Bloodstains (1D's Vampire Sto...

Par paynefiction

191K 11.5K 218

" Meeting you was fate, Becoming your friend was a choice, but falling in love with you, ... Plus

Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Final Chapter
Author's Note

Chapter 35

2.6K 197 5
Par paynefiction

--3 month later--

Derap langkah lelaki dengan tubuh jangkung dan otot bisep yang menyembul itu terdengar menggema keseluruh ruangan. Ditatapnya sepasang mata kehijauan milik lelaki berambut curly yang menampakkan tawa kecilnya. Harry tengah terduduk sembari memainkan ponselnya sementara Liam tampak mengkhawatirkan suatu hal.

"Bagaimana aku bisa melindungi Nathalie nantinya?" tanyanya lebih pada Harry, satu-satunya sahabat lelaki itu yang sedang bersamanya.

"Kami akan membantumu dude. Kami yang akan melindunginya selama kau menjalani tugas." Harry melirik lewat ekor matanya.

Tak berapa lama kemudian, semua sahabat Liam berkumpul mengelilinginya. Tatapan mereka seakan menyiratkan rasa penyesalan yang dalam. "Apa kau sudah memberitahukan ini pada Nathalie?" tanya Sarah, Liam pun menggeleng lesu.

"Kau harus memberitahunya segera Li. Cepat atau lambat ia pasti akan mencarimu. Aku tau bahwa kalian sudah sangat dekat dan aku yakin Nathalie akan merasa sangat kehilangan." tutur Perrie menambahkan.

"Aku harus menceritakan sejarah Davichi Clan maksudmu?" lalu seketika semua yang ada di ruangan itu mengangguk.

"Ya, aku akan mencobanya." sontak Liam beranjak dari tempatnya dan berlalu begitu saja. Mungkin ia akan pergi ke rumah Nathalie dan menemui gadis itu untuk menjelaskan semuanya.

"It's time to tell all of you about the biggest secret." tutur Zayn perlahan dengan volume suaranya yang kecil. Semua mata tertuju padanya, semuanya menatap Zayn dengan heran.

Sejenak, lelaki itu menoleh kearah Harry. Ia memberi tatapan aku-harus-memberitahu-yang-lain.

"Berhubung Liam pergi, aku ingin memberitahukan bahwa.. Harry mencintai Nathalie." sontak rahang Perrie dan Niall mengeras. Hanya mereka vampire dalam kelompok ini yang tak mengetahui tentang hal ini.

"Kau tak bercanda kan Babe?" Perrie masih tak percaya.

"Tentu saja tidak. Lagipula, untuk apa aku berbohong darimu Love?"

Perrie menatap kearah Harry tak percaya. Masih tetap sama, dalam hatinya ia merasakan sesuatu yang janggal. Terlebih Zayn menyembunyikan ini darinya, hanya rahasia terbesar saja yang biasa lelaki itu tutupi. "I swear Harry—ternyata kau punya rasa yang sama terhadap Nathalie?" bisik Perrie perlahan. Sontak suasana di flat menjadi senyap tanpa ada satu pun dari mereka yang berucap.

.

.

.

~Nathalie Pavin's POV~

Aku melirik sekilas kearah jam analog pada meja kecil disamping ranjang. Tubuhku langsung terduduk ketika menyadari bahwa jam telah menunjukkan pukul 6:30AM. Itu artinya aku harus segera beranjak untuk menyiapkan segala hal sebelum berangkat ke sekolah.

"Morning Sweetheart." suara berat itu sontak mengejutkanku. Liam keluar dari balik jendela kamarku tepat setelah aku selesai mandi. Lelaki itu sekarang terbiasa untuk keluar masuk kamarku lewat jendela.

"That's not funny Babe. What are you doing? Why you come early and without your car?" tandasku setelah menyadari bahwa ia tak mengendari mobilnya.

"Well, aku ingin mengajakmu bolos hari ini." ia menyerigai lebar.

"What?" seruku. Aku mencoba berpikir untuk apa Liam mengajakku melakukan hal itu? Bukankah ia selalu menyuruhku untuk bangun pagi dan datang awal ke sekolah? Tapi kenapa sekarang ia berbeda?

"Aku ingin menjelaskan satu hal.padamu." tukasnya langsung.

Aku mengerutkan kening sambil menatapnya. Kali ini aku yakin bahwa Liam ingin membicarakan hal yang penting.

"So—apa yang ingin kau katakan padaku?" aku melipat kedua tangan didepan dada sambil memandangnya bingung.

"Aku hanya.. Ayolah Sweetheart, aku ingin mengajakmu pergi." Liam dengan puppy facenya setengah merayuku.

"Wait.. Lebih baik kau menungguku di luar, izin pada Mom lalu kita berangkat." lelaki itu lantas menganggukkan kepalanya mengerti.

Setelah Liam keluar, aku langsung berganti pakaian dan langsung turun ke lantai satu. Liam telah berada disana dan sedang berbincang bersama Mom dan Dad, pembicaraan mereka terdengar sampai kamarku.

"Well, kami harus pergi Mom." tukasku sambil menautkan sebelah tanganku pada lengan kekar milik Liam. Lelaki itu sempat melirikku lalu tersenyum sekilas.

"Hati-hati Sayang, kami mencintaimu." seperti biasa, aku selalu mencium pipi kedua orang tuaku lalu berpamitan. Mereka berdua menyunggingkan senyuman manis itu.

Aku dan Liam telah sampai di luar rumah atau lebih tepatnya halaman belakang. Entah mengapa Liam mengajakku kemari tapi yang jelas kami melakukannya secara diam-diam. Kalau-kalau Mom dan Dad tau, mereka pasti marah besar padaku.

"Naiklah ke punggungku karena aku akan membawamu menikmati pemandangan kota London dari sini." What? Aku pikir Liam mulai gila, sungguh! Mana mungkin ia memperlihatkan kemampuannya disiang hari? Bagaimana kalau ada orang lain yang tau?

"Kau gila? Bagaimana jika seseorang mengetahuinya?"

"Tidak akan. Lebih baik sekarang kau naik ke punggungku dan jangan banyak tanya. Okey?" akhirnya aku menganggukkan kepala. Antara setuju atau tidak. Tapi tak tau mengapa, semua yang ada di otakku akan berkata 'YA' jika itu menyangkut soal Liam.

Aku berusaha menerka seperti apa rasanya berlari kencang seperti vampir. Akankah ini terasa seperti menaiki roller coaster? Atau mungkin lebih menyeramkan?

Tanganku mencengkaram erat baju yang ia kenakan. "Close your eyes." bisiknya lembut dan aku langsung mengangguk mengerti.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk memejamkan mata. Desir angin yang berhembus aku yakini merusak tatanan rambutku. Ya Tuhan, Liam tega sekali? Bagaimana jika aku terlihat sangat buruk dihadapannya dengan rambut yang berantakan?

"Sudah sampai. Sekarang buka matamu." aku membuka mataku perlahan-lahan sampai aku akhirnya tak bisa mengedipkan mataku.

Ini sungguh gila. Aku bisa melihat pemandangan Kota London dari sini. Tower Bridge, Thames River, dan Big Ben. Ya Tuhan, aku tak menyangka bahwa ada tempat seindah ini di dekat rumahku! Sejenak, aku menatap Liam yang kemudian menyunggingkan senyum manis padaku. Aku menolehkan kepala ke belakang sebelum menyadari bahwa semua yang ada dibelakangku adalah hutan belantara dengan pepohonannya yang rimbun dan teduh.

"Itu yang ingin aku tunjukkan padamu." telunjuknya mengarah pada pemandangan Kota London itu. Aku langsung terkejut dan tak bisa berkata apa-apa lagi.

Tapi setelah berdiam cukup lama, aku baru menyadari bahwa bukan ini yang sebenarnya ingin ia perlihatkan. Liam ingin membicarakan sesuatu padaku.

"Katakan saja Li.. Aku tau kau menyembunyikan sesuatu padaku." kedua mata kami saling bertatapan. Aku melihat matanya yang coklat keemasan menatapku dengan penuh perhatian.

Dan saat itu ia seakan menuntunku untuk duduk di dekatnya. "Aku belum menceritakan satu hal padamu."

"Bahwa ada satu kelompok vampir yang berkuasa di daratan Eropa.. Namanya Davichi Clan, mereka punya andil dalam segala hal dan aku pernah ikut dengannya selama beberapa dekade. Saat itu pula aku mundur dan bergabung dengan kelompokku yang sekarang."

"Lalu apa yang coba kau jelaskan padaku? Huh," aku menggelengkan kepala tak mengerti.

"Mereka kejam dan bengis. Tak setiap vampire bisa keluar dari jerat mereka. Harus kau tau bahwa kami mengorbankan kekuatan untuk melindungi mereka di luar kastil. Kami masih terikat dengan perjanjian. Dan entah mengapa, mereka memanggilku untuk kembali pada mereka."

Sontak mataku membulat mendengar pernyataannya yang berkata bahwa ia harus kembali pada mereka. Maksudnya ia harus meninggalkanku?

"Oh Babe! Tidak secepat itu, aku mohon jangan pergi." hampir saja air mataku menetes. Aku tak ingin terlihat rapuh dihadapannya.

"Kau ingin aku musnah? Lihat ini Nathalie." Liam memperlihatkan sebuah tattoo yang lebih mirip dengan simbol yang sangat rumit.

"Kapan kau punya tattoo seperti ini Babe?"

"Semenjak 3 bulan yang lalu. Dan tattoo ini akan membakar tubuhku atau memusnahkanku jika aku tak segera kesana sampai besok pagi. Kau mau untuk selamanya tak melihatku Sweetheart?"

Jujur, mendengar kalimat 'tak melihatku' langsung membuat sekujur tubuhku membeku. Jelas aku tak ingin kehilangannya. Tapi seberapa lama ia akan pergi?

"Aku tak ingin kehilanganmu. Tapi seberapa lama Li? Bagaimana jika aku rindu padamu?"

Liam terlihat resah, ia menghembuskan napasnya perlahan. "Aku tak tau."

"Tapi tenanglah—aku akan mengajakmu bersenang-senang hari ini Sweetheart! Bagaimana?" ia meraih pundakku dan menariknya sampai aku bersandar di dadanya.

"Tentu saja—sehari penuh dengan kesenangan sebelum kau pergi untuk sementara waktu, Babe. Aku yakin kau akan kembali." gumamku dalam hati.

Kami sama-sama bangkit dari duduk dan pergi. Liam mengajakku ke hutan untuk bermain. Persis seperti anak kecil. Kami berlarian sesana-kemari, mengejar seekor kelinci hutan. Ada juga kupu-kupu yang sangat besar, kami mengejarnya sampai Liam berhasil menangkapnya lebih dulu. Aku hampir tergelincir oleh licinnya akar pohon besar yang memyembul dari dalam tanah, diatasnya ditumbuhi lumut licin.

Aku menyerah. Cukup rasanya untuk bermain di hutan. Sekarang, Liam mengajakku pergi ke kota. Disana kami sempat mampir membeli ice cream.

Setelahnya, kami pergi berbelanja di Mall. Entahlah, Liam membelikanku beberapa potong baju dan sebuah boneka beruang besar.

Hari telah beranjak sore, semburat jingga mulai tampak di ufuk barat. Itu artinya, hampir seharian kami pergi dan besok aku tak dapat melihat sosok Liam lagi.

"Waktunya pulang? Ah,, aku tak ingin pulang rasanya." tukasku kecewa.

Liam memandangku sejenak sebelum akhirnya mengulum senyum manis itu. "Aku akan pergi menemanimu nanti malam. Kau mau?" dan aku langsung menganggukkan kepalaku tanda setuju.

***

Entah setan apa yang masuk dalam pikiranku, kenapa tiba-tiba aku memakai piyama? Bukankah biasanya aku memakai short dan tank top? Persetan dengan semuanya, mungkin tubuhku ingin dimanjakan oleh Liam sebelum ia pergi. Tunggu, apa aku bilang? Dimanjakan..?! Ah, aku memang selalu gila dibuatnya.

"Hey sweetheart!" lelaki yang aku tunggu akhirnya datang dengan sebuket mawar putih di genggamannya. Ia langsung saja terduduk diatas tempat tidur sementara aku memastikan bahwa tak ada orang di lantai 2 dan langsung mengunci pintu kamarku.

"Thanks Babe." Liam menyodorkan sebuket bunga itu untukku. Indra penciumanku langsung menangkap aroma yang merebak dari buket bunga itu. Lalu Liam tersenyum kearahku.

"Well, tumben kau memakai piyama?" tanyanya heran.

"Aku hanya.. Uh—I don't know babe." tangan kekarnya tiba-tiba meraih pinggukku dan membuatku terangkat beberapa inci dari tanah. Liam menyeringai kearahku sebelum akhirnya meletakkan tubuhku diatas tempat tidur.

Ia mulai mencium bibirku lalu menyapukan bibirnya yang lembut kearah leherku. Perlahan tapi pasti, rasa dingin itu menggelitik di leherku. Aku mendesah pelan ketika ia melepaskan ciumannya. Kini tubuhnya tepat berada diatasku dengan kedua tangan yang menopang berat badannya agar tak jatuh menimpaku.

"Kenapa berhenti?" tanyaku. Sontak Liam membulatkan bola matanya. Mungkin karena ia tak menyangka aku akan meminta hal itu padanya. Dimana Nathalie yang polos? Aku rasa ia telah hilang jika dalam keadaan seperti ini.

Sapuan bibirnya kembali membuatku bergidik geli. Sebelah tangannya menarik tubuhku sampai ada di pelukannya. Sesekali ia menyisir lembut untaian rambutku dengan tangannya yang dingin. Liam juga mencium bibirku, merasakan lidahnya yang bermain dengan lincah dalam mulutku. Merasakan sentuhan-sentuhan pelan pada perutku. Aku lagi-lagi mendesah, deru napasku memburu. Berbeda dengan Liam yang pastinya tak pernah merasa lelah.

"Kau tak ingin melakukan yang lebih?" tanyaku. Entah apa yang mendorongku untuk membuka ikat pinggangnya bahkan aku hampir melakukannya.

"No!" serunya. Ia melempar tubuhnya sendiri menjauh dariku. Aku sadar, aku memang kelewatan. Tapi aku hanya tak ingin melewatkan malam ini.

"Jangan pernah kau coba melakukan hal itu lagi Sweetheart." Liam mulai membenarkan posisi ikat pinggangnya.

Sekarang aku mengutuk diriku sendiri. Kenapa tiba-tiba aku sangat ingin melakukannya dengan Liam malam ini? Dan kenapa Liam berusaha keras menolaknya padahal kurang sedikit lagi. Apa ia takut aku akan hamil dan mengandung anak vampir?

"Sorry Liam. Tapi aku.. Aku minta maaf atas kecerobohanku." tukasku merasa bersalah.

"itu bukan salahmu. Lagipula, aku yang memulainya. Tapi jujur, aku hanya bisa memberimu itu. Sekedar untuk memanjakanmu malam ini. Aku tak bisa memanjakanmu lewat hal yang lebih dari itu."

Aku menggigit bibir bagian bawahku dan berusaha merubah posisiku. "Baiklah. Aku mengerti. Sungguh mengerti Liam,"

Lelaki itu berjalan perlahan kearahku lalu duduk tepat disampingku. Tangannya langsung meraih kepalaku dan menyandarkannya pada dada bidangnya. "Close your eyes." bisiknya pelan. Dan aku mengikutinya, aku mendengarkan alunan lagu yang lembut darinya, ia bersenandung untukku sembari tangannya mengelus untaian rambutku berulang kali. Rasa kantuk langsung menyergap dan membuatku ingin segera terlelap.

"Maukah kau berjanji untuk selalu menunggu dan mencintaiku? Maksudku, cinta suciku.. Untukmu?" bisiknya perlahan yang lebih mirip desiran angin malam yang menerpa wajahku.

"Sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu. Aku akan selalu menunggumu karena semua hal yang ada dalam diriku hanyalah untukmu. Aku akan menjaganya Sayang.. Aku janji."

"Thanks for your smile. Thanks for your laugh. Thanks for your care. Thanks for your support. Thanks for your true love. And thanks for believe in me. You always make me stand up, cause you make me strong. I love you so much more.." bisiknya pelan. Aku merasakan kecupan hangat pada keningku.

"Love you more." sahutku lalu membenarkan posisi tidurku untuk lebih nyaman.



»»»»»»»»»»»»»»»«««««««««««««««

SORRY FOR PERVERT SCENE!!! OH MY GOSH! CAN'T BELIEVE IF I CAN WRITE THAT SCENE.. HAHAHA :D

Keep voting and comment(s) guys.. I need them! Love ya :*

~Big Hug, Mrs. Payne {}

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

53.9K 3.1K 17
Seorang omega cantik dan mungil itu harus terjebak di sebuah sel yang mengerikan, orang tua nya menjual dirinya ke penagih hutang agar terbebas dari...
11.5K 1.4K 13
nikmatin aja, masih pemula (terinspirasi dari ggs returns)
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...