SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]

By RiriLidya

684K 55.9K 7.6K

The second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingku... More

Sweety Venus (#2 Venus Series)
Sweety Venus - Chapter 1
Sweety Venus - Chapter 2
Sweety Venus - Characters
Sweety Venus - Chapter 3
Sweety Venus - Chapter 4
Sweety Venus - Chapter 5
Sweety Venus - Chapter 6
Sweety Venus - Chapter 7
Sweety Venus - Chapter 8
Sweety Venus - Chapter 9
Sweety Venus - Chapter 10
Sweety Venus - Chapter 11
Sweety Venus - Chapter 12
Sweety Venus - Chapter 13
Sweety Venus - Chapter 14
Sweety Venus - Chapter 15
Sweety Venus - Chapter 16
Sweety Venus - Chapter 17
Sweety Venus - Chapter 18
Sweety Venus - Chapter 19
Sweety Venus - Chapter 20
Sweety Venus - Chapter 21
Sweety Venus - Chapter 22
Sweety Venus - Chapter 23
Sweety Venus - Chapter 24
Sweety Venus - Chapter 25
Sweety Venus - Chapter 26
Sweety Venus - Chapter 27
Sweety Venus - Chapter 28
Sweety Venus - Chapter 29
Sweety Venus - Chapter 30
Sweety Venus - Chapter 32
Sweety Venus - Chapter 33
Sweety Venus - Chapter 34
Sweety Venus - Chapter 35
Sweety Venus - Chapter 37
Sweety Venus - Chapter 38
Sweety Venus - Chapter 39
Sweety Venus - Chapter 40
Sweety Venus - Chapter 41
Sweety Venus - Chapter 42
Sweety Venus - Chapter 43
Sweety Venus - Chapter 44
Sweety Venus - Chapter 45
Sweety Venus - Chapter 46
Sweety Venus - Chapter 47
Sweety Venus - Chapter 48
Sweety Venus - Chapter 49
Sweety Venus - Chapter 50
Sweety Venus - Chapter 51
Sweety Venus - Chapter 52
Sweety Venus - Chapter 53
Sweety Venus - Chapter 54
Sweety Venus - Chapter 55
Sweety Venus - Chapter 56
Sweety Venus - Chapter 57
Sweety Venus - Chapter 58
Sweety Venus - Chapter 59
Sweety Venus - Riri's Note
SWEETY VENUS - Q&A
Author's Note
the third story of the Venus series.
CERITA KETIGA - WAJIB BACA!
OPEN PO SEXY VENUS DAN SWEETY VENUS

Sweety Venus - Chapter 36

7.3K 876 147
By RiriLidya

Sampai di kamarnya, Ethan mengacak rambutnya. Ia tidak menyangka jika wanita yang sudah beberapa hari ini tidur di rumahnya, lebih tepatnya satu ranjang, ternyata masih perawan. Jujur, ia tidak tahu bagaimana menghadapi wanita seperti itu. Ethan seperti orang bodoh.

"Dan jangan pernah menidurinya."

Ethan masih ingat perkataan Hera tadi sore yang ia anggap angin lalu. Ethan memukul dinding di belakangnya dengan marah. Ia marah pada dirinya sendiri. Terlebih lagi karena sudah menyakiti seorang wanita secara fisik dan mental. Ia membanting tubuhnya ke ranjang menatap langit-langit kamarnya yang bergambar langit malam dengan bintang-bintang.

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Kembali ke kamar Diana dan melanjutkan hal tadi, bukankah itu sangat brengsek? Atau kembali lalu meminta maaf, jangan... Itu lebih brengsek. Atau jangan sama sekali?

Ethan mendengus. "Bajingan tetaplah bajingan."

Ethan beranjak dari tempat tidurnya. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar Diana. Dengan pelan ia membuka pintu kamar Diana dan mendapati wanita itu sudah tidur membelakanginya. Ethan berjalan sepelan mungkin hingga berada di depan Diana. Entah kenapa ia harus menemui Diana.

Ethan berjongkok, merapikan rambut Diana yang berantakan. "Maafkan aku. Aku minta maaf, Diana," bisiknya.

Ethan mencium dahi Diana lalu keluar dari kamar itu. Dengan mata yang masih terpejam Diana menumpahkan air matanya kembali saat pintu kamarnya telah tertutup. Ia semakin menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut.

Satu hal yang dapat Diana petik malam ini... Jangan terlalu berharap, Diana...

***

Pagi harinya, Diana menatap pantulan wajahnya di cermin. Setelah malam yang panjang untuk Diana yang mana dirinya hanya tidur 2 jam, itupun ia perlu membawa Goldie tidur disampingnya. Sekarang matanya lebih bengkak dari saat ia menangisi Jeremy. Dan hal itu membuatnya menghela nafas. Dirinya menggelengkan kepala dan melatih tersenyum walau dirinya menjadi kelihatan bodoh.

Ia mengusir Goldie keluar setelah memberikan garukkan dileher dan menepuk kepala anjing tersebut. Setelahnya Diana langsung menuju dapur.

Dan entah berapa lama Ethan memejamkan matanya mencoba tidur namun hasilnya nihil. Ia sudah mencoba berbagai macam gaya dari terlentang, tengkurap, hingga menghitung 1 sampai 100. Dan berkat usahanya tersebut, ia tidak tidur sama sekali semenjak keluar dari kamar Diana.

Ethan menggeram. Kenapa bisa secepat ini pagi menyambut. Karena sungguh dirinya belum siap bertemu dengan Diana pagi ini. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi, menghela nafas, kemudian beranjak dari ranjang. Ia menuju wastafel untuk mencuci wajahnya dan menatap pantulan dirinya yang kusut. Ethan berharap bahwa Diana masih tidur atau apapun itu sehingga tidak mau keluar dari kamar wanita itu.

Dirinya berjalan dengan gusar menuju dapur dan terkejut melihat Diana baru saja selesai memasak sarapan. Wanita itu menoleh tepat saat Ethan hendak membalikkan tubuhnya.

"Oh kau sudah bangun. Duduklah, sarapan siap dalam 5 menit."

Dengan kaku, Ethan duduk di kursi menatap Diana yang berjalan mondar-mandir untuk menyajikan sarapan mereka kemudian ikut duduk bersama Ethan.

"Diana—"

"Makanlah. Katakan padaku apa makanannya enak atau tidak." Diana memotong dengan suara ceria seakan tadi malam dirinya tidak kehilangan keperawanannya.

Ethan menatap Diana yang sangat semangat memakan makanannya. Ethan bisa melihat kantung mata wanita itu walau samar-samar ditutupi riasan. Ia tahu jika Diana juga tidak tidur nyenyak tadi malam, sama seperti dirinya.

Ethan berdeham. "Diana, dengar—"

Diana mengangkat tangannya memotong perkataan Ethan. "Yang terjadi biarkan saja, Ethan. Aku sudah dewasa begitupun dirimu. Anggap saja tadi malam tidak terjadi apa-apa. Aku yakin kau bisa melakukan hal yang aku bisa lakukan."

"Kau tidak bisa melupakannya, Diana."

Diana berhenti makan. Ia menunduk menutupi pias wajahnya.

"Aku mengambilnya, Diana... Dan juga melakukan hal paling brengsek."

"Ya, kau memang brengsek." Diana mendongak menatap Ethan, tersenyum. "Aku hanya belum melupakannya tapi suatu saat aku akan melupakan hal itu."

"Diana—"

"Aku tidak apa-apa, Ethan. Percayalah! Jangan memandangiku seperti itu."

Melihat Diana yang tersenyum mau tak mau dirinya ikut tersenyum dalam suasana canggung. Mereka kembali melanjutkan acara makan yang tertunda.

"Kau perlu sesuatu?"

Diana tampak berfikir lalu menggoda Ethan. "Aku masih memikirkan makan malam di Daniel Restaurant yang kacau."

Ethan menyeringai. "Dalam waktu dekat kau akan mendapatkannya, sugar."

Diana terkekeh membuat Ethan ikut terkekeh. "Aku ingin di tempat duduk yang sama seperti tadi malam."

"As you wish, my sugar."

Diana tertawa terbahak-bahak.

"Seharusnya aku melanjutkan hal itu dan membuatmu menjadi wanita seutuhnya," gumam Ethan.

"Sorry?"

Ethan menggeleng memasang wajah paling menyebalkan. "Aku rasa lusa jadwalku kosong. Jadi kita bisa mendapatkan meja kita, berciuman, lalu berakhir di ranjang."

Diana memerah, ia mengambil serbet lalu melemparkannya pada Ethan. Kemudian ikut tertawa bersama Ethan.

Diana mendengarnya. Dengan sangat jelas. Dan hal itu cukup membuat jantungnya berpacu sangat cepat. Apa artinya Ethan menginginkannya?

***

"Ethan!!!" teriak Diana histeris seraya memukul pintu kamar Ethan terlalu berlebihan.

"Oh Tuhan. Ethan!"

Saat Diana ingin mengetuk kembali, tiba-tiba saja pintu terbuka dengan menampakkan wajah kesal Ethan. "Apa?!" tanyanya ketus.

"Apa kau tidak keluar? Maksudku jalan-jalan keluar mungkin?"

Ethan mengangkat beberapa lembar kertas yang sedari tadi ia pegang. "Aku sedang bekerja. Kau bisa mengajak Goldie jalan-jalan keluar."

Diana mengerutkan dahinya. "Rupanya kau punya pekerjaan sampingan selain menjadi seorang Aktor."

"Menurutmu apa pekerjaan sampinganku?"

Diana tampak berfikir. "Err... Penulis mungkin?"

Ethan memutar kedua bola matanya. "Ini skrip yang harus aku baca. 2 minggu kemudian aku akan keluar negeri untuk syuting film ini."

Diana hanya ber-O ria polos.

"Jadi sedari tadi kau menggedor pintu kamarku seperti orang bar-bar hanya untuk menanyakan apakah aku ingin berjalan-jalan keluar? Jika begitu aku akan jawab sekarang juga. Tidak."

Diana menggeleng sedikit meringis tak enak hati. "Err..."

"Aku tidak punya waktu, sugar."

"Aku datang bulan," ujar Diana cepat.

Ethan terdiam. Terdiam yang cukup lama. "... Kau..." Setelah kejadian yang membuat Diana harus kehilangan mahkotanya beberapa hari yang lalu. Dan sekarang mereka kembali seperti biasa.

Ethan menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu berdeham. "Pergi saja ke kamar Rachel. Mungkin dia ada menyimpan..." Ethan tidak tahu ingin mengucapkan benda itu dengan apa akhirnya ia menggantungkan kalimatnya.

"Sudah dan adikmu memakai pembalut biasa. Oke, aku minta maaf karena masuk ke kamar Rachel tanpa sepengetahuannya tapi aku sangat membutuhkan benda itu sekarang, Ethan..."

Aahh... Pembalut!

"Kalau begitu pakai saja."

"Oh Tuhan, Ethan. Perlu berapa kali aku bilang kalau adikmu memakai pembalut biasa?!"

Ethan menghela nafas. "So what do you want?"

***

Ethan merutuki dirinya yang sangat mudah sekali disuruh seperti pelayan jika dihadapan wanita. Buktinya sekarang ia sedang berada di mini market dengan wajah bingungnya. Untung saja ia memakai kacamata hitam, topi, dan juga masker yang menutupi mulut dan hidungnya. Tapi sepertinya ia masih ketahuan jika di lihat dari beberapa pengunjung toko yang diam-diam mengangkat ponselnya hanya sekedar menyimpan wajah Ethan di masing-masing ponsel mereka.

Dapat di prediksi beberapa menit lagi ia akan diterkam massal membuatnya dengan segera menuju pelayan toko tersebut.

"Ehem, permisi. Apa di sini menjual kebutuhan wanita?" bisik Ethan pada dirinya sendiri.

Pelayan tersebut memerah dengan wajah terkejut. Ia menjawab dengan suara cukup nyaring, "Di sini tidak menjual wanita, Sir."

Ethan tercengang seketika. Lalu berbisik kembali. "Maksudku kebutuhan wanita... Pembalut."

Dan si pelayan masih memasang wajah bodohnya membuat Ethan mengumpat.

Ethan melirik ke kanan kiri sekilas sebelum berbisik di telinga si pelayan. Si pelayan nampak mengangguk mengerti. "Oh anda sedang mencari pembalut, tunggu sebentar."

Sepeninggalan si pelayan, Ethan kembali melirik ke kanan kiri di mana para pengunjung toko tengah berbisik seraya terkikik. Mungkin karena seorang pria yang tengah membeli pembalut atau karena seorang aktor yang membeli pembalut. Atau membeli seorang wanita. Entahlah...

Tak lama si pelayan datang dengan membawa 1 bungkus kecil pembalut.

"Ini, Sir."

Ethan mengangguk lalu membayar tanpa mengambil kembaliannya. Dengan cepat ia pulang.

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 53.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.7M 40.5K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.2K 79 42
⚠ Bijaklah Memilih Bacaan! BlURB Aku pikir, ia berselingkuh. Rupanya, akulah yang pantas disebut orang ketiga. Tidak sesederhana kami yang saling men...
3.5M 27.3K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...