MY TWIN

By fauziyyahsuzy1

308K 15.5K 1K

Punya kembaran kaya Fariz itu bersyukur banget! Cakep,kapten tim basket,pinter. Ah pokoknya Most Wanted deh... More

Prolog
mt1
mt2
mt3
mt4
mt5
mt6
mt7
mt8
mt9
mt10
mt11
mt12
mt13
mt14
curhat
mt15
mt16
mt17 (satu)
mulai lagi
mt17 (dua)
BACA PENTING
mt18
mt19
mt20
mt21
mt22
mt23
mt24
bukan apa apa
promosi
mt25
mt26
PENTING
mt27
mt28
promote lagi
mt30
mt31
mt32
INFORMASI
mt33
Hello
Fariz Pov
rencana update penting!!!!
mt34
mt35
PENTING BANGET
mt36
QnA
mt37
mt38
mt39
mt40
mt41
mt42
mt43

mt29

4K 265 1
By fauziyyahsuzy1


Curhat dikit bentar ya,

jadi gini,kuotanya abis,jadi ga ada kerjaan,dan ga ada niatan buat ngetik berasa males aja,abis itu stok drama habis,ya sudah kembali deh ke dunia wattpad,baca beberapa cerita trus tiba - tiba ada semangat lagi buat nulis dan ide yang ngalir gitu aja. dan hari ini ada kuota jadi update deh. udah ya,langsung aja!

-

"Hah?" Dahi Fariska berkerut setelah mendengar apa yang dikatakan Devan kepadanya beberapa detik yang lalu. Devan ikut mengerutkan dahinya karena tidak menyangka respon yang ia dapat dari Fariska seperti itu.

Lo cewek apa bukan sih? Masa ga peka? Setau gue cewek itu tingkat kepekaannya amat tinggi,bener ga?

"Hahahhaha.." Fariska tertawa canggung membuat Devan semakin mengerutkan dahinya dan sekarang sebelah alisnya terangkat.

Dddrrrtt..drrt..

Handphone Fariska bergetar menandakan ada telpon yang masuk.

Fariska berhenti tertawa dan menatap layar handphonenya lalu mengangkat kelima jari tangan kanannya kepada Devan "Bentar ya,gue ngangkat telpon dulu."

Lah si tai,gue ga baperin dia gitu?

"Hallo,Ndo"

"Hah?! Bang Azka balik? Gimana ceritanya tuh?"

"Ya udah,otw."

Fariska dengan cepat menatap Devan yang masih memandang dirinya dengan kebingungan.

"Udah cepet buruan gue harus balik."

Devan semakin tak mengerti dan ia hanya bisa diam mematung menatap Fariska dengan wajah bingungnya itu.

Fariska berdecih, "Jangan liatin tampang ketololan lo itu di depan musuh lo,tandanya lo kalah. Udah gue harus balik secepatnya," Fariska yang tak sabar menarik tangan Devan.

-

"Lo balik ke sekolah?" Tanya Micell setelah ia sampai di depan rumahnya dengan selamat.

Fariz mengangguk "Gue harus latihan terus,biar menang."

"Jangan latihan terlalu sering,ntar malah jatuhnya ke capek." Micell mengingatkan.

"Iya,Micell," Ujung – ujung bibir Fariz terangkat,membentuk senyuman yang mampu membuat cewek – cewek meleleh.

"Jangan terobsesi juga sama kemenangan,kalo lo kalah,mental lo lemah bisa – bisa lo jadi stress kan berabe. Ntar fans – fans lo yang sangat mengeluh – eluhkan seorang Fariz yang kecenya sebadai pas main basketkan bisa ikut – ikutan stress. Inget,hidup itu berputar. Kadang lo di atas,kadang di bawah,kadang lo menang,kadang lo kalah."

Fariz terkekeh mendengar apa yang dikatakan Micell kepadanya. Tangan kanannya terangkat dan mengacak – ngacak rambut cewek didepannya ini dengan gemas. Sedangkan si empu rambut hanya menerimanya dengan pasrah dan mengerucutkan bibirnya. "Iya iya Micell Teguh,haha."

Fariz menghentikan tangannya,namun tangannya masih berada di atas kepala Micell. Micell bingung sendiri,tangannya hampir terangkat untuk menyingkirkan tangan Fariz dari atas kepalanya. Namun dirinya kalah cepat dengan Fariz yang sedang mengelus – eluskan rambut Micell.

Fariz menarik tangannya sambil menampilkan cengirannya. "Cepet masuk."

Senyum Micell mengembang,ia mengangguk setuju dan melambaikan tangan kanannya.

"Hati – hati. Jangan ngebut – ngebut!" Ujar Micell setengah berteriak saat Fariz mulai menarik gasnya dan hilang di pertigaan jalan.

Tak disadari Micell mengulum senyum senangnya sambil menatap setangkai bunga berwarna peach yang berada di genggamannya lalu memasuki rumahnya.

-

Suara mesin motor Devan berhenti ketika Fariska akan turun dari motornya.

"Kenapa berhentinya disini terus sih? Rumah lo kan masih disana," dengan dagunya,Devan menunjuk jalanan yang di depannya.

Fariska terkekeh, "Suka – suka gue dong,oh iya. Thanks ya untuk hari ini,gue duluan ya," ia tersenyum lali melambaikan tangan kanannya sebentar kemudian dengan cepat berjalan ke arah rumahnya.

Devan terkekeh menatap tingkah Fariska yang labil itu. Ia menyalakan motornya lagi kemudian memutarkan motornya. Tepat saat ia akan menarik gasnya,matanya menangkap hal yang tak diduganya. Ia melihat Fariz melaju ke arah rumah Fariska,namun hal yang disyukurinya adalah Fariz tidak melihatnya. Ia memutar kepalanya menatap kepergian Fariz dan Tiid.. Fariz mengklakson Fariska yang sedang berjalan.

"Belagu banget pake motor doang! Awas lo ya!" Teriak Fariska yang masih bisa di dengar Devan. Setelah itu Fariska berlari mengejar Fariz yang sudah mendahuluinya.

Devan lagi – lagi terkekeh karena Fariska, "Dasar toa."

Tapi pikirannya kemudian mengingat Fariz yang dikejar Fariska.

Apa tujuan mereka sama? Ah..mungkin mereka tetanggaan. Terus nama mereka mirp gitu,Fariz Fariska. Pantes mereka sedeket itu.

Simpul Devan tak mau ribet.

-

Micell melemparkan tubuhnya sendiri ke atas ranjang berseprai biru dengan gambar doraemon itu. Rasa dingin yang didapatnya tak membuat dirinya merasa sejuk sepulang sekolah. Pipinya memanas sampai berwarna kemerahan layaknya kepiting rebus. Ia memegang kedua pipinya lalu berteriak sekencang mungkin.

Tangan Micell memegang dada kirinya,disanalah jantungnya berada.

"Gila,jantung gue habis marathon kali ya?" ujarnya pada diri sendiri.

"Jadi haus gue," ia duduk di ranjang dan tiga detik kemudian ia bangkit dan berjalan ke meja yang ada di sudut ruangan,disana,terdapat kulkas kecil.

Micell membuka kulkas itu dan mengambil botol air mineral lalu dengan cepat membukanya. Dengan beberapa tegukan saja,air itu tinggal setengah botol.

"Lah,gue haus banget atau apa sih?" Tanyanya sendiri sambil menatap botol itu digenggamannya.

Micell berjalan ke arah meja belajar dan mengambil setangkai bunga dari Fariz tadi. Ia menarik kursi dan duduk sambil terus menatap bunga itu. Botol air mineralnya ditaruh di meja belajarnya bersama setangkai bunga peach itu yang sudah ia masukkan ke dalamnya.

Senyumnya mengembang, "Gue gamau bunga dari lo layu gitu aja."

Suara ketukan pintu kamarnya terdengar tiga kali,membuat Micell mengerucutkan bibirnya.

"Gue masuk ya," Ujar seseorang di balik pintu.

Orang itu mencoba membuka pintu kamar Micell,namun tak bisa. "Anjay..tumben lo kunci. Gue mau masuk curut,buka!" teriak orang itu lagi.

Micell terkekeh pelan lalu ia bangkit membuka pintu untuk sang abang tercintanya ini.

Baru saja Micell membukakan pintunya,abangnya itu langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang Micell. Dan helaan nafas panjang terdengar sampai ketelinga Micell.

"Bang Niko gue yang ganteng,katanya sih ya,gue agak meragukan akan hal itu. Ngapain lo ke kamar gue?" tanya Micell sambil berjalan ke arah meja belajarnya,

"Gue emang ganteng keles,"gerutu Niko yang tak terima. Ya,Niko memang ganteng,dan kegantengannya itu yang membuat dia membuat jurang dan masuk ke dalam jurang itu tanpa tahu bagaimana caranya keluar.

Seketika Micell menyadari apa yang terjadi jika abangnya mulai seperti ini. "Ah..gue tau."

"Tau apa lo anak kecil jangan sotoy."

Micell berdecak sebal,ingin sekali ia membejek – bejek abangnya yang tingkat menyebalkannya itu melebihi kadar manusia normal. "Dasar raja galau,lo baru diputusin sama pacar lo yang baru jadian satu bulan yang lalukan? Gara – gara ketauan jalan sama cewek lain."

Badan Niko terlojak kaget,ia langsung duduk di sisi ranjang sambil menatap Micell tak percaya. Sedangkan adiknya itu malah menatap dirinya penuh kemalasan.

Sebelum Niko berbicara,Micell sudah berdeham hendak berbicara duluan. "Cerita basi tau ga bang,lo itu tobat bisa ga sih? Mau sampai kapan lo pacaran cuma satu dua bulan. Mentok – mentok juga lima bulan,dan cerita putusnya ga banget."

Niko memandang Micell penuh kekesalan,ia selalu kalah jika Micell sudah mulai berbicara tentang kehidupan pribadinya. Ia akui,itu semua benar.

"Well.." Niko merebahkan tubuhnya lagi. "Gue sekarang udah be-"

"Bebas dan tinggal cari cewek lagi. Dosa apa gue punya abang yang brengsek lovers kaya lo." Ujar Micell memotong ucapan Niko.

Emosi Niko naik lagi,bahkan ia sekarang sudah bangkit dan berdiri di hadapan Micell.

"Apa lo bilang? Brengsek lovers?"

Micell mengangguk mantap dan ia ikut berdiri sambil menatap mata abangnya itu.

"Lo gunta – ganti pacar terus,belum putus jalan sama yang lain. Pas putus galau bebarapa jam doang,terus cari korban lo lagi. Apalagi kalau bukan brengsek,Bang Niko?" Micell sebal sendiri. Ia sebal karena mengapa abangnya ini bisa sebrengsek itu,padahal dia mempunyai adik perempuan.

Niko mengembuskan nafasnya kasar. "Itu bukan brengsek,kenapa juga mereka mau sama gue? Gue emang ganteng sih,jadinya banyak yang mau sama gue."

Tangan Micell sudah terlipat di depan dadanya. "Lo itu kok tingkat kepedeannya tinggi banget sih?"

"Salah?"

Kaki Niko hendak berjalan,namun Micell menahan lengannya. Mata mereka bertemu,mata Micell yang sudah dipenuhi emosi sedangkan mata Niko bertanya – tanya. Dengan cepat Micell memeluk tubuh abangnya itu dengan erat,Niko yang kaget sempat terhentak namun ia kembali normal. Tetapi rasa bingungnya itu masih ada.

Niko tersenyum,sudah lama memang sejak terakhir kali Micell memeluknya seperti ini. Ia balas memeluk Micell dengan erat.

"Bang.." Panggil Micell di sela – sela pelukannya.

"Hm?"

"Gue bukannya mau ngajarin lo. Lo memang lebih tua dari gue,karena udah jelas lo abang gue. Tapi kelakuan lo masih bocah,semacam abg labil yang baru pubertas."

Niko hendak mengeluarkan suaranya,namun Micell lagi – lagi berdeham dan membuatnya diam.

"Lo sayang sama guekan,Bang?"

Kening Niko berkerut,maksudnya apa ini?

Micell mengeratkan pelukannya, "Jawab Abangku"

"I-Iyalah gue sayang sama lo. Lo kan adek gue tersayang." Jawab Niko lalu mengelus rambut Micell.

Micell tersenyum dalam hati.

"Lo ga mau gue tersakitiki kan,Bang?"

Shit,apaan lagi ini? Niko tambah tak mengerti apa tujuan sebenarnya adiknya itu. Ia bahkan tak menyangka adiknya itu akan begini.

"Gue bakalan kasih perhitungan sama yang berani nyakitin lo."

Micell mengangguk menimpali. "Gue cewek kan,Bang?" tanyanya lagi.

Niko menyerah,ia tak mau menimpali lagi. Ia ingin kabur disaat – saat seperti ini. Disaat ia tak mengerti jalan pikir dan tujuan Micell yang sebenarnya. Ia melepaskan pelukannya membuat mata Micell melebar. Ia tak boleh melepaskan Niko begitu saja sebelum apa yang ingin diperbuatnya selesai.

Sebelum Niko benar – benar ingin kabur dan ingin melepaskan pelukan Micell,sebaliknya,Micell malah membuat pelukan itu semakin erat.

"Lo jangan pergi dulu,gue belom selesai."

Niko menjambak rambutnya frustasi. "Lo itu kesambet apa sih,Cell? Aneh banget. Masih waraskan lo? Mau gue panggilin bokap?atau nyokap?"

"Gue itu cewek,Bang. Sama jenisnya dengan cewek – cewek yang selama ini lo mainin perasaannya."

Deg

Jantung Niko rasanya seperti berhenti berdetak,nafasnya tercekat,seperti ada yang menusuknya.

"Gue cewek yang lo sayang dan lo gamau ada yang nyakitin guekan? Sama Bang. Diluar sana,ada sosok yang ngelindungin mereka. Gamau kalau cewek yang mereka sayang dan luka gara – gara cowok kaya lo,Bang. Kalo suatu saat nanti,ada cowok yang ngedeketin gue modelnya sama kaya lo gimana? Cowok itu datang lalu pergi menyisakan luka yang teramat dalam,lo mau gimana Bang?"

Air mata Micell menetes pada baju yang Niko pakai. Bukannya ia terlalu lebay,alay,atau baperan. Ia sudah tidak bisa menahan semua itu. Setelah mengetahui kelakuan abangnya itu setahun belakangan karena banyak diantara cewek yang pernah bersama Niko,meminta bantuan Micell bahkan menangis – nangis saat mereka tak sengaj bertemu agar abangnya itu mau menerima sang cewek itu lagi. Selama ini ia sudah mengumpulkan keberanian yang akan membantunya mengucapkan unek – uneknya. Dan saat ini mungkin sudah dirasa cukup tepat untuk meluapkan semuanya.

"Gue cewek,Bang. Jangan lupain itu. Gue bisa ngerasain apa yang mereka rasain. Mereka yang terus – terusan mengelu – elukan lo,mungkin lo lupa sebagian dari mereka. Gue tahu jodoh emang ditangan Tuhan. Tapi kalo kaya gini,lo mana tau jodoh lo itu yang mana."

Niko masih diam. Rasanya semua anggota badannya terasa kaku mendengar ucapan Micell yang tergolong nekat itu. Ia memejamkan matanya perlahan,memikirkan semuanya dan merasa Micell sudah terisak dan badannya naik turun karena menahan isakannya itu agar tak terdengar. Tapi tetap saja,Niko mengetahuinya. Karena Micell tepat menangis di dadanya.

Niko memeluk Micell lagi. Memeluk Micell dengan perasaan yang kuat,memberinya kekuatan dan memberinya perlindungan. Micell mampu merasakan semua itu. Tak lama,suara isakan itu hilang. Hanya suara helaan nafas panjang dan berat yang terus keluar dari mulut Niko.

"Gue minta maaf,gue bakal berubah deh. Seriusan."

"Jangan ngomong doang." Ujar Micell pelan.

Niko melepaskan pelukan keduanya dan menaruh kedua tangannya di bahu Micell. "Liat gue,Cell" perintah Niko.

Micell dengan menurut menatap sepasang mata milik Niko.

"Apa gue keliatan bohongnya?" tanya Niko membuat Micell tersenyum senang dan memeluk tubuh abangnya itu.

Mereka berdua tersenyum senang,rasa tenang didalam hati Micell akhirnya ia dapatkan kembali. Namun Niko terdiam saat melihat sesuatu yang sangat menarik perhatiannya. Sebuah botol air mineral yang berisi setangkai bunga berwarna peach yang sudah sedikit layu itu.

"Bunga siapa itu,Cell?" tanya Niko membuat Micell membulatkan matanya sempurna. Dengan cepat ia melepaskan pelukannya itu dan menatap Niko dengan cengiran khasnya.

Niko menatap Micell dengan senyum jahilnya. Micell yang menangkap gelagat tak benar dari abangnya itu menyiapkan semua kesiagaannya. Duh gue harus bilang apa? Jujur ga ya?

"Jujur lah sama gue,gue abang lo kan?" tanya Niko sambil menaik turunkan kedua alisnya. "Gue tau kalo lo bohong. Jujur aja,kan malu kalo bohong terus ketahuan bohong"

"Iya iya,gue jujur nih." Ujar Micell menyerah. "Dari Fariz."

Mata Niko sukses melebar hebat. "Fariz yang kadar kegantengannya itu sebelas dua belas sama gue?"

"Ya" jawab Micell malas karena biar cepat ya iyain aja.

Niko tersenyum jahil lagi "Cie..cie dikasih bunga." Pipi Micell memerah membuat ia malu setengah hidup (setengah mati udah banyak ya gaes)

"Cie lo baper cie..sampe pipi lo kaya tomat cie.." goda Niko lagi membuat Micell tambah malu.

"Apa sih lo,Bang?!" Teriak Micell membuat abangnya itu tertawa terbahak – bahak.

Tapi tawa itu tak lama,karena Niko baru saja teringat sesuatu. "Tunggu,Fariz yang kembarannya Fariska itukan?"

Micell mengangguk "Kenapa?"

Ujung – ujung bibir Niko terangkat membuat senyuman "Kalo gitu,Fariz buat lo. Fariskanya buat gue,dia cantic gila."

"Idih! Najisun! Mana mau Fariska sama lo? Diakan tau lo cowok playboy."

Niko melipat kedua tangannya di depan dada. "Kan gue baru aja tobat,berarti Fariska mau dong sama gue? Apalagi gue ini ganteng,tampan gila."

Micell memutar matanya malas. "Apa banget lo sih? Pede banget. Lagian gue sebagai sahabat Fariska dan adeknya abang gue yang tercinta ini ga akan setuju."

"Emang gue butuh persetujuan lo?" Niko menjulurkan lidahnya membuat Micell kesal. Ia mencubit pinggang Niko dengan keras sampai Niko meringis kesakitan.

"Makannya jangan main – main sama gue." Ujar Micell penuh kemenangan.

"Alig lo dasar! Sakit tau!"

Micell hanya menjulurkan lidahnya ke arah Niko.

"Ya udah lupain,jalan kuy! Gue males di rumah,sekalian gue traktir adek gue yang udah bikin abangnya ini berubah deh."

Mata Micell berubah menjadi berbinar – binar dan ia sekarang sudah mengaitkan lengannya dengan lengan abangnya itu. "Oke,gue siap – siap dulu!" katanya antusias.

---

Hello..

Gatau kenapa tiba – tiba dapet ide kaya gini,

Tiba – tiba pen punya abang:(

Tapi yang pasti abangnya yang baik

Sebelas duabelas kaya Niko setelah tobat.

Maaf typo – typo

Terimakasih..

q'9c 

Continue Reading

You'll Also Like

841K 102K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 116K 44
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
278K 26.2K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...