[FINISHED]Kapten Basket vs Vl...

By Zabilae

92K 3.9K 353

Ini bukan hanya cerita tentang Nabila dan Khalil. Bukan hanya tentang permasalahan masa SMA yang melibatkan c... More

Satu. Who?
Dua. Meet You
Tiga. Taruhan
Empat. Lo lagi lo lagi
Lima. Au ah gelap!
Enam. Start!
Tujuh. Jangan Injek Kaki Gua
Delapan. Mom?
Sembilan. Baper enggak?
Sepuluh. Hari Pertama
Sebelas. Pentas Seni
Duabelas. Minggu Ketiga
Tigabelas. Penjelasan
Empatbelas. Ken?Can
Limabelas. Potongan masa lalu (1)
Enambelas. Potongan Masa Lalu (2)
Tujuhbelas. Lomba
Delapanbelas. Gudang, Album, dan Kenangan
Sembilanbelas. Kevan kenapa?
Duapuluh. Khalil ketemu Kean
Duapuluh satu. Lucas
Duapuluh dua. Please, stay with me
Duapuluh tiga. Dita
Duapuluh Empat. Home Tour
Duapuluh enam. Meet up
Duapuluh tujuh. Let's Find The Truth
Duapuluh delapan. Lucas (2)
Duapuluh sembilan. Siapa yang bisa dipercaya?
Tigapuluh. It's hurt
Tigapuluh satu. Flashback
Tigapuluh dua. Lari
Tigapuluh tiga. Hopeless
Epilog. Hey, I miss you

Duapuluh lima. Something... wrong?

1.5K 78 1
By Zabilae

Nabila berjalan pelan menuju kelasnya. Entah kenapa pikirannya masih berpusat ke obrolan kakaknya dan Khalil kemarin.

Ia bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sepertinya, mereka berdua saling membenci?

Apalagi perkataan Khalil bahwa nantinya, ia sendiri yang akan mengusir Kean.

Permasalahan ini bisa membuat otaknya terbalik hanya untuk memikirkannya saja.

Ia memutuskan untuk pergi ke kantin dan membeli sebotol air mineral. Haus dia mah.

"Makasih bu" Bu Ira, penjaga kantin hanya tersenyum sembari mengangguk kecil.

Nabila memilih untuk duduk sebentar di kantin. Toh bel masuk masih 20 menit lagi.

"Hai bil" Nabila menoleh dan mendapati seorang gadis duduk di sebelahnya dengan senyum simpul.

"Heum... Reina ya kan?" Reina hanya tersenyum membalas pertanyaan Nabila. "Ada apa na?"

"Enggak ada apa-apa kok. Emang salah gitu kalo gue nyapa?" Nabila hanya bisa tersenyum kikuk.

"Bukan gitu maksud gue na"

"Iya nggak papa kok. Kita juga nggak pernah deket kan selama ini?"

Diantara mereka hanya ada keheningan sekarang. Nabila bingung untuk memulai pembicaraan diantara mereka.

"Bil" Nabila menoleh ke arah Reina. "Jauhin Khalil. Kalo perlu, putusin dia"

Nabila mulai tak suka dengan gadis di depannya itu. Tapi, ia masih bisa mengontrol emosinya.

"Maksud lo apa?" Reina menyeringai, dan itu terlihat sangat menyebalkan di mata Nabila.

"Kalo gue bilang lo nggak pantes buat Khalil gimana?" Okey, menurut Nabila, Reina sudah sedikit kelewatan.

"Lo kali yang nggak pantes buat Khalil" Nabila tertawa di akhir kalimatnya.

"Akhh" Nabila sedikit meringis ketika Reina mencengkram lengannya dengan kuat.

Nabila tidak lemah ok? Nabila itu kuat. Ia pun menggenggam tangan Reina dan memutarnya ke arah kiri.

"Awh.." Kali ini Reina yang kesakitan. Nabila tidak perduli lagi.

"Nggak usah sok kuat. Kalo lemah ya lemah aja" Nabila menghempaskan tangan Reina begitu saja dan pergi dari kantin.

Reina mendengus lalu mengejar Nabila. "Gue serius. Lo nggak pantes buat Khalil. Kalo dia sama lo terus, gue nggak yakin Khalil bakal terus hidup"

Nabila tertegun. Ia ingin sekali berteriak kepada gadis di belakangnya itu, tapi ia masih mempunyai rasa malu dan memilih pergi ke kelas.

Reina menghela nafasnya kasar. Dering handphone membuatnya harus mengangkat panggilan itu.

"Ck, dia lagi" Reina pun menggeser ikon hijau di layar handphonenya. "Terserah lo mau apain si Nabila, gue nggak peduli. Tapi inget, Khalil jangan sampe luka"

···

"Lo nggak papa? Kok bisa kayak gini sih?" Saat ini, Nabila bersama Salsa dan Kevan sedang di rumah Khalil.

"Gue nggak papa elah. Cuma kesrempet motor doang" Nabila menghela nafas lalu pergi ke ruang tamu.

Jadi, pas istirahat pertama Kevan datang ke kelas Nabila dan mengatakan bahwa Khalil kecelakaan.

Nabila saat itu sangat panik dan langsung menelpon Khalil. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak apa-apa dan datanglah sesudah pulang sekolah.

Dan yaa, sekarang ia di sini. Ngomong-ngomong dimana Kevan? Daritadi, Nabila tidak melihat pemuda itu.

"Eh sal, si kepan kemana?"

Salsha yang sedang mengobrol dengan bundanya Khalil langsung menunjuk sofa panjang di sebelahnya.

"Astaghfirullah" Kevan capek, makanya dia tidur.

"Ini anak ketemu bantal langsung molor ae" Nabila mengeleng melihat Kevan yang sedang tidur.

"Biasa si Kevan mah. Dari kecil udah kayak gitu mulu tingkahnya. Jadi nggak kaget lagi bunda" Nabila pun duduk di sebelah Salsha.

"Kak Rachel dimana bun?"

···

Gadis itu melangkah cepat menuju meja resepsionis dengan emosi yang sedikit memuncak.

"Permisi, apakah pak Arya nya ada?" Gadis itu bertanya kepada resepsionis yang ada.

"Maaf tapi apakah anda sudah membuat janji?" Gadis itu menggeleng.

"Maaf, tapi anda tidak bisa masuk" resepsionis itu menggeleng kecil sembari meminta maaf.

"Katakan kepada pak Arya, bahwa Rachel ingin bertemu" resepsionis itu pun menelpon atasannya dan mengatakan hal yang dikatakan gadis itu.

"Silahkan ikuti saya nona" Rachel hanya bisa tersenyum dan mengikuti resepsionis itu.

Mereka berdua akhirnya sampai di depan pintu ruang kerja Arya ahh mari memanggilnya Kean.

Rachel membuka pintu itu tanpa permisi dan mendapati Kean yang sedang sibuk dengan dokumen-dokumen di mejanya.

Setelah sekian lama, mata mereka bertemu. Memancarkan kerinduan yang sudah memupuk di relung hati dan hari ini memaksa untuk keluar.

Ingin rasanya Rachel berlari dan memeluk prianya. Pria yang selama ini menghilang dari hidupnya.

Kean berdiri dan langsung menarik Rachel ke dalam pelukannya.

Rasa rindu yang terkukung itu akhirnya lepas dan membuat Rachel menangis.

Dengan cepat Rachel melepas pelukan itu dan menjauh dari Kean.

Ia tidak mau terjatuh pada pria itu lagi dan membuat semuanya runyam. Dan akan berakhir menyedihkan.

Kean mengerutkan alisnya. Ia bahkan belum puas memeluk kekasih kecilnya itu.

"Kenapa dilepas?" Rachel menggeleng. "Aku masih mau meluk kamu, chel"

Gelengan Rachel tambah kuat dan sekarang ia sedang menggigit bibirnya agar suara isakan itu tidak keluar.

"Chel, kamu nangis?" Kean mendekat. Tetapi, Rachel mundur. Ia menolak dekat dengan pria itu.

"Lo apain adek gue?" Hati Kean mencelos. Sejak kapan kekasihnya itu memanggil dirinya dengan Lo?

"Maksud kamu apa chel? Aku nggak ngerti" Rachel tertawa hambar. "Gue tanya. Lo apain adek gue?!"

Rachel sudah membentak Kean. Dan Kean tidak suka seorang pun membentaknya, tanpa terkecuali.

Kean pun mendekat dan mencengkram kuat lengan Rachel.

Dengan spontan, Rachel mendongakkan kepalanya karena kaget. Mata mereka pun bertemu. Kean dapat melihat air mata di mata kekasihnya itu.

Ingatkan Kean untuk tidak luluh dengan cepat hanya karena air mata itu. Ia sudah banyak melihat linangan air mata dari setiap korbannya.

Tapi, hatinya sakit saat melihat gadis yang begitu ia cintai menangis karenanya.

Kean lalu melepaskan cengkramannya dan beralih memeluk Rachel dengan hangat.

Pria itu menyembunyikan wajahnya di bahu mungil kekasihnya. Menghirup aroma parfum yang selama ini dirindukannya.

"Maafin aku chel. Tapi sumpah, aku nggak ngelakuin apapun" Kean masih bisa mendengar isakan kecil dari Rachel.

Ia terus memeluk Rachel. Ia tau, sedikit saja ia melepaskan gadis itu, ia pasti akan pergi.

"Jangan pergi, aku rindu kamu"

···

Dan di sinilah Kean. Setelah acara melepas rindu dengan kekasihnya itu dan mengantarkan gadis itu pulang dengan paksaan dan ancaman tentunya, ia langsung ke sini.

Asap rokok menyambut kedatangannya. Ruangan dengan penerangan minim ini, tidak membuatnya takut sedikitpun.

Di sana, di bawah sebuah bohlam kecil itu, Lucas sedang menunggunya dengan menghidupkan rokoknya.

"Ada apa kau memanggilku?" Lucas tidak mau berbasa-basi. "Apa sebenarnya rencanamu, Mr.Lucas?"

Lucas mengangkat alisnya bingung. Ia menghembuskan asap itu ke depan wajah Khalil.

"Memangnya apa yang aku lakukan Arya? Aku tidak melakukan apapun sekarang"

Kean mendengus, "Lalu, dengan menyuruh seseorang untuk menabrak seorang pemuda SMA itu untuk apa?"

Lucas tertawa. Ia lalu menghisap lagi rokoknya, "Memangnya apa urusannya denganmu? Bukannya itu malah menguntungkanmu?"

Lucas mematikan rokoknya dan berdiri dihadapan Kean. "Kau bahkan tidak pernah menyukai pemuda itu bukan?"

"Jangan lukai dia. Aku tidak mau kekasihku membenciku hanya karena ulah bodohmu itu"

Lucas tersenyum sembari menepuk tangannya. Ia terus bertepuk tangan dan memutari tubuh Kean.

"Wahh lihat siapa yang ingin menjadi baik di sini."

Kean memutar bola matanya kesal. "Dengan aku menyuruhmu untuk tidak menyakiti pemuda itu, bukan berarti aku akan menjadi baik kepadanya"

"Memangnya, siapa kau yang menyuruhku, Keano Arya Pradiwijaya?"

Lucas maju ke depan Kean dan menunjukkan seringaiannya. "Jujur saja, aku tidak menyukai adikmu. Karena dia, kau menjadi pembangkang seperti ini"

Wajah Kean mengeras. Ia tidak mau terjadi hal buruk kepada adiknya. "Jangan sentuh adikku! Atau kau akan ku bunuh"

"Lihat saja, apa yang akan terjadi kepada adikmu jika kau tidak menuruti semua ucapanku"

"Brengsek!"

Lucas pergi meninggalkan Kean di ruangan itu. Kean tidak dapat membayangkan, apa yang akan terjadi kepada adiknya.

"Arghhh... Ini semua salahnya! Kalau saja dia tidak berkhianat dari mama, aku tidak akan bertemu dengan lelaki brengsek itu"
.
.
.
.
.
.
.
.
T to the O a.k.a To be continue

Sorry for typo(s) ya? And call me Zaaaa not kak or thor or something.

Eyyy udah masuk sekolah ya??? Gimana asik nggak sekolah?

Enggakkk!!!! - Suara hati terdalam saya

Udah cukup ya kita main-mainnya. Chapter kemaren terakhir deh keknya, nah mulai chapter ini kita bakal serius.

Semakin serius chapter, semakin sakit juga Nabila, semakin dekat sama endnya.

Gimana? Seneng nggak tuh? Seneng lah!

Pokoknya endingnya udah disusun deh, tapi belum diketik ae. Sampe sequel udah siap malah di memori otak.

Nah segini dulu, maaf ganggu notif kalian. Makin aneh ya ceritanya?

Don't forget to vote and comments. I'm really happy, if you guys vote this story and leave some comments ok?

Zabilae
Rabu, 18 Juli 2018

Continue Reading

You'll Also Like

546K 58.7K 37
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
644K 43.6K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
5.3M 227K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4.1M 242K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...