SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]

By RiriLidya

689K 56K 7.6K

The second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingku... More

Sweety Venus (#2 Venus Series)
Sweety Venus - Chapter 1
Sweety Venus - Chapter 2
Sweety Venus - Characters
Sweety Venus - Chapter 3
Sweety Venus - Chapter 4
Sweety Venus - Chapter 5
Sweety Venus - Chapter 6
Sweety Venus - Chapter 7
Sweety Venus - Chapter 8
Sweety Venus - Chapter 9
Sweety Venus - Chapter 10
Sweety Venus - Chapter 11
Sweety Venus - Chapter 12
Sweety Venus - Chapter 13
Sweety Venus - Chapter 14
Sweety Venus - Chapter 15
Sweety Venus - Chapter 16
Sweety Venus - Chapter 17
Sweety Venus - Chapter 18
Sweety Venus - Chapter 19
Sweety Venus - Chapter 20
Sweety Venus - Chapter 21
Sweety Venus - Chapter 22
Sweety Venus - Chapter 23
Sweety Venus - Chapter 24
Sweety Venus - Chapter 25
Sweety Venus - Chapter 26
Sweety Venus - Chapter 27
Sweety Venus - Chapter 28
Sweety Venus - Chapter 29
Sweety Venus - Chapter 30
Sweety Venus - Chapter 32
Sweety Venus - Chapter 33
Sweety Venus - Chapter 34
Sweety Venus - Chapter 35
Sweety Venus - Chapter 36
Sweety Venus - Chapter 37
Sweety Venus - Chapter 38
Sweety Venus - Chapter 39
Sweety Venus - Chapter 40
Sweety Venus - Chapter 41
Sweety Venus - Chapter 42
Sweety Venus - Chapter 43
Sweety Venus - Chapter 44
Sweety Venus - Chapter 45
Sweety Venus - Chapter 46
Sweety Venus - Chapter 47
Sweety Venus - Chapter 48
Sweety Venus - Chapter 50
Sweety Venus - Chapter 51
Sweety Venus - Chapter 52
Sweety Venus - Chapter 53
Sweety Venus - Chapter 54
Sweety Venus - Chapter 55
Sweety Venus - Chapter 56
Sweety Venus - Chapter 57
Sweety Venus - Chapter 58
Sweety Venus - Chapter 59
Sweety Venus - Riri's Note
SWEETY VENUS - Q&A
Author's Note
the third story of the Venus series.
CERITA KETIGA - WAJIB BACA!
OPEN PO SEXY VENUS DAN SWEETY VENUS

Sweety Venus - Chapter 49

7.2K 810 111
By RiriLidya

Hari ini merupakan hari sabtu. Dan itu artinya hari Venus. Setelah semalam ia merajuk pada Ethan dengan segala godaan pria itu. Diana harus bersyukur karena hari ini ia bisa bertemu Venus.

Dengan jadwal minggu ini di rumah Inanna. Dan Diana selalu menjadi orang pertama yang datang, lebih tepatnya wanita ini selalu datang 15 sampai 30 menit lebih awal dari janji. Tidak seperti Hera dan yang datang tepat waktu, atau Inanna yang biasanya hanya telat beberapa menit, atau juga tidak seperti Helena yang akan telat 30 menit, bahkan bisa sampai 3 jam.

Dan sekarang ia dan Hera sudah berada di meja makan Inanna. Mereka sudah menunggu Helena yang belum lagi datang. Dan ini sudah lebih dari 1 jam. Diana terkikik saat Aaron dan Raymond bercerita menggebu-gebu dengan mulut penuh kacang almond. Dan dirinya hanya menjadi pendengar seraya mengemil.

"Aku ingin memasak Mac n Cheese."

Diana melirik Inanna yang tengah menyiapkan bahan-bahan masakan. "Dengan?"

"Err... Pumpkin(?)" Inanna bisa mendengar suara kikikan dari Hera dan Diana membuat ia menatap tajam mereka. "Aku mendengar kalian, Venus."

Diana hanya menggelengkan kepalanya, masih terkekeh. Dan kembali makan.

"Apapun yang kalian masak pasti akan kumakan." Hera berkata seraya mengetik di notebook-nya. "Masakan Helena itu pengecualian."

Venus kembali terkikik geli.

Hera melirik Diana agak lama sebelum mengeluarkan pendapatnya dengan cemberut. "Kau gemukan."

Diana yang tadinya menguyah, berhenti. "Sorry?"

"Semenjak pulang dari liburanmu, kau menjadi gemuk."

"Hanya berisi, Beauty." Inanna berkata dengan tersenyum. "Sepertinya Ethan cukup memberimu makan."

Hera menggeleng bersikeras. "Apa kau tidak sadar, Clever? Diana gemuk! Dan sepanjang sejarah Venus, Diana tidak pernah gemuk walau makan 2 cake sialan yang super besar."

"Your language, Beauty!" Inanna melirik Aaron dan Raymond yang masih di sana.

Tapi apa yang dikatakan Hera benar juga, pikir Inanna. Tubuh Diana tidak pernah berisi seperti saat ini hanya karena liburan 2 bulannya. Diana selalu mendapat panggilan alam setelah ia makan. Dan selalu begitu...

Diana menatap Hera yang terlalu berlebihan. "Kalian tahu, semenjak tinggal bersama Ethan, pria itu selalu membuatku meradang. Aku emosian dan murka! Dan yang kulakukan untuk meredakan emosiku hanya makan makanan ringan dan berat. Apapun yang kutemukan akan kumakan. Seperti saat ini." Diana kembali memasukkan kacang almond yang ia colet cokelat cair ke dalam mulutnya.

Hera menatap Diana horor. Ia melarikan satu toples besar kacang dari hadapan Diana. Dan Diana berteriak.

"Kau seperti orang kelaparan!"

"Ya, aku memang lapar! Jadi berikan aku itu!"

"No! Dalam Venus tidak boleh ada yang gemuk!!!"

"Aku tidak gemuk, Hera! Kembalikan!"

Inanna hanya menggelengkan kepalanya menatap perkelahian Hera dan Diana yang tengah memperebutkan toples kacangnya. Ia langsung membawa semua bahan tadi ke dapur.

Terdengar bunyi bell membuat Inanna berteriak dari dapurnya. "Boys, buka pintu! Itu pasti Auntie kalian!"

Dengan cepat Aaron dan Raymond turun dari kursi mereka. Saling berkejaran siapa yang pertama mencapai ruang tamu.

"Auntie!!!" teriak Aaron yang pertama membuka pintu dengan girang.

Helena berjongkok, merentangkan tangannya supaya Aaron dan Raymond dapat memeluknya. Helena mengecup kedua bocah itu di depan pintu sebelum berdiri kembali. Dan jangan lupakan jika di belakangnya ada Adam yang tidak suka menatap kedua bocah itu. Adam saja harus memisahkan mereka saat masih setia menempel pada Helena.

Ayolah... Mereka hanya bocah, Adam... Batin Adam menenangkan dirinya sendiri.

Helena masuk meninggalkan Adam yang seperti biasa melakukan transaksi bisnis dengan si kembar. Dari kejauhan Helena bisa mendengar teriakan Hera dan Diana lalu di susul tawa.

"Maaf aku telat." Helena meletakkan tasnya di meja kecil di sudut ruangan.

Ia menatap Diana sekilas sebelum kembali menatap Diana lekat. Diana terlihat berubah...

"Sexy, apa kau sependapat denganku. Diana mulai gemukkan, bukan?"

Helena maju perlahan memperhatikan Diana yang cemberut dibilang gemuk dengan serius.

"Dia seperti badak." Hera bergumam yang dapat didengar Venus.

Helena mendengus dalam hati. Tidak mungkin... Bukankah ia sudah memberikan Diana pil KB. Jadi tidak mungkin Diana—

Sial!

"Sweety, kau meminum obat yang aku beri, bukan?" tanya Helena dingin.

Diana mengangguk. Lalu terkejut. "Ya Tuhan... Mungkin karena obat itu makanya nafsu makanku meningkatkan!"

"Vitamin C?" tanya Helena yang tidak mengerti oleh Hera dan Inanna.

Diana kembali mengangguk. "Tiap malam."

Entah kenapa jadi Helena yang dadanya berpacu. Ia saja bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.

Double sial!

"... Satunya lagi?" tanya Helena hati-hati. Ayo Diana... Patahkan asumsiku... Batin Helena.

Diana terdiam layaknya patung. Senyuman tadi menghilang perlahan di gantikan wajah pucatnya.

Sial, sial, sial... Triple shit!

Diana tengah bercanda. Helena yakin itu!

"Diana..."

Diana tetap diam. Ya Tuhan... Dirinya tidak pernah memegang botol pil KB Helena. Dan semenjak ia melakukannya dengan Ethan, pria itu tidak pernah memakai pengaman. Oh Tuhan... Jangan bilang dirinya...

"Please... Jangan membuatku gugup, Sweety." Helena menatap Diana tajam.

"Tunggu, kenapa di sini terlihat tegang?" Inanna menatap Diana dan Helena bergantian. Begitu juga Hera. Mereka berdua kebingungan.

"Aku..." Diana masih menunduk. Bagaimana caranya ia mengatakan itu. Tapi sepertinya ia tidak hamil. Buktinya ia tidak mengalami muntah di pagi hari.

Diana mengangkat kepalanya menatap Helena, menggeleng. "Tenang saja, Helena. Aku tidak mengalami gejala morning sickness."

"Tunggu... Apa kau sakit?!" tanya Hera terlewat berlebihan.

"Bukankah morning sickness merupakan gejala ibu hamil?" tanya Inanna lalu menatap Diana dengan bingung. "Siapa yang hamil?"

Sial, sial, sial, sial! Empat kali sial bagi Helena. Jangan sampai Venus curiga jika Diana polos mereka sudah tidak perawan.

Inanna seakan paham situasi ini. Ia berjalan dengan cepat mendekati Diana. "Oh Tuhan, Diana... Kau tidak melakukannya bukan?"

Diana terkejut bukan main begitu juga Hera. Dan Helena sudah tahu ini... Tahu jika Diana benar-benar hamil. Dan Venus dalam beberapa menit kemudian akan tahu.

Apa Helena harus mengatakan 'SAVAGE'?

"Apa dia tahu, Sweety?" tanya Helena dengan nada bergetar.

"Sexy, aku tidak—"

"Ya, Diana. Dia menghamilimu!" Mata Helena memerah perih. Air matanya ingin sekali tumpah entah kenapa.

Diana terenyuh. Benarkah dirinya hamil? Bukankah ia pernah bilang jika penglihatan Helena itu lebih canggih dari pada alat kedokteran atau cenayang? Diana menunduk menatap perutnya yang masih rata. Tak sengaja ia tersenyum memikirkan jika ada seseorang di dalam rahimnya. Tapi senyuman itu hanya sebentar saat tahu mengenai hubungannya dengan Ethan.

Dulu Diana bertekad akan membuat Ethan jatuh cinta padanya selama mereka di Indonesia dan Eropa. Tapi Ethan tidak menunjukkan tanda-tanda itu. Pria itu masih sama saat pertama kali mereka bertemu. Ethan hanya menginginkan tubuhnya, tidak dengan hatinya. Dan hanya dengan pemikiran itu, Diana ingin menangis. Apakah ini akhir dari kisahnya? Kenapa bisa senaas ini...

"Fuck... Apa itu Ethan, Diana?" Hera berbisik.

Diana hanya diam. Masih sibuk dengan pemikirannya.

Hera memejamkan matanya. "Oh... Fuck."

Bolehkah sekarang Helena mengatakannya? 5x sial? Seperti 5 kali membunuh musuh di permainan yang dimainkan Adam?

"Fucking shit Savage! Aku akan membunuh bajingan itu." Helena keluar begitu saja. Tidak lupa ia mengambil tasnya.

Adam yang baru saja selesai dengan teleponnya ingin masuk ke dalam rumah namun melihat Helena yang keluar dengan marah membuat ia berhenti. "Baby—"

"Antarkan aku ke tempat Ethan Fuckin' Damn O'Connor, Adam."

Adam hanya diam menghela Helena masuk ke dalam mobil dengan bingung.

Diana tersenyum getir, mengusap perutnya. Apa nasibnya akan seperti Inanna? Mempunyai anak tanpa seorang ayah untuk anaknya kelak?

Tidak...

Diana merasa dirinya lebih parah dari Inanna. Walaupun Inanna seperti itu, wanita itu memiliki pekerjaan setelah dirinya melahirkan. Sedangkan Diana? Semenjak berhenti dari tempatnya mengajar, Diana tidak memiliki satupun pekerjaan. Lebih tepatnya, sekarang ini ia seorang gelandangan. Tidak punya rumah dan pekerjaan. Bukankah sempurna? Bagaimana caranya ia akan menghidupi dirinya sendiri dan anaknya nanti?

Ingin sekali Hera menceramahi Diana dengan khotbahnya tapi ia tahan saat melihat Diana sedih. Oh ayolah... Untuk apa ia sedih, pikir Hera. Seharusnya Diana senang mendengar kabar gembira itu. Bukankah dia dan Ethan berpacaran?

Hera menggenggam tangan Diana. "Kau hanya perlu mengatakan hal ini padanya. Dan aku yakin ia akan segera menikahimu. Dia 'kan kekasihmu."

Diana mendongak, menatap Hera, lalu menitikkan air mata membuat Hera kaget. Diana menggeleng, menatap Hera dengan nanar. "Dia tidak mencintaiku, Hera." Diana berbisik sungguh menyayat hati.

Inanna dan Hera tersentak mendengar itu. Mereka bisa merasakan betapa sakitnya perasaan Diana saat ini. "Sweety—"

Tiba-tiba Diana berdiri. Mengelap air matanya kembali sebelum memaksakan dirinya tersenyum yang dapat membuat Inanna dan Hera meringis. Diana berjalan menuju pantry dan mulai mengambil bahan masakan yang sudah Inanna siapkan.

"Aku yang akan memasak."

"Sweety—" panggil Inanna yang masih di meja makan bersama Hera.

Tapi Diana tidak menggubrisnya, ia hanya memotong bawang bombai.

Tenang saja, Diana... Kau bisa melewati masa ini... Maria pasti memahamimu. Mama akan membantuku... Batin Diana dengan mata mulai buram karena air matanya yang ingin tumpah kembali.

Karena tidak fokusnya Diana, ia salah memotong. Sehingga jari telunjuknya tergores pisau. Ia terkejut bukan main dan pisau yang ia pegang jatuh ke lantai membuat Inanna dan Hera ikut terkejut. Begitu juga dengan air matanya yang kembali jatuh. Padahal dirinya sudah menahan untuk tidak kembali mengangisi kemalangan dirinya.

Ini sangat sakit untuk Diana. Lebih sakit dibandingkan melihat Jeremy berselingkuh.

"Diana, kau baik-baik saja?" tanya Hera yang sudah di sana bersama Inanna.

"...kit." Diana berbisik yang tidak didengar Venus seraya memegang jari telunjuknya yang mengalir darah.

"Ya Tuhan!" pekik Inanna langsung membawa tangan Diana ke wastafel untuk ia bersihkan dengan air.

"Hey, jangan menangis." Hera mengusap punggung Diana.

"Sakit..." Diana kembali menangis. Dan sekarang malah tambah kencang. "Sakit, Hera..."

Venus tahu, apanya yang sakit. Bukan karena jari telunjuk Diana, tapi hati wanita itu yang sangat sakit.

"Kenapa bisa sesakit ini... Hiks hiks... Ini sangat sakit... Padahal hanya goresan kecil." Diana berujar dengan masih menangis.

"Bantu aku, Hera... Hiks... Aku ingin luka-ku sembuh." Diana tetap menatap jari telunjuknya yang masih mengeluarkan darah walau tidak sebanyak tadi.

Apa yang bisa Venus lakukan selain diam? Mereka tidak ingin membuat Diana berfikir jika mereka mengasihani Diana. Mereka hanya memeluk Diana menenangkan wanita itu yang sedari tadi menggumamkan kata sakit.

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 384 31
Sinopsis Ada seorang keren yang baru saja pindah ke sebelah rumah Xie. Dia tinggi, pintar, bermain bola basket, bahkan kukunya sempurna... ... Dia ad...
1.8M 79.3K 45
(COMPLETED) SUDAH TERBIT [Beberapa chapter di private, khusus untuk followers. Cara bacanya mudah, cukup Follow akun ini dan tambahkan cerita ini ke...
2.4M 106K 47
⚠️ Jangan menormalisasi kekerasan di kehidupan nyata. _______ Luna Nanda Bintang. Gadis itu harus mendapatkan tekanan dari seniornya di kampus. Xavie...
19.6K 737 50
CERITA INI MENGANDUNG UNSUR ADEGAN DEWASA, KEKERASAAN DAN KATA-KATA KASAR. BIJAKLAH DALAM MEMBACA! DARK ROMANCE 21+ | Beberapa orang memiliki rahasia...