dalam dunia Chylleland. Dan sepertinya itu tidak termasuk.

Calista bahkan tidak sadar Keane sudah selesai mengikat rambutnya. Ia bahkan bisa menghirup aroma Keane yang manis, wangi apel.

Mereka saling memandang.

"Kalau begitu, sampai ketemu besok."

Keane pergi dari perpustakaan meninggalkan Calista dan degupan jantungnya.

Wajah Calista memghangat bisa ia rasakan kalau wajahnya memerah, jantungnya berisik sekali. Tiba-tiba tangan Calista menutupi mulutnya sendiri.

Astaga! Jangan katakan jika aku mulai menyukai seseorang dan jangan katakan seseorang itu adalah Keane.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 844 72
Maximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi...
364K 950 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
1.1M 106K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
7.5K 782 44
Berkeliling dunia. Itu adalah impian semua orang, keinginan bagi para travelling. Dan menjelajahi berbagai tempat di negara lain. Tapi, bagaimana jik...