[FINISHED]Kapten Basket vs Vl...

By Zabilae

92K 3.9K 353

Ini bukan hanya cerita tentang Nabila dan Khalil. Bukan hanya tentang permasalahan masa SMA yang melibatkan c... More

Satu. Who?
Dua. Meet You
Tiga. Taruhan
Empat. Lo lagi lo lagi
Lima. Au ah gelap!
Enam. Start!
Tujuh. Jangan Injek Kaki Gua
Delapan. Mom?
Sembilan. Baper enggak?
Sepuluh. Hari Pertama
Sebelas. Pentas Seni
Duabelas. Minggu Ketiga
Tigabelas. Penjelasan
Empatbelas. Ken?Can
Limabelas. Potongan masa lalu (1)
Enambelas. Potongan Masa Lalu (2)
Tujuhbelas. Lomba
Delapanbelas. Gudang, Album, dan Kenangan
Sembilanbelas. Kevan kenapa?
Duapuluh. Khalil ketemu Kean
Duapuluh satu. Lucas
Duapuluh dua. Please, stay with me
Duapuluh tiga. Dita
Duapuluh Empat. Home Tour
Duapuluh lima. Something... wrong?
Duapuluh enam. Meet up
Duapuluh delapan. Lucas (2)
Duapuluh sembilan. Siapa yang bisa dipercaya?
Tigapuluh. It's hurt
Tigapuluh satu. Flashback
Tigapuluh dua. Lari
Tigapuluh tiga. Hopeless
Epilog. Hey, I miss you

Duapuluh tujuh. Let's Find The Truth

1.5K 64 2
By Zabilae

Sorry for typo(s) :"

Nabila terbangun dari tidurnya. Hal yang pertama ia lihat adalah ekspresi cemas dari Kean.

"Kak..." Kean terkejut sekaligus merasa senang melihat Nabila sudah sadar.

Ia langsung saja memeluk adiknya itu. Rasa khawatir di dada Kean seketika menguap dan perasaan lega menghampirinya.

"Nabila kamu nggak papa kan?" Nabila hanya menggeleng, ia masih sedikit pusing.

"Kok bisa pingsan sih? Pasti gara-gara pacar kamu itu ya?" Nabila menggeleng lagi.

Ia mencoba mengingat penyebabnya pingsan. Perbincangannya dengan Rachel pun terlintas.

Ia lalu menatap langsung ke arah mata Kean. Mencoba mencari apakah benar yang dikatakan Rachel.

Kakak nggak mungkin pembunuh, Nabila terus menatap mata Kean yang membuat Kean menjadi bingung.

"Kenapa bil? Ada yang salah sama mata kakak?"

"Kakak sayang bila?" Kean mengerutkan alisnya bingung.

"Jelaslah, kamu kan adek kakak" Nabila tersenyum lalu terus memeluk Kean.

Kean hanya bisa terkejut karena perlakuan tiba-tiba dari Nabila.

"Sekarang jawab, kenapa bisa pingsan?" Nabila tersenyum.

"Kecapean kali, pas kerja kelompok tadi siang pingsan deh" Kean hanya bisa mengangguk walaupun ia tidak percaya.

Padahal bila kambuh lagi kak, oke bil tenang jangan stress, ucap Nabila dalam hati.

"Yaudah, kamu sekarang makan terus tidur, besok masih sekolah"

···

"Bil!" Nabila menoleh kearah sumber suara dan menemukan Khalil yang sedang berlari ke arahnya.

"Gimana? Lo udah baikan?" Khalil menempelkan telapak tangannya di jidat Nabila.

"Gue syok, bukan demam lil. Mulai deh kumat lagi" Khalil hanya cengengesan menanggapi Nabila.

"Gimana? Ikut kan lo?" Nabila memicingkan matanya sembari mengembungkan pipinya, berpikir.

"Hufttt... iya gue ikut" Khalil tertawa sembari mengajak tos dengan Nabila.

"Yaudah gue anterin ke kelas nyok" Nabila tertawa lalu berjalan bersama Khalil.

"Mau gandengan nggak?"

Blushh..

Sudah agak lama dari Nabila merasakan rasa ini. Masalahnya, Khalil itu bukan orang yang romantis.

Nabila lalu mengaitkan tangan kanannya dengan tangan kiri Khalil dan mulai berjalan menuju kelasnya. Uhhh manisnya~

"Menggerrrrrr pangeran mo lewattttt" ya jangan tanya itu siapa.

Dengan santainya Kevan jalan diantara keduanya dan memutuskan tautan itu.

"Kampret lo vannnn" Khalil terlanjur kesal dengan Kevan.

"Akhhh lill iya ampunnn... Ekhh napass guehhh" iya itu Kevan lagi diketekin Khalil.

"Udah baikan?" Nabila menoleh dan mendapati Salsha di sebelahnya, ia pun mengangguk.

"Jangan banyak pikiran lagi ya, gue khawatir" Salsha tersenyum sedih seraya menatap sahabat kecilnya itu.

"Elahh mellow amat, nggak cocok sama lu berdua"

Nabila dan Salsha kesal lagi-lagi Kevan merusak suasana. Musnahin tidak?

Mereka pun menatap Kevan tajam dan, "KEVANNNN"

"MAMAAAA TOLONGIN EDHHH"

···

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari 30 menit yang lalu, tetapi Nabila dan Salsha masih anteng di kelas.

Ngapain?

Nungguin Khalil sama Kevan rapat basket. Soalnya seminggu lagi mau ada pertandingan.

"Bil, nanti gue minjem baju lo dulu ya, repot pulang dulu" Nabila hanya mengangguk. Ia sedang terfokus dengan youtube-nya.

"Hai bil, hai juga salsha" Nabila reflek mendongak dan mendapati Reina tersenyum ke arahnya.

Heum? Senyum? Kepaksa itu mah

"Ngapain lo?" Nabila nggak bisa nggak sinis kalau sama ni anak.

"Santai aja kali, sinis banget sama gue" Nabila memutar bolamatanya jengah menghadapi Reina.

"Jadi lo mau apa?" Salsha bingung, sejak kapan mereka kenal dan cukup dekat?

"Sama kayak kemaren, tapi kenapa lo nggak turutin? Itu perintah loh sebenarnya" Reina tersenyum mengejek.

"Emangnya lo siapa yang seenaknya merintah gue?" Salsha rasa atmosfir di sekitarnya tidak lagi enak.

Ini pasti gegara Khalil, aduhh si kampret pake lama lagi, rutuk Salsha. Ia lebih memilih bungkam daripada ikut disemprot kedua gadis itu.

"Please ya bil, ini tuh buat kebaikan Khalil! Kalo lo cinta sama dia, ya lepasin"

Emosi Nabila bertambah saat gadis di depannya itu memberikannya selembar foto.

"Toh, juga kayaknya Khalil cocok sama gue" Salsha langsung mengambil foto itu karena penasaran.

Salsha sedikit terkejut, pasalnya di sana terlihat Khalil dan Reina sedang tertawa bersama. Ketawa sih nggak papa, tapi tangannya ituloh, di atas kepala Reina :"

"Gimana? Cocokkan? Udah putus aja lo sama Khalil, gampang"

"Sabar bil sabar, nenek lampir nggak usah ditanggepin" Salsha berbisik, tapi suaranya besar, kan kedengeran Reina.

"Heh! Gue denger ya!" ucap Reina sembari menggebrak meja Nabila. "Sengaja sih"

"Mendingan lo pergi, enek gue ngeliat lo. Lagipula, ini kelas gue, hush hush"

"Tanpa lo suruh, gue juga bakal pergi" Reina pun berjalan keluar kelas Nabila dengan langkah kesal.

"Oh satu lagi bil," Nabila jengah melihat gadis itu datang lagi.

"Khalil bakal jadi milik gue, apa pun caranya" Reina menampilkan seringainnya.

"Gelo ih dia mah" Nabila sebenarnya sedari tadi memikirkan perkataan Reina.

"Ehh eneng geulos kenapa melamun? Nda baek atuhh" Udah, suasananya rusak.

"Geulis kepan bukan geulos. Lu pikir gelas apa?" Salsha ingin sekali memukul Kevan, tapi kasihan mukanya udah nista nanti tambah nista.

"Kenapa bil?" Nabila menggeleng dan tersenyum. Dan soal foto, ia sudah menyimpannya di kantong rok.

"Pergi sekarang?" Kevan, Salsha, dan Nabila mengangguk menjawab ajakan Khalil.

···

"Jadi, kita mau kemana dulu nih?" Kevan yang udah ganteng, nanya ke Khalil.

"Kak Rachel baru ngirim satu alamat, kita ke sono dulu kali ya" Yang lain hanya mengangguk menanggapi.

Kali ini Khalil yang menyetir, Kevan di sebelahnya dan Nabila serta Salsha berada di belakang.

"Lil" Khalil melirik Salsha dari kaca. "Apaan?"

"Tadi Reina ngelabrak Bila" Mobil itu berhenti mendadak karena Khalil.

"Salak!" Untungnya semua orang memakai sabuk pengaman, kalau tidak wajah (yang katanya) tampan milik Kevan akan luka.

"LO DENDAM AMA GUE LIL?! DENDAM GEGARA GUE LEBIH GANTENG?! JADINYA BILA LEBIH SAYANG GUE, GITUH?!"

Pletakk..

"Adaww! Sakit ihh" tangan Salsha udah gatel daritadi, makannya dia jitak deh si Kevan, pake seluruh kekuatan yang ia punya malah.

"Reina ngelabrak lo, bil?" Khalil sudah menghadap Nabila dan dengan tenangnya Nabila mengangguk pelan.

"Ngelabrak gimana?" Nabila lagi-lagi menggeleng, "udah lanjutin ajalah"

"Elahh kasih tau aja napa. Ehh gue tau-gue tau" Khalil menoleh ke arah Kevan sembari mengernyit bingung.

"Pasti..." Kevan menggantungkan omongannya dan melihat ketiga temannya.

"Pasti lo berdua ngerebutin gue kan!" Salsha lagi-lagi menggeplak kepala Kevan dengan sangat ikhlas.

"Reina suka sama lo lil, dia malah ngasih foto lo berdua, terus gue harus apa?" Khalil melotot, sedangkan Nabila hanya mengembuskan nafasnya.

Nabila pun membuka tas kecil yang dibawanya dan mengambil selembar foto. Ia pun menyerahkan foto itu kepada Khalil.

"Lil, mending lo pinggirin mobil dulu deh, tabrakan yang ada entar kita di tengah-tengah kek gini" Khalil mengangguk menjawab Kevan.

Sambil memegang foto itu, ia meminggirkan mobilnya. Ia melotot kaget saat melihat foto itu.

Ini siapa yang motoin anjing?! - Khalil

Nggak usah bawak-bawak gue manusia! - Anjing

"Ini nggak kayak yang lo liat bil" Nabila menghembuskan nafasnya.

"Maunya gitu, tapi ada bukti loh lil, gue harus apa?" Khalil mengusap wajahnya gusar.

"Kita cuma lagi becanda, lo nggak bisa cemburu karena gitu doang" Emosi Nabila tersulut, ia merasa Khalil lebih memilih Reina.

"Iya lil, seharusnya gue nggak cemburu. Apalagi cuman karena cowok gue berduaan sama cewek lain" Khalil mendengus.

"Ck, jangan childish lah bil, seharusnya lo bisa ngerti keadaan sekarang. Bukannya ngurus yang nggak penting."

Nabila tersenyum sedih. Nabila tak habis pikir dengan Khalil, jadi dia yang bersalah sekarang?

Nabila tidak menginginkan Khalil yang memohon maaf, tapi ia hanya ingin mendengar kata maaf setelah itu sudah.

Menurutnya, Khalil yang harus mengerti dirinya, bukan dirinya yang harus mengerti Khalil.

"Gue? Childish? Ya.. ya.. terserah lo lil" Khalil mengerutkan alisnya tak suka.

"Nabila!" Khalil membentak Nabila. Dia sama sekali tidak suka merasa salah, yang Khalil tau, Khalil yang benar.

"Khalil, lo apaansih?!" Salsha geram, ia sudah tidak tahan mendengar perdebatan keduanya.

"Seharusnya lo yang nanya, kenapa sahabat lo itu" Mata Nabila memanas, ia merasa marah sekarang.

"Gue pergi" Nabila keluar dan langsung pergi. Salsha yang melihat itu langsung keluar ingin menyusul Nabila.

Dengan cekatan, Khalil keluar dan menahan langkah Salsha. "Khalil lo ngapain?!"

"Biarin dia pergi, biar dia tau dia itu salah" Salsha menggeleng tak percaya memandang Khalil.

Kevan yang sedari tadi diam menggeleng dan menepis tangan Khalil di lengan Salsha.

"Daritadi gue diem aja bukan berarti lo bener, lil" Kevan menatap intens Khalil.

"Coba lo pikirin, gimana kalo terjadi apa-apa sama Nabila?" Suara Kevan yang semakin berat menandakan ia menahan amarah dan Khalil sangat tau itu.

"Terus, belain aja terus si Bila. Gue sahabat lo dari kecil aja nggak lo peduliin, fine"

"Lo yang seharusnya tau dan ngerti gimana perasaan Nabila sekarang, bukan kayak gini"

Kevan menampar kecil pipi Khalil lalu berlari menyusul Nabila.

"Kevan bener, nggak seharusnya lo tadi ngebentak Nabila. Gue tau lo nggak mau disalahin, tapi Nabila juga sama lil, apalagi dia lagi banyak pikiran"

Khalil nggak perduli, ia seakan tuli dan nggak dengerin Salsha sama sekali.

"Sekarang kita pergi dan cari Nabila" Salsha pun masuk dan duduk di kursi sebelah Khalil, tempat Kevan.

"Khalil cepetann" dengan berat hati, Khalil masuk dan melajukan mobilnya mencari Nabila.

"Ngerepotin emang" Salsha menoleh dan menepuk lengan Khalil dengan kuat.

"Itu pacar lo, bego!"

···

"Hahh.. hahh.. hahh.. udah ye ributnya" nafas Kevan tersengal karena baru udah ngejar Nabila.

"Nih minum dulu, kasihan gue sama lo" Salsha menyodorkan air putih untuk Kevan.

"Salah lo sendiri, ngapain nyari gue" Kevan yang gemas pun menjitak pelan kepala Nabila.

"Bukannya makasih ni bocah, malah ngatain. Kita tuh lagi dalam misi ye, nanti deh marah-marahan"

Nabila yang malas mendengar ocehan Kevan pun lebih memilih memakai earphonenya.

Khalil menyetir mobilnya dengan pelan, sesekali ia melihat ke arah Nabila.

Ia ingin sekali meminta maaf perihal tadi. Namun, egonya selalu menang dan Khalil memilih bungkam.

Suasana mobil sepi, hening banget, soalnya si Kevan lagi tidur, cape dia mah.

Setelah 15 menit, mereka sampai di suatu rumah di tengah hutan. Nabila membangunkan Kevan dan segera keluar dari mobil.

"Hah? Kita udah sampe ya?" Dengan muka bantalnya, Kevan berjalan menuju Khalil dan langsung bersandar ke bahunya.

"Apaansih lo?!" Dengan cepat, Khalil mendorong kepala Kevan sampai Kevan terduduk di tanah.

"Kecap Bango! Sante dong lil! Nanti muka ganteng gue rusak, emangnya lo mau ganti?!"

Salsha mendekat dan menjitak (lagi) kepala Kevan. Ia lalu membantu pemuda itu untuk berdiri.

"Udah, ini di depan rumah orang, masih aja ribut" Nabila pun berjalan mendekat dan mengetuk pintu yang sudah reyot itu.

Tok

Tok

"Permisi, ada orang?" Keheningan menjawab pertanyaan Nabila. Ia lalu mengetuk lagi.

Kevan dengan segala kenekatan dan kepercayaan dirinya, berjalan mendekat dan membuka knop pintu.

"Lahh kagak dikunci ini"

"KEVAN!" Kevan tersenyum sembari memasang peace signnya.

Khalil yang sedari tadi diam, masuk tanpa memerdulikan Nabila. Ternyata tidak ada orang, hanya sebuah rumah dengan perabotan yang masih lengkap.

Semuanya berdebu, itu berarti rumah ini sudah ditinggali kosong cukup lama.

"Ihhh seremm nanti ada hantu atau setan gimana? Nanti dia ngambil ketampanan gue gimana?"

Kevan lagi sembunyi di belakang Salsha. Sedangkan Salsha, ia merasa risih dengan kelakuan Kevan.

"Yang ada setannya takut ngeliat lo, udah ah sana! Risih gue" iya, Salsha risih, risih banget soalnya jantungnya kaya sprint pas Kevan nemplokin dia.

"Udah-udah, sekarang kita mencar, cari apapun yang bisa jadi bahan penyelidikan kita"

Mereka pun berpencar, mencari ke sekeliling ruang tamu itu.

"Lah?! Ini kan abang lo bil!" Nabila menoleh ke arah Kevan dan segara berlari menuju Kevan.

"Iya, ini kakak gue. Tapi, dia siapa?" Salsha dan Khalil pun datang dan langsung melihat foto itu.

"Om Lucas?"

"Lo kenal sal?!" Kevan memekik kaget.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Hehehehe maap updatenya lama :)))

Ya kan sesuai permintaan yak, nggak ada yang minta fast updatr jadi slow aja updatenya.

Segitu aja bacotanku jangan lupa tinggalin jejak :"))) tolong yaaa kan udah panjang itu aku ngetiknya :")))

Mind to leave your bacotans in my story?

Zabilae
Rabu, 29 Agustus 2018

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
811K 70.6K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 224K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...