[ A.1 ] Just a Tool [ COMPLET...

By pjy1106

148K 17.8K 4.3K

Cover Fanart cr.by Pinterest. ---- Lisa fikir Lelaki itu adalah penyelamatnya namun kenyataan mengatakan lain... More

Pengenalan
1. Hay
2. Anggoro Sibling
3. Just A Tool
4. Sahabat
5. HappyBirthDay❤
6. Nerd?
7. Meet Rival
8. Get Ready?
9. Skinship?
10. First
11. Terlindungi
13. Terjebak?
14. Yoyo
15. Teman Lama
16. Kacau
17.
18. Game Over
19. Deg-degan
20. Dangerous.
21. Lose Control
22. Blushing.
23. Arrogant.
24. YOU'RE MINE !
25. Who am I to you ?
26. Terancam
27. Rahasia Lisa.
28. Who Juan ?
29. Teddy in Action.
30. Egois.
30. Panas.
31. Lose Control.
32. Dua Tahun Kemudian.
33. Night With You.
34. Pertengkaran.
35. Ketakutan.
I Love U.
36. Sedikit Perhatian.
37. Holidays.
38. Envy.
39. Dahyuni.
40. Cara Mencintai.
41. Pillowtalk.
43. Mimpi.
42. A Little Actions.
44. Double Job.
45. Haruskah Berakhir?
46. Kosong.
47. Memory.
48. Down.
49. Mantan.
50. Beside You.
51. Retak.
Hanbin Side.
52. Mau Aku Bantu?
53. Kalau Butuh, Jangan Gengsi!
54. Jangan Suka Sama Lisa!
Good Morning.
55. Fakta.
56. Kita Baikan?
57. Don't Get Tired.
58. Lisa Dimana?
59. Anggoro Family.
60. Pengakuan Dosa.
61. Perubahan Hidup.
62. New Pages.
CHAT
63.
CHAT-O2
64. Hari Itu Tiba.
EPILOG
NEW STORY HANLIS

12. Hilang dan Menyesal

3.1K 392 28
By pjy1106


Mungkin benar, kau hanya perlu kehilanganku agar belajar cara menghargai. Agar kau paham tidak semua inginmu harus diikuti. Agar mengerti ada hal-hal yang tak bisa semau kamu saja.

-Boycandra-

.
.
.

Semuanya terlihat berbeda sekarang, yang tadinya hanya memandang sebelah mata kini begitu gencar mencari muka. Yang tadinya selalu mencela setiap saat kini hanya sebuah pujian yang didengar.

Benar, ternyata semua orang hanya akan menghargai orang yang menurutnya pantas. Pantas dalam artian yang tak masuk akal, mereka hanya akan mengukur kepantasan dari segi penampilan fisik dan bahkan kepopulerannya saja, bukankah begitu naif?

Berkali-kali Lisa membalas sapaan dari semua murid yang mencoba mendekatinya. Aneh memang, dulu bahkan melihatnya saja tidak, tapi sekarang?

Apakah perubahannya itu benar-benar berefek?

Jennie, sahabatnya yang selalu setia berada disisinya sesekali mendesis. Mungkin jengah atau muak, entahlah. Jennie hanya terlalu tidak menyukai kepura-puraan, dia sangat tau mereka memperlakukan Lisa seperti apa dulu dan sekarang, lihatlah mereka begitu manis membuat Jennie benar-benar ingin muntah saat itu juga.

"Boleh gak gue kantongin muka so manisnya satu-satu?"

Lisa melirik Jennie yang menekuk wajahnya, terdengar kekehan pelan dari Lisa. "Lo kok yang kesel? Udah deh mereka niat baik kok, mungkin mau nyoba buat temenan sama gue."

Perkataan Lisa justru dibalas cibiran oleh Jennie, mencoba berteman? Setelah mereka tau bahwa wanita yang selalu dicemooh ini ternyata bisa menjadi secantik dan sepopuler sekarang baru mereka ingin mencoba berteman dengan Lisa? Ayolah, mereka hanya ingin menumpang kepopuleran Lisa saja. Batinnya.

"Dan gue orang pertama yang larang lo buat temenan sama mereka."

"Loh kok gitu?"

"Fake semua kaya gitu, terus gue biarin gitu aja? Enggak yah."

"Bentar, ini tuh antara cemburu kalo gue punya temen baru atau apa?" Goda Lisa, ia tergelak pelan dan mengapit tangan Jennie. "Punya satu temen yang kaya lo aja rasanya gue gak butuh yang lain lagi." Sambungnya.

Jennie mengulum senyumnya. "Good girls, lagian Abang gue juga gak mungkin biarin lo dimanfaatin mereka."

Lisa terdiam, mendengar Jennie menyebut Hanbin rasanya sebuah perasaan malu marah dan kesal bercampur menjadi satu. Sampai saat ini ia belum bisa melupakan kejadian itu, kejadian dimana ia harus rela menyerahkan first kiss nya untuk Hanbin.

Ponsel Lisa bergetar, sebuah pesan masuk dari lelaki yang sempat mampir di fikirannya barusan. Lisa membuka pesan itu, entah kenapa rasanya Lisa ingin marah.

Kak Hanbin : Mino bakalan nyamperin lo beberapa menit lagi, pastiin lo bisa narik simpatinya tanpa terlihat murahan. Oke.

Lisa menghela nafas berat, apa alasannya dia harus marah? Bukankah ini perjanjian awalnya, dan bahkan semuanya belum dimulai. Lisa mendongkak ketika melihat sepasang sepatu dan pemiliknya kini berdiri didepannya.

Ia sedikit melirik jam ditangannya, Lisa sedikit terkagum pada insting Hanbin yang bisa tepat seperti itu. Ini pas 5menit dari dari pesan itu masuk, dan sekarang lihatlah betapa arogantnya lelaki yang kini berdiri didepannya.

Tatapannya tak berubah, selalu seperti itu seakan-akan dia sedang menunjukan kekuasaanya. Walaupun Lisa akui dia selalu terlena olehnya.

"Ngapain lo?" Sinis Jennie.

Mino, dia tak memperdulikan Jennie sama sekali. Mino lebih memilih mendekat pada Lisa dan memeluknya erat, sangat erat bahkan Lisa rasanya sulit untuk bernafas.

"Gue kangen." Lirih Mino.

Lisa masih terdiam.

"Gue gak bakalan lepasin lo, persetan sama Hanbin gue gak peduli."

"Kita udah selsai." Ucap Lisa pelan seraya mencoba melepaskan pelukan Mino. Mino menggeleng, dia tidak setuju dengan perkataan Lisa. Mana mungkin dia rela melepaskan wanita yang ternyata bisa lebih cantik dari semua primadona disekolahnya ini.

"Itu keputusan lo doang, gue gak pernah bilang selsai." Desis Mino.

"Aku tanya sekarang, apa pernah selama status kita pacaran kamu nganggep aku sebagai pacar kamu?" Lisa melepaskan tangannya dari sikut Mino. "...selama ini cuman status doang yang kamu kasih, kamu selalu seenaknya, kamu gak pernah hargain aku sebagai pacar kamu. Bahkan dari pertama kita resmi kamu seakan nyesel udah macarin aku."

"Enggak..." Mino menggeleng. "...lo salah Lis, gue jauhin lo bukan karna gue nyesel. Gue cuman takut hilang kendali, gue tau lo cewe baik dan gak mungkin gue rusak lo gitu aja. Gue cuman nyoba buat lindungin lo, gue lampiasin semuanya sama cewe lain. Apa itu gak cukup jadi bukti bahwa selama ini gue serius sama lo?"

Lisa goyah, jika itu alasannya maka Lisa pantas memaafkannya bukan?

"Mino." Lirih Lisa.

"Gue sayang sama lo."

Sebuah tepuk tangan terdengar, mengundang beberapa pasang mata disana. Hanbin berdiri tak jauh dari kedua sejoli itu dengan gagahnya, dia bertepuk tangan seraya tersenyum miring. Langkahnya mendekat pada Lisa dan dengan satu kali gerakan Lisa kini sudah berada dibelakangnya. Membuat murid-murid itu bersorak.

"Masih pagi udah drama." Cibir Hanbin.

Terlihat smirk diwajah Mino, dan itu membuat Hanbin semakin tertantang untuk menghadapinya. Dengan sengaja Hanbin menarik Lisa kesampingnya dan melingkarkan tangannya pada pinggang Lisa.

Lagi-lagi perlakuannya itu mendapat sorakan dari semua murid yang menonton.

Mino semakin dibuat kesal, amarahnya sudah melewati batas. Dia ingin menarik Lisa dari kekungan Hanbin bahkan rasanya ia ingin lebih dahulu merasakan wajah Hanbin ditangannya. Namun tak mungkin dia melakukan itu sekarang, ada Lisa disana dan dia tak ingin Lisa membencinya.

"Setelah Eriska sekarang lo incer Lisa? Gak malu lo selalu ngambil punya gue aja?" Hanbin melirik Lisa sekilas yang kini sedang menundukan wajahnya. "...lo boleh ambil Eriska, tapi kalo sekarang sasaran lo Lisa, mending lo nyerah karna gue gak akan biarin lo rebut harta berharga gue yang satu ini."

Lisa tercengang, dia menatap Hanbin dalam. Kenapa dia begitu bahagia ketika Hanbin menyebutnya sebagai harta berharganya. Andai ini semua bukanlah hanya fake semata, mungkin Lisa sudah memeluk Hanbin dan mengucapkan kata syukur berkali-kali karna mempunyai kekasih yang dapat menjadi perisai baginya.

"Lisa punya gue, jadi berhenti ngakuin dia pacar lo karna gue sama Lisa belum selsai."

Hanbin mengangguk, dia tersenyum seraya menatap Lisa. Tangannya terulur meraih dagu Lisa dan membawanya agar menatap Hanbin. Ia sedikit terpaku kala melihat mata bulat Lisa, entah kenapa Hanbin begitu menyukai mata itu. Mata yang terlihat begitu jernih dan polos mencerminkan sifat sipemiliknya yang entah apa alasannya membuat Hanbin benar-benar ingin melindunginya.

"Lo udah selsai kan sama dia?"

Lisa mengangguk setuju.

"See? Jadi udah yah gak usah gangguin pacar gue lagi."

"Lis, kita belum selsai." Desis Mino.

Langkah Lisa terhenti, dia kembali berbalik menatap Mino. Hanbin pun kini menatap Lisa, penasaran dengan apa yang akan Lisa lakukan.

"Tetaplah bahagia walau tanpaku, bukankah sekarang kamu bukan seorang anak kecil lagi? Kamu sudah dewasa, sudah waktunya untuk mu paham bagaimana cara memahami orang yang berada disekitarmu. Pahami kenyataannya bahwa sekarang aku tak bisa lagi membuka hati, sebab aku terlalu lelah sering diperlakukan tanpa hati."

Hanbin tersenyum puas, dia kembali meraih tangan Lisa. Mengajaknya pergi dari sana, Lisa menurut walau hatinya benar-benar sakit sekarang. Ia tak munafik, ia masih mencintai Mino namun biarlah seperti ini agar Mino dapat mengerti seberapa pentingnya Lisa dalam hidupnya.

Bukankah hanya dengan kehilangan yang akan mampu menyadarkan?

-Tbc-

Just goooooooo~~ 🎤

Continue Reading

You'll Also Like

2.8K 696 14
Berawal bertemu di suatu tempat dan tanpa di sadari dapat menumbuhkan rasa cinta? Kanaga Arkatama seorang pria remaja yang terjebak dalam permainan c...
51.9K 16.1K 35
Pera dan Hickory bergabung menjadi tim eksplorasi Winter Hunting yang ke-54. Mereka dibekali ilmu perburuan, pengetahuan tentang alam, dan mendapatka...
17.4K 1.6K 50
[COMPLETED] [Romance Comedy] Peristiwa pahit yang menimpa seorang pria pada dua puluh empat tahun silam membuatnya selalu terbangun dari tidur karena...
Young Mom By -

Fanfiction

85.8K 8.1K 14
#VRene Bae Joohyun yang rela menganti namanya menjadi Bae Irene, dengan harapan mampu membuatnya melupakan sebagian masa lalu yang perlahan-lahan mem...