Hana's Indigo (True Story) (...

By MonicaMey_tabitha

1.7M 135K 8.4K

Karena banyak kesalahan dalam ejaan maka saya akan memperbaiki tiap babnya dan ada sebagian yang tidak saya p... More

Prolog
Tentang Dirinya
Hana
Kepergian Papa
Pengalaman Seram Di Rumah Kakek
Pindah Rumah
Juminten Dan Wachid
Sosok Menyeramkan Di Rumah Baru
Masa Sekolah Yang Tak Menyenangkan
Melihat Roh Kematian & Hantu Darmo
Pernah Lihat Reog dan Barongsai?
Ketika Rohku Berjalan
Minta Bantuannya
Saat Mereka Meminta Tolong
Kartu Tarot vs Peramal
Ada Apa Denganku?
Tragedi
Mencari Rumah Baru
Ketika Mitos Bertemu Fakta
Ke Rumah Kakek Nenek
Rumah Baru Dan Penghuni Tak Tampak
Berkunjung Ke Masa Lampau
Penunggu Perumahan
Berkeliling Kota
Awal Masuk SMA
Mencari KOS
Info And Ask Question
Ada Sesuatu Di Sana
Hantu Di Kos
Hantu Tv Vs Hantu Nyata
Museum Malang
Menginap Di Rumah Teman
Keusilan Mereka
Felicia Sang Penjaga Setia
Kos Baru dan Wanita Jepang
Bersama Mereka
Tinggal Di Malang
Ssssttt....Jangan Berisik
Kenapa Kalian Di Sini?
Hal Yang Aneh
Jangan Rasuki Tubuhnya
Pengalaman Pertama
Taman Bermain
Mereka Yang Tertinggal
Anak Kecil Di Kos
Hantu Lapar
1860
Lawang Sewu
Cerita Di Kos
Liburan Di Rumah
Kematian Nenek
Pergi Untuk Selamanya
Pertemuan "Mereka"
Surabaya
Mereka Di Tempat Kerja
Di Tempat Kerja
Lembur
Rumah Sakit
Pengganggu Di Kantor
Jahil Atau Mau Berteman
Tidak Ada Bayangan
Ada Yang Mengintip
Jalan - Jalan Bersama Hana
Siapa Di Sana
Kepergian Sahabat
Selamat Jalan Kawan
Hari Yang Menjengkelkan
Bertemu Keluarga
Liburan Yang Tak Menyenangkan
Question And Answer
Melihat Arwah Tragis
Bukan Akhir

Curhatan Di Alam Lain

16.6K 1.3K 70
By MonicaMey_tabitha

Mohon dukungannya selalu. Beri voment atau vote itu sudah menghargai karya saya.

Salam sayang

Mm

"Ketika kesedihan mereka adalah kesedihanku juga."

******

Kita sebagai manusia tidak akan pernah mengetahui di usia berapa Tuhan memanggil kita. Kita sebagai manusia hanya bisa menunggu dan selalu berbaik kepada semua orang. Kisah yang aku ceritakan sebenarnya ada di karyanya kakakku tapi di sini aku mau berbagi kisah ini secara penuh. Maklum kakakku membuat cerita sebagian besar adalah kisah yang aku alami bersama mereka.

Kisah ini di mulai saat aku dan kakakku pergi ke rumah sakit untuk mendaftarkan nomer antrian untuk mama. Kebetulan rumah sakit itu ada di depan sekolahku dan aku pulangnya tidak terlalu siang. Setiap Jumat pasti sekolah di manapun (kecuali Internasional ya) pulangnya jam 11 agar ada yang bisa Shalat Jumat.

Sepulang sekolah kakakku sudah menunggu di kos dan kami akhirnya berjalan kaki menuju ke rumah sakit. Sebelum aku melangkahkan kaki masuk ke ruangan pendaftaran aku sudah merasakan banyak yang mengawasiku. Auranya kebanyakan aura kesedihan, kemarahan dan penolakan. Rupa mereka jika dalam kesedihan akan tampak dengan menunjukkan wajah yang menunduk dan menangis sedangkan jika mereka dalam keadaan marah atau penolakan karena belum siap meninggal biasanya mereka menunjukkan wajah yang menakutkan dan seram.

"Kamu tunggu di sini biar antriannya tidak panjang."

Kakak menyuruhku duduk di bangku kayu yang panjang dan putih warnanya di depan ruangan antrian.

"Aku mau cerita."

Tiba - tiba saja ada seorang perempuan muda duduk di sebelahku dengan baju panjang warna biru muda dan berdarah di perutnya yang mengalir terus ke lantai.

"Kenapa kamu tahu aku bisa melihat?"

"Aku bisa tahu hanya dengan melihatmu saja dari depan."

"Apa yang mau kamu ceritakan?"

"Aku hanya ingin bercerita saja. Aku belum siap untuk pergi."

"Memangnya kenapa?"

"Aku ingin menjaga anakku."

Akhirnya mengalirlah cerita dari wanita muda ini. Dia baru saja meninggal karena melahirkan. Anaknya selamat dan di rawat oleh ayahnya saat itu. Dia akan pergi jika anaknya dalam perawatan yang baik. Dia tidak menyebutkan siapa namanya. Jadi panggil saja dia Sari. Sari waktu meninggal usianya sekitar 20-an. Sari tidak mau menyebutkan usia sebenarnya.

Mungkin bagi orang lain konyol ya karena kok bisanya di curhatin oleh mereka yang sudah tiada. Jangan salah mereka juga butuh tempat / orang yang bisa mendengarkan kisah hidup mereka tapi terkadang masalahnya setiap orang bertemu dan berpapasan dengan mereka pasti orang - orang pada lari duluan atau pingsan. Itu yang mereka katakan kepadaku.

"Kami hanya ingin di dengar bukan di takuti meskipun rupa kami menakutkan bagi mereka. Sebagian dari kami tidaklah jahat."

Kembali ke cerita Sari. Sari menikah di usia muda dan dia sangat bahagia bersama suaminya. Sejak hamil Sari sering merasa sakit - sakitan tapi dia bertahan untuk anak yang akan dia lahirkan. Aku bisa merasakan kesedihan yang di rasakan Sari meskipun aku belum menjadi ibu. Kesedihan tidak bisa melindungi anaknya, tidak bertemu anaknya dan melihatnya tumbuh besar hingga anaknya menikah.

"Aku tidak akan pernah bisa memegang anakku dan melihatnya tumbuh besar."

"Aku ingin sekali menyentuhnya tapi aku tidak mau ia takut denganku."

"Pergilah Sari. Tempatmu bukan di sini lagi. Ada waktunya kamu akan bertemu dengan anakmu. Percayalah jika anakmu akan di jaga oleh orang yang tepat."

Sari hanya menggeleng dan tersenyum pahit ke arahku. Aku tahu dia tak akan mau pergi. Dia belum siap untuk menyeberang.

"Terima kasih sudah mau mendengarkanku."

Setelah berkata seperti itu Sari pergi dan menghilang menembus tembok yang ada di depanku. Biarlah dia berbuat apa yang dia inginkan asal tidak mengganggu orang dengan wajah dan tubuhnya yang penuh darah.

"Kamu lihat hantu lagi, Hana?"

"Iya."

"Mana hantunya?"

'Udah pergi."

Kakakku tahu kalau aku bertemu hantu bukan berarti dia bisa lihat tapi kakakku memegang tanganku yang dingin sekali dan capek terlihat dari wajahku. Memang itulah kelemahanku jika aku bertemu dan berbicara dengan mereka seakan - akan tenagaku terkuras habis padahal aku hanya duduk dan berbicara dalam hati.

******

"Hana bangun. Ikut aku yuk."

Pagi - pagi buta Joseph mengajakku 'bermain' entah mau di ajak kemana aku. Tapi ingat bukan tubuhku tapi rohku yang keluar dari tubuhku.

"Kita mau kemana, Joseph?"

"Berjalan - jalan ke alam sana."

Tempat yang di maksud Joseph adalah tempat di mana mereka yang sudah meninggal berada di sebuah hutan yang bisa di bilang berkabut, dingin, suram dan pohonnya yang tinggi menjulang.

"Aku tahu kamu sering ke sini, Hana."

Memang aku sering ke sini mengantarkan mereka mencari jalan pulang atau lebih tepatnya menunggu penghakiman dan hukuman dari Tuhan. Seperti yang pernah aku ceritakan bahwa aku tidak pernah bisa melewati dan mengetahui ada apa di jalan menuju jembatan yang bersinar terang tersebut. Di sisi kanan dan sisi kiri ada seseorang berpakaian putih dan bersinar terang jadi aku tidak bisa melihat bentuk dan rupa mereka.

"Sampai di sini batasnya, Hana."

Selalu itu yang di katakan penjaga jembatan itu. Aku hanya bisa mengantarkan mereka sampai batas jembatan saja. Tidak boleh melangkah lebih.

"Mengapa kamu dan ayahmu tidak pergi kesana, Joseph?"

"Belum waktunya, Hana. Kami masih ada tugas di sini."

"Apakah tugas itu membebanimu dan ayahmu?"

"Tidak. Karena jalan kami sudah di atur."

"Aku merasa sedih jika mereka tak mau pergi."

"Ada hal terkadang yang tak bisa di mengerti oleh mereka, Hana. Mereka kadang tak bisa menerima kematian yang mereka hadapi atau ada hal lain yang mengharuskan mereka berada di bumi ini."

Sepanjang perjalanan di hutan ini aku berbincang - bincang dengan Joseph. Mengenai kehidupan di masa depan, mengenai semua masalah yang akan terjadi dan kehidupan keluarga.
Joseph dan ayahnya selalu berpesan kepadaku agar aku menggunakan kemampuan ini dengan bijak dan baik.

Aku melangkahkan kakiku menyusuri jalan dengan pepohonan yang menjulang tinggi. Aku bisa melihat banyak dari mereka berjalan tak tentu arah. Ada yang melihatku dengan tatapan aneh. Ada yang memanggilku untuk minta tolong. Aku bisa merasakan kepedihan, kemarahan dan ketakutan mereka.

Beberapa kali aku berpapasan dengan mereka tapi kadang kepalanya menunduk dan tak mau melihatku tapi ada satu yang mau melihatku. Dia adalah anak kecil berusia 10 tahunan bersama adiknya. Dia tersenyum ke arahku dan menyuruhku untuk mendoakan arwahnya dan adiknya. Dia ingin menyeberang ke jembatan itu dan menemui ayah dan ibunya.

Dari tatapannya aku bisa melihat jika mereka adalah korban kecelakaan tapi aku tidak bisa memastikan peristiwanya kapan dan di mana. Dia menggenggam tanganku dan mengucapkan terima kasih.

Bentuk dan rupa mereka ada baik ada juga yang mengalami kecelakaan. Suasana di hutan ini sebenarnya membuatku merasa takut. Suram, berkabut dan sangat dingin melebihi es batu. Ada perasaan sedih melihat mereka itu tak bisa 'menyeberang' .

"Ayo pulang, Hana. Kamu tidak boleh terlalu lama di sini."

Joseph mengajak aku kembali ke dalam tubuhku. Jika aku sedang 'berjalan - jalan' di hutan itu maka suhu badanku tiba - tiba saja menjadi dingin.

"Terima kasih Hana."

Ucapan itu bukanlah dari Joseph tapi dari kakak beradik itu. Aku senang bisa menyeberangkan mereka meski aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka sudah di jembatan itu. Biarlah itu menjadi rahasia Tuhan. Ada kalanya Tuhan tidak mengijinkan aku melihat semuanya. Tidak masalah bagiku asal aku bisa membantu mereka mencari jalan pulang dan mereka tak mengganggu kami di dunia.

Salah satu hal yang memberatkan mereka tidak mau pergi dari dunia ini adalah penyesalan. Ada banyak rasa sesal yang bisa aku lihat dari sorot mata mereka jika menatapku. Hal yang bisa mereka katakan hanya satu. "Mengapa?"

Okelah kita tidak pernah menyangka ya mereka tidak mau pergi meskipun mereka sudah tinggal lama di dunia ini. Kadang mereka itu lupa jika sebenarnya mereka sudah tiada bertahun - tahun. Setidaknya mereka tidak menjahati kita saja. Jika mereka sampai menjahati kita maka benteng perlindungan kita datangnya dari Tuhan. Benar begitu, kan?

Sekian cerita aku mengenai jalan - jalan bersama kakakku dan Joseph.

Tbc

Ceritaku yang judulnya "Kumpulan kisah misteri." sebagian besar aku ambil dari pengalaman Hana tapi tentunya ada yang berbeda.

Ohya kisah ini ada yang menawari aku untuk di terbitkan tapi Hana belum siap karena kisahnya belum lengkap. Masih banyak yang belum Hana ceritakan jadi menunggu cerita ini benar - benar lengkap maka kami siap menerbitkan buku ini.

Bonus Pict sekolahnya Hana dan aku tapi hanya lantai atas saja. Ini kelas 3 IPS dan IPA. Dapat dr fbnya sekolah kami. 😁

Yang di ujung sendiri sebelah kanan itu ada anak tangga yang Hana sering dengar suara langkah kaki naik turun.

Continue Reading

You'll Also Like

918K 7.1K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
38.9K 3.2K 69
Awakening : Sixth Sense "Mereka" yang lebih dikenal dengan sebutan hantu, setan, jin, roh, makhluk halus dan sejenisnya, sejak dahulu kala eksistens...
219K 18.1K 52
Revisi terbaru. "Dira ...." "Dira ...." "Pergi! Kau siapa?" Aku menutup telinga kuat-kuat sembari memekik dalam hati di tengah gelapnya ruangan kamar...
Midnight Message By Elnaya

Mystery / Thriller

172K 18K 53
Teror berupa pesan dialami oleh beberapa siswa SMA Tanjung. Teror yang berawal dari ketidaksengajaan salah seorang siswa, tak sengaja melihat sebuah...