MY TWIN

By fauziyyahsuzy1

308K 15.5K 1K

Punya kembaran kaya Fariz itu bersyukur banget! Cakep,kapten tim basket,pinter. Ah pokoknya Most Wanted deh... More

Prolog
mt1
mt2
mt3
mt4
mt5
mt6
mt7
mt8
mt9
mt10
mt11
mt12
mt13
mt14
curhat
mt15
mt16
mt17 (satu)
mulai lagi
mt17 (dua)
BACA PENTING
mt18
mt19
mt20
mt21
mt22
mt23
mt24
bukan apa apa
promosi
mt25
mt26
PENTING
mt28
promote lagi
mt29
mt30
mt31
mt32
INFORMASI
mt33
Hello
Fariz Pov
rencana update penting!!!!
mt34
mt35
PENTING BANGET
mt36
QnA
mt37
mt38
mt39
mt40
mt41
mt42
mt43

mt27

4.2K 278 17
By fauziyyahsuzy1

"Cewek memang takdirnya dikejar dan menunggu. Bukan mengejar dan memulai. Namun,jika si cowok ga memulai,mau sampe kapan lo menunggu?"

Fariska diam,ia tak tahu harus menjawab apa. Kepalanya tertunduk,menatap kakinya yang terkena air ombak dan dipenuhi pasir. Sebenarnya mudah,ia tinggal bilang ia dan Fariz adalah kembar. Namun,itu bukan hal yang mudah baginya.

Devan menatap Fariska.

Apa omongan gue salah?

"Far"

Fariska menoleh perlahan pada Devan,tepat saat ia melihat wajah Devan. Devan mencipratkan air laut dan mengenai wajahnya.

Fariska mengusap wajahnya yang basah "Ih!" teriak Fariska sambil membalas cipratan Devan.

Devan bangkit dan berlari ke air laut yang lebih dalam. "Sini"

"Ga ah! Dalem" jawab Fariska sambil mnggelengkan kepalanya.

Devan terkekeh. "Cuma sepinggang juga" ia berjalan perlahan ke Fariska.

Fariska mengernyitkan keningnya saat Devan menarik tangannya dan membawanya ke tempatnya tadi.

"Dalem?" Devan mencibir.

Fariska hanya nyengir menampilkan sederet giginya yang putih dan rapi itu. Devan mencipratkan air lagi ke Fariska. Membuat Fariska berteriak menyebutkan nama Devan saking jengkelnya.

"Gue bales lo!" teriaknya.

Devan berlari menjauh,lalu berbalik lagi menatap Fariska. Ia memeletkan lidahnya "Coba aja,kalo bisa"

Fariska berlari dengan sekuat tenaga mengejar Devan,namun saat sudah dekat Devan mencipratkan air lagi padanya. Fariska juga ikut – ikutan mencipratkan air kepada Devan. Mereka berlari,bermain air,sambil tertawa karena Devan yang berhasil menggelitiki Fariska. Mereka berlari lagi,bermain air lagi,tertawa lagi sampai tak terasa matahari sudah menunjukkan jam makan siang.

Fariska menghentikkan langkahnya mengejar Devan "Cape" ujarnya sambil terengah – engah.

Devan membalikkan badannya,lalu berbalik berjalan menuju fariska. Tepat saat di depan Fariska ia menjulurkan tangannya. Kening Fariska berkerut,dengan santainya ia menerima uluran tangan itu sambil tersenyum "Deal,udahan mainnya"

Devan terkekeh,ia melepaskan tangannya dari Fariska. "Bukan itu"

"Hah? Maksudnya?" tangannya masih menerima uluran tangan Devan.

Devan tersenyum,lalu memmindahkan tangan Fariska yang digenggamnya menggunakan tangan kanan beralih ke tangan kirinya. Ia lalu berjalan sambil mengenggam tangan Fariska membuat Fariska mengikuti Devan berjalan.

"Lepasin dong" pinta Fariska sambil menggoyang – goyangkan tangan kanannya yang di genggam Devan.

Devan memberhentikan langkahnya membuat Fariska ikut berhenti. Devan menatap mata Fariska lalu memposisikan wajahnya agar sesuai dengan Fariska.

Devan menaikkan sebelah alisnya "Kenapa?"

Fariska yang tadi menatap Devan,mengalihkan pandangannya.

"Kalo gue ga lepasin kenapa memangnya?" ulang Devan lebih spesifik.

Fariska melepaskan tangannya secara paksa,memalingkan wajahnya. Namun membuat Devan menyunggingkan senyumnya.

"Kenapa dilepas?"

"kenapa lo genggam?" Fariska bertanya balik.

Devan mengangguk – nganggukkan kepalanya. Lalu berjalan mendahului Fariska. "Gue mau pulang cape"

Wajah Fariska berubah masam,ingin sekali mengumpat. Namun ia hanya bisa berjalan mengikuti Devan.

-

"Cell,lo udah coba telpon Fariska?" tanya Fariz sambil menatap khawatir tas Fariska di kursi Fariska.

Micell mengangguk keras "Gue udah cobe daritadi,ga diangkat"

Fariz duduk di meja,ia melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Gue udah coba cari di sekitar sekolah,tapi ga ketemu. Gue juga ke rooftop tapi ga ada. Ga biasanya Fariska kaya gini,gue jadi khawatir."

Daffa menghampiri mereka dengan nafas terengah – engah, "Udah ketemu?"

Micell menggeleng "Belum,Daf"

Handphone Micell tiba – tiba bergetar,membuat ketiganya menatap handphone itu yang terletak di atas meja. Nama Fariska terpampang di layar,Fariz dengan cepat mengambilnya dan menjawabnya.

"Dimana lo?" tanya Fariz to the point.

"Lo lagi sama Devan?" tanya Fariz dengan suara yang sudah seperti toa,membuat semua orang yang berada di ruang kelas ini menatapnya.

Daffa dan Micell sama – sama mengerutkan keningnya masing – masing,tak mengerti.

"Ya udah" jawab Fariz dan menutup panggilannya.

Fariz mengembuskan nafas beratnya. "Seengganya gue tenang sekarang,Fariska ga kenapa – napa. Tapi orang yang lagi sama dia buat gue ga tenang." Ia menyerahkan kembali handphone Micell.

"Dia sama Devan?" tanya Daffa

Fariz mengangguk. "Gue mau pulang dulu,nanti sore jangan lupa kesini lagi buat latihan. Bilang ke anak – anak." Ia bangkit dan menggendong tasnya,kemudian menepuk pundak Daffa.

Daffa duduk di kursi sebelah Micell. Keduanya sama – sama diam,larut dalam pikiran masing – masing.

Lo ngapain sama Devan? Cabut lo? Kok ga ngajak gue? Apa,jangan – jangan kalian.. Micell menggelengkan kepalanya kera,mencoba menghilangkan prasangka buruknya tentang Fariska. Masa lo jadian sama Devan?

Lo bisanya buat khawatir orang ya,Far. Syukur deh kalo lo gapapa. Tapi kok bisa ya cabut sama Devan? Jangan – jangan.. Daffa menggelengkan kepalanya keras – keras. Kalian kan musuh,masa iya jadian?

Micell bangkit dari duduknya dengan tas yang sudah digendong,sudah siap untuk pulang.

"Daf," ia menepuk pundak Daffa. Daffa menoleh "Mau kemana lo?" tanyanya.

Micell tersenyum "Gue mau pulang,males di sekolah. Boleh pulangkan? Gue duluan ya Daf."

Daffa mengangguk "Hati – hati"

-

"Abis nelpon siapa?" tanya Devan setelah Fariska menelpon seseorang.

Fariska duduk di sofa yang berhadapan dengan Devan. "Micell,gue ga enak. Tadi dia nelpon gue terus,mereka kayanya khawatir sama gue yang ga ada kabar. Ya udah gue telpon balik"

Devan mengangguk. "Ikut gue" ujarnya sambil berdiri dan berjalan menaiki tangga ke kamarnya. Fariska memang bangkit dari duduknya,namun ia masih belum melangkahkan kakinya. Merasa tidak diikuti,Devan menghentikan langkahnya. Saat ia membalikkan tubuhnya,benar saja. Fariska masih diam.

"Cepet" ujarnya setengah berteriak agar terdengar ke bawah.

Fariska menggigit bibir bawahnya. Perasaannya tak enak,untuk apa Devan membawanya ke kamar atas.

Devan mengembuskan nafasnya kasar. Ia kembali berjalan menuruni anak tangga dan berhenti tepat di hadapan Fariska. Menatapnya sebentar,lalu menarik tangannya. Meski Devan sudah menariknya,Fariska masih diam. Ia melepaskan tangannya dan menatap Fariska keheranan.

"Kenapa?"

Fariska memalingkan wajahnya agar bisa menjawab pertanyaan Devan,karena jika ditatap seperti itu Fariska yakin ia tak bisa menjawabnya. "Em..kenapa lo mau bawa ke sana?"

Devan terkekeh,lalu menaruh kedua tangannya di bahu Fariska. Fariska yang kaget langsung menatapnya dengan mata yang sudah membulat.

"Lo ga mikir yang macem – macem kan Far?" tanya Devan dengan kekehannya.

Fariska yang malu langsung memalingkan wajahnya sekali lagi. Devan terkekeh lagi,melihat Fariska yang salah tingkah seperti ini entah kenapa membuat Devan merasa itu adalah hal yang lucu dan mampu membuatnya tersenyum bahkan membuat kekehan seperti ini.

Devan menarik kembali tangannya yang berada di bahu Fariska. "Pipi lo blushing tuh" ujarnya,sontak membuat Fariska memegang pipinya dengan kedua tangannya.

"Ga" jawab Fariska yang masih memalingkan wajahnya.

Devan tersenyum tipis "Gue memang cowok yang ga baik,gue akui gue nakal. Gue bad boy. Tapi sebad boy bad boynya gue,gue bukan cowok yang kurang ajar sama cewek. Karena cowok yang kurang ajar sama cewek itu bukan cowok namanya. Itu adalah pengecut. Dan yang perlu lo inget,Far. Gue Devan,cowok bad boy yang sangat menyayangi cewek karena mama gue juga salah satu makhluk bernama cewek"

Fariska tersenyum mendengarnya,Devan memang cowok bad boy yang setau dirinya tak pernah punya masalah sama cewek.

"Jadi lo percaya sama guekan?" tanya Devan sambil menuntun wajah Fariska agar menatapnya dengan tangan kirinya.

Fariska menepis tangan Devan yang masih memegang pipinya. "Percaya sih percaya,tapi ga usah megang – megang pipi gue kali. Modus banget." Umpat Fariska sambil mengelus – elus pipinya,membuat Devan lagi- lagi terkekeh.

"Ya udah ayok" ajaknya sekali lagi.

Fariska mengangguk dan mengikuti Devan.

-

Micell masih menunggu angkot di dekat gerbang sekolahnya. Seharusnya ia sudah dapat,namun ia kemabli alagi masuk ke dalam untuk mengambil tas Fariska. Sudah kurang lebih lima belas menit,namun tidak ada angkot yang lewat.

"Tukang angkot pada kemana sih? Ga pada mau uang apa?" ujarnya kesal sendiri.

"Iya ya" jawab seseorang membuat Micell membulatkan matanya,lalu mengedarkan pandangannya.

Micell tersenyum malu saat ada seorang cewek di belakangnya yang sedang duduk di trotoar. Cewek itu bangkit dan mengibaskan ngibaskan roknya.

"Dari tadi gue juga nunggu angkot ga ada mulu" ujarnya dan berdiri di samping Micell.

Gue malu,kirain gue ga ada orang. Kalo tau ada orang,gue tadi ngomong dalam hati aja.

Cewek itu mengulurkan tangannya "Gue Cassie,ga enak kalo ngobrol gatau nama"

Micell menerima uluran tangan itu "Gue Micell,salam kenal"

Cassie tersenyum,setidaknya ada seorang lagi yang dikenalnya. Kalo begini ia bisa tau dengan cepat orang itu.

"Ngomong – ngomong lo kelas berapa?" tanya Cassie.

Micell menatap Cassie "Kelas sebelas."

Cassie mengangguk lalu tersenyum "Gue harus manggil ka ga?"

"Ga usah" jawab Micell sambil tersenyum. "Kalo pake ka,berasa tua aja hehe"

Cassie ikut terkekeh namun tiba – tiba suara klakson motor menghentikan kekehan mereka.

Micell dan Cassie sama – sama menatap ke arah motor itu. Cassie merasa tak asing,namun ia tak tahu siapa.

Cowok itu membuka kaca helmnya. "Cell,ayo!"

"Ga usah deh" jawab Micell.

Fariz menggeleng, "Ayo! Lo bawa tas Fariskakan?"

Cassie membulatkan matanya saat menyadari itu adalah cowok rese yang dikenalnya.

Micell menyerahkan tas Fariska namun ditolak Fariz. "Sama lonya dong,gimana sih?"

"Ga usah Fariz" jawab Micell keukeuh.

"Gue mau bawa lo ke suatu tempat sekalian. Buruan,atau gue bilangin ke Fariska lo gamau pulang bareng sama gue. Taukan Fariska bakalan kaya gimana?" mata Fariz tak sengaja bertemu dengan mata Cassie. Namun dengan cepat ia memalingkan wajahnya.

"Yaudah yaudah,gue naik ya"

Fariz menutup kembali kaca helmnya. Dan menari gasnya pelan – pelan.

"Gue duluan ya,Cassie" pamit Micell sambil melambaikan tangannya kearah Cassie dan Cassie membalasnya. Namun Fariz malah mengerutkan keningnya.

"Lo kenal sama dia?" tanya Fariz setelah mereka agak jauh dari tempat tadi.

Micell mencondongkan badannya kearah Fariz agar suaranya terdengar. Karena tau sendirikan,kalo naik motor? Suara lo tiba – tiba bakal kecil atau telinga lo yang jadi kurang peka,kaya dia kurang peka:v

"Iya,baru kenal tadi. Kenapa?"

"Sebaiknya lo jauh – jauh dari dia deh,di bawa sial"

"Hah?"

---

Hy..kangen ga?

UN udah selesai..

Jadi doain aja aku sering – sering update:v

Sebenarnya,aku hiatus bukan karena mau fokus belajar atau apa. Buktinya,jujur sih aku masih nyempetin nonton dramkor sehari bisa nyampe tiga episode wkwk.

Cuma..gatau kenapa,lagi males aja nulis. Tapi aku juga pingin update,tapi males nulis.

Pokoknya doain aja biar aku ada kuota jadi update terus.

Dan doain semoga hasil UN nya pada memuaskan.

Maaf typo – typo..

Terimakasih,readers..

Continue Reading

You'll Also Like

844K 102K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
543K 58.6K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...
PUNISHER By Kak Ay

Teen Fiction

1.3M 117K 45
"Kenapa lo nolongin gue, hm? Kenapa nggak lo biarin gue mati aja? Lo benci 'kan sama gue?" - Irene Meredhita "Karena lo mati pun nggak ada gunanya. G...
1.7M 123K 48
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...