[FINISHED]Kapten Basket vs Vl...

By Zabilae

92K 3.9K 353

Ini bukan hanya cerita tentang Nabila dan Khalil. Bukan hanya tentang permasalahan masa SMA yang melibatkan c... More

Satu. Who?
Dua. Meet You
Tiga. Taruhan
Empat. Lo lagi lo lagi
Lima. Au ah gelap!
Enam. Start!
Tujuh. Jangan Injek Kaki Gua
Delapan. Mom?
Sembilan. Baper enggak?
Sepuluh. Hari Pertama
Sebelas. Pentas Seni
Duabelas. Minggu Ketiga
Tigabelas. Penjelasan
Empatbelas. Ken?Can
Limabelas. Potongan masa lalu (1)
Enambelas. Potongan Masa Lalu (2)
Tujuhbelas. Lomba
Delapanbelas. Gudang, Album, dan Kenangan
Sembilanbelas. Kevan kenapa?
Duapuluh. Khalil ketemu Kean
Duapuluh satu. Lucas
Duapuluh dua. Please, stay with me
Duapuluh Empat. Home Tour
Duapuluh lima. Something... wrong?
Duapuluh enam. Meet up
Duapuluh tujuh. Let's Find The Truth
Duapuluh delapan. Lucas (2)
Duapuluh sembilan. Siapa yang bisa dipercaya?
Tigapuluh. It's hurt
Tigapuluh satu. Flashback
Tigapuluh dua. Lari
Tigapuluh tiga. Hopeless
Epilog. Hey, I miss you

Duapuluh tiga. Dita

1.7K 75 2
By Zabilae

"Gue turut berduka ya kak"

Rafa mengangguk. Ia hanya bisa tersenyum kecil sembari menahan tangisnya.

"Makasih udah dateng lil"

"Yang sabar kak, ikhlasin kak Ditanya biar dia tenang" Rafa tersenyum menanggapi

"Polisi kemaren ke sini ngapain kak?"

"Nangkep bokapnya Dita"

Flashback

Sehari setelah kematian Dita

"Ck, ni cabe satu kagak angkat-angkat telpon gue. Emang dia pikir gue nggak khawatir gitu?"

Rafa terus-terusan menelpon Dita. Rafa menjadi khawatir beberapa jam ini.

Pasalnya sang pacar biasanya akan selalu menghubunginya untuk menanyakan kabar.

Dan sudah beberapa jam ia tidak bisa dihubungi. Ia mencoba menchat dan menelpon lewat berbagai media sosial. Dan hasilnya? Nihil, Dita tak menjawab.

Rafa memutuskan untuk menelpon adik Dita, Dewi. "Halo dew?"

"Eh, kak Rafa? Halo kak kenapa?"

"Gue mau nanya nih, ini si Dita kemana sih? Kok dihubungin nggak bisa?"

"Hah? Kak Dita nggak bisa dihubungin?"

"Iya, udah dari kemaren sore. Biasanyakan dia udah ngebacot"

"Gue juga nggak tau kak. Soalnya baru otw pulang nginep dari rumah temen"

"Yaudah deh kalo lo udah tau telpon gue lagi ya?"

"Sip"

Rafa mematikan sambungan telponnya dengan Dewi.

Ia mencoba lagi menghubungi Dita. Tak lupa beberapa sahabat Dita yang ia kenal.

Merasa lelah, ia pun berbaring di kasurnya. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia merasa harus memastikan keadaan Dita baik-baik saja.

Drtt..
Drtt..

Handphonenya berdering dan menampilkan nama Dewi yang menelponnya.

"Halo dew gi-"

"KAK! KAK DITA HILANG!"

Nafas Rafa serasa tercekat di tenggorokannya. Entah kenapa rasa sesak langsung dengan cepat menjalar di hatinya.

"HILANG GIMANA?! KOK BISA?!"

"hiks hiks gu-gue juga nggak tau. Hiks kata mama kak Dita udah hilang dari kemaren"

"Arghh... dia kemaren kemana? Biar gue cari ke situ"

"Polisi udah ke situ kak, dan mereka nggak nemuin apa-apa. Termasuk rekaman cctv, di daerah situ nggak ada"

"Gue cari sekarang, kalo ada kabar kasih tau gue"

Rafa mematikan sambungan sepihak dan langsung meraih kunci mobilnya.

Tuing!

Satu pesan muncul di notifikasi handphone Rafa. Tanpa tahu dari siapa, ia langsung membukanya.

"Dapatkan gratis kuota- anjir gue kira apaan. Nggak mutu nih"

Saat ingin mematikan handphonenya, ia baru saar ada satu pesan lagi yang belum ia baca.

Awalnya ia berpikir hanya dari operator dan langsung menutupnya lagi.

Tapi, rasa penasaran mendominasinya. Ia pun meunlock handphonenya lagi.

"Awas aja nawarin kuota, gue potong itu jari si operator"

Ia pun membuka aplikasi pesan dan seketika ia menyesal karena tidak membuka pesan itu dari awal.

"Dita? Maksud ini apa?"

Rafa makin kalut saat membaca pesan dari Dita. Dengan tergesa ia lalu berlari menuju mobilnya.

"Bang, lu mau kemana?"

Kevan yang sedang di dapur, heran melihat Rafa yang berlari dari atas.

"Dita hilang Edh. Gue mau nyari"

"Gue ikut"

Rafa hanya menganggukkan kepalanya. Sekarang ia hanya mau Ditanya kembali. Hanya itu.

Kevan yang bermodalkan jeans pendek dan kaus oblong langsung menyambar handphonenya dan meraih topi yang ada di meja ruang tamu.

Di depan gerbang, mereka bertemu dengan Keisha yang baru pulang dari kampusnya.

"Ehh ini pada mau kemana? Kok nggak nungguin gue?"

"Ck minggir Kei, gue mau lewat"

Keisha merentangkan tangannya di depan mobil Rafa. Ia menggeleng dan menunjukkan wajah cemberutnya.

"Naik udah kak"

Keisha langsung berlari dan masuk di kursi penumpang. Rafa pun langsung menancap gas dengan kecepatan tinggi.

"Woy anjir, ngapain ngebut-ngebut? Gue belum mau mati anjir!"

Keisha misuh-misuh di belakang sembari memukul bahu Rafa yang sedang menyetir.

"Diem elah, katanya mo ngikut"

"Ya nggak gini juga bang, gue masih mau hidup!"

"Kak Dita hilang dan kita mau nyari dia!"

Keisha langsung bungkam mendengar ucapan Kevan. Ia nampak syok.

"Bang, bang Rafa berenti dulu, berenti bentar aja"

Rafa mengalah, ia pun meminggirkan mobilnya dan mengacak rambutnya frustasi.

"Coba lo tenang dulu bang, kalo lo kalut gini, kak Dita nggak bakal ketemu"

Keisha mencoba menenangkan sang kakak yang sedang kalut. Ia mengerti bagaimana perasaan sang kakak.

"Gue harus gimana ca? Dita hilang"

"Iya gue tau, sekarang gini aja, kapan terakhir kali dia ngabarin lo?"

"Kemaren, jam 1 siang"

"Lokasi terakhir dia?"

"Gue nggak tau"

Keisha menghembuskan nafas lelahnya. Ia sekarang sedang memikirkan cara bagaimana menemukan Dita.

"Bang, kita sekarang ke gedung tua pinggir kota sebelah barat"

Kevan berseru tiba-tiba. Rafa dan Keisha bingung mendengar ucapan adik bungsu mereka.

"Cepetan elah! Kasian kak Dita!!"

Rafa yang mendengar nama Dita langsung menuju tempat yang diucapkan oleh Kevan.

"Lo tau darimana kak Dita ada di sana?"

"Gue tadi nyari dia pake aplikasi pencarian gituh. Waktu itu gue donlot karena iklan pas gue main.

Gue pikir nggak ada guna. Taunya gue bisa tau dimana orang pake nomornya. Untung aja gue inget"

«^itu aing beneran liat iklan pas main game lohh»

Selama perjalanan Rafa terus berdoa supaya tidak terjadi apa-apa dengan Dita. "Gue hubungin polisi ya bang"

Rafa hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Keisha. 45 menit kemudian mereka sampai. Salahkan saja jalanan ibukota yang sangat macet siang itu.

Dengan tergesa Rafa memasuki gedung tua itu disusul oleh Kevan dan Keisha beserta polisi dibelakangnya.

Mata Rafa memanas melihat pemandangan di depannya. Rasa sesak seketika menyeruak di hatinya. Entah sejak kapan, kakinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya.

Perlahan tapi pasti, air matanya turun. Ternyata benar, perasaan tidak enaknya itu memiliki arti.

Sekarang, di depannya memang ada Ditanya. Namun tidak ada senyum seperti biasa di sana, nafas pun tidak.

Rafa perlahan bangkit menuju jenazah Dita. Saat ia menggenggam tangan Dita, yang terasa hanya kehampaan dan rasa dingin.

"Bodoh" genggaman tangan Rafa menguat "Udah tau nggak bisa dingin, malah di tempat kek gini, mati kan lo"

"Hiks kenapa dit? Kenapa? Kenapa lo pergi?"

Rafa meraih tubuh Dita dalam dekapannya. Ia menangis sambil memeluk Dita.

Keisha yang melihat sang kakak tak berdaya, hanya bisa menangis di belakang Kevan. Kevan sendiri meminta waktu kepada polisi untuk tak mengganggu Rafa.

Tangis Rafa makin menguat, begitu pula pelukannya terhadap Dita. Kevan yang tidak bisa melihat Rafa seperti itu, maju dan menarik tubuh sang kakak menjauh dari jenazah Dita.

Polisi pun langsung membungkus jenazah Dita dan membawa semua barang bukti. Beberapa polisi juga menyelusuri TKP untuk mencari bukti lainnya.

Tersisa Kevan yang sedang memeluk Rafa yang masih terisak hebat dan Keisha yang hanya bisa terdiam.

"DITA!! EDH LEPASIN GUE! DITA BUTUH GUE!"

"BANG, SADAR BANG! IKHLASIN KAK DITA"

"IKHLASIN APA? DITA CUMA TIDUR"

"Bang hiks jangan kayak gini hiks" Keisha mendekati kedua saudaranya itu dan memeluk Rafa.

"Hiks Edh lepasin gue, ca panggilin Dita, bilang ke dia pake baju anget sama minum teh. Tangan dia tadi hiks dingin banget"

"Bang, kak Dita udah nggak ada"

"Tangan dia dingin, gue juga nggak bisa ngerasain detak jantungnya tadi"

Rafa terus terisak, Kevan juga tidak melepaskan pelukannya terhadap Rafa.

Drt..
Drt..

Handphone Keisha berbunyi dan menampakkan nama kantor polisi di sana.

"Halo, apakah ini dengan saudari Keisha?"

"Ya saya sendiri, maaf ada apa ya?"

"Saya Rachel petugas polisi yang menangani kasus Dita. Saya ingin memberitahu bahwa keluarga korban ini menemui saudara Rafa"

"Baiklah, kami akan segera ke sana"

Mereka pun pergi menuju kantor polisi tersebut. Di sana, ayah Dita sangat murka karena mengira Rafa yang membunuh putrinya.

Polisi pun meminta izin untuk mengotopsi jenazah Dita dan menahan barang-barang Dita sebagai barang bukti.

Ayahnya Dita pun ditangkap karena bukti yang terdapat di buku Dita dan pengakuan suruhan Kean bahwa ayahnya Dita hampir melecehkan Dita dengan bukti palsu tentunya.

Rafa hanya bisa terdiam dan mencoba mengikhlaskan Dita. Ditanya, yang sudah sejak lama bersamanya.

Dan di sini lah Rafa sekarang. Tepat di depan makam Dita yang belum sepenuhnya mengering.

"Udah 3 hari dit, dan gue masih belum percaya"

Tangan Rafa terangkat mengelus papan kayu makam Dita.

Air matanya jatuh perlahan. Matanya tak lepas menatap makan kekasihnya itu.

"Makasih dit udah ngewarnain hari gue selama 7 tahun terakhir. Makasih dulu udah nerima anak cupu yang masih 14 tahun"

Rafa tertawa hambar mengingat kenangannya bersama Dita. "Gue harap Lo bahagia di sana, bahagia berada di samping Tuhan"

Ia menyeka air mata yang jatuh di pipinya. "Gue bakal berusaha untuk selalu bahagia, sama kayak lo yang janji ke gue bakal selalu bahagia"

"Bagus, Lo memang harus kayak gitu" Suara lain di belakang Rafa membuatnya menolehkan wajahnya.

"Maaf tapi siapa ya?"

Gadis itu mengulurkan tangannya, "Ah perkenalkan Rachel Chaera Putti, polisi yang membantu kasus Dita"

Rafa mengerutkan jidatnya dan membalas uluran tangan Rachel. "Oh iya, polisi yang waktu itu kan? Saya Kaisar Aditya Rafa panggil saja Rafa"

"Nggak usah formal banget, gue masih 20"

"Gue masuk 21"

Mereka berdua tertawa. Keduanya pun memutuskan untuk mampir ke kedai kopi terdekat.

"Mau minta maaf?"

Rachel mengangguk sembari tersenyum hambar. Bagaimana pun ia tahu, siapa dalangnya.

"Buat apa?"

"Gue nggak yakin lo bakal percaya, tapi kayak gue tau siapa pembunuh asli Dita"

Rafa terkejut. Jika Rachel yang sekarang berstatus polisi di depannya ini tau siapa pelaku sebenarnya, kenapa tidak ia tangkap?

"Terus kenapa nggak lo tangkap?!" Nada bicara Rafa meninggi. Ia merasa sangat emosional jika berkaitan dengan Dita.

"Sstt!! Nggak usah teriak bego!"

Rafa mencebikkan bibirnya kesal. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Gue nggak punya bukti Raf. Gimana ceritanya nangkep tuh orang?"

Rafa menghembuskan nafasnya dan langsung menenggak americanonya.

"Jadi gimana?"

"Nggak panas?"

"Apanya?"

"Americanonya"

"Oh nggak, udah anget soalnya"

Rachel hanya mengangguk mendengar jawaban Rafa. "Terus gimana?"

"Gimana apanya?"

Rafa memutar bola matanya jengah. Ia harus sedikit sabar menghadapi gadis di depannya ini. "Gue bunuh juga lo lama-lama"

"Ck maap ye kan, gue lupa" Rachel menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

"Bantu gue"

Rafa yang melihat sorot serius dari Rachel hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Tanpa mereka sadari, sepasang tangan sudah terkepal karena melihat interaksi keduanya.

Ia memang tidak mendengar, tetapi hatinya sakit hanya karena melihat Rachelnya bersama orang lain.

"Cih, setelah saya bunuh kekasihnya, dia malah ingin merebut kekasih saya?"

Dia Kean. Yang sedari tadi sudah mengikuti Rachel sampai bertemu dengan Rafa.

"Dia Rachel saya, dan akan selalu begitu"

Kean meninggalkan tempat tersebut dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena emosi yang meluap.

"Maaf sebelumnya, tapi gue rasa yang bunuh pacar lo itu pacar gue"

"Hah?! Kok bisa" Rachel hanya bisa tersenyum canggung dan menjelaskan akhirnya.

"Kalau gitu, gue bakal bantu. Demi Dita dan demi lo" Rachel terdiam dan dalam hitungan detik pipinya memerah.

"Ma-maksud gue, ahh demi kita eh enggak demi semuanya, iya demi semuanya"

Dan hari itu mereka habiskan dengan kecanggungan yang melanda.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue

Bahas kak Dita dulu yeee..
Nggak usah protes kenapa update, nanti kita lanjut ke Nabila sama Khalil

Aduhhh ada yang cembokur nih *ngelirik Kean

Berisik! - Kean

Yaudah segitu dulu, daripada aing digorok Kean gegara scene akhir, jadi aing pergi doeloe...

Jangan lupa vote dan comments ok? Acu suka comments kalian 😘😘😘

Zabilae
Kamis, 28 Juni 2018

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 357K 67
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
2M 101K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
6.1M 10.4K 1
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 224K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...