Life or Love? [Completed]

By rgnaerynti

87.4K 3.7K 54

[Completed] - Entah Mira tak tau akan nasibnya selanjutnya, berakhir senang atau sedih. Sementara semua ia... More

Nam's
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13 [Awal permulaan]
Part 15 [Merelakan]
Part 16 [Harus Apa?]
Part 17 [Menyesakkan]
Part 18 [Memburuk]
Part 19 [What are you doing?]
Part 20 [Come back?]
Part 22 [Sesak]
Part 23 [Out]
Part 24 [Salah paham]
Part 25 [Trust me]
Part 26 [Perlahan namun pasti]
Part 27 [Kebenaran]
Part 28 [Happy but not true]
Part 29 [Happy but not true '2]
Part 30 [Ending~]

Part 14 [Kelabu]

2K 107 2
By rgnaerynti

Pagi ini seakan pagi terburuk yang Mira miliki, bagaimana tidak? Seluruh keluarganya datang hanya untuk menenangkannya atau juga memberinya semangat hidup. Hey yang dibutuhkan Mira sekarang adalah Mama-nya, bukan orang lain yang hanya bisa berkata sabar atau semangat. Itu tak ada apa apanya daripada Mama-nya sendiri yang mengatakan.

Kini tak ada lagi ciuman sarapan yang harum di pagi hari, tak ada lagi omelan selayaknya yang di terima Mira jika Mira terus mengurung diri di kamar bersama novel romantis itu, dan teriakan Mama-nya yang sering membuat Mira berdecak kesal, dan juga jeweran yang diberikan Mama-nya ketika Mira bandel. Kini tak ada lagi itu, pagi ini tak ada lagi bau harum dan alat perang dari dapur yang biasa bertaruh dengan Mama-nya, tak ada lagi omelan atau ocehan dari mulut Mama-nya. Kini ia sendiri, sendiri dalam raga yang terpisah jauh dari kedua orang tuanya, menatap masa depan yang hampa tanpa kecupan dan elusan dari kedua orang tuanya. Tak ada lagi yang menopang dirinya disaat jatuh atau tersandung kerasnya Batu dunia, tak ada lagi ucapan manis yang mampu membuat Mira terbang dan seakan menjadi Putri paling di agungkan dirumah ini, tak ada lagi perhatian semacam itu.

Mira menangis sambil menutup mukanya dengan bantal, entah air mata keberapa ia teteskan untuk kepergian Mama-nya. Ia janji tak akan nakal lagi, ia janji tak akan mengikut sertakan idolanya ketika Mama-nya marah, ia janji akan membantu Mama-nya, dan ia janji akan sarapan tepat waktu jika ia bangun kesiangan. Ia merapatkan mulutnya sambil menangis sesenggukan. Manusia pasti akan seperti itu jika kehilangan-

Entah kini matanya sudah seperti apa, tak dihiraukannya orang - orang yang mengetuk pintunya daritadi, tak dihiraukan pula teman-temannya yang datang, dan dia tak menggubris wejangan dari oma atau sepupu sepupu yang lainnya. Dulu ketika Papa-nya meninggal, ia berusaha bangkit bersama Mama-nya, dan sekarang Mama-nya meninggal, ia harus bangkit sendiri, mana ia bisa?.

"Mama, baru juga sehari, tapi Lia udah kangen. Kenapa Mama tega ninggalin Lia? Mama tau kan? Kalau Lia ngga bisa apa-apa?" tak terasa Mira tertidur lelap setelah menangis kesekian kalinya. Wajarlah jika anak satu - satunya ditinggal oleh kedua orang tuanya.

Matahari sudah berganti menjadi hangat setelah panas, seluruh saudaranya kini akan pulang ke halaman rumah masing masing, ia tak suka, karena pada kenyataannya ia akan sendiri bersama omanya. Mira kembali bersedih sambil duduk di sofa ruang tamu sambil bertopang dagu.

"Sayang, nanti kalau kamu kesepian, kamu bisa main kerumah mbak yaa.." kata mbak sepupunya yang rumahnya tidak jauh dari Mira.

Dan lagi lagi Mira hanya tersenyum menyanggupi.

"Lia, tante pulang dulu ya. Jangan nangis terus, kasihan temen-temen kamu kesini tadi pagi, tapi kamu cuekin dan nangis dikamar seharian. Bantu bantu oma ya, sekarang kalian cuman berdua, nanti tante suruh pembantu tante kesini yang satunya." dan hanya dibalas senyuman manis oleh Mira.

Ia tahu bahwa semua ini bentuk peduli, tapi ia tak butuh itu, ia hanya butuh Mama-nya. Ah semakin ia mengingat, semakin ia terpuruk dan jatuh.

Setelah seluruh keluarganya pulang, kini ia duduk di halaman belakang sendirian. Duduk termenung dan melamun, berharap Mama-nya datang dan mengusap rambutnya, tetapi sepertinya itu tidaklah nyata. Ia tak perduli dengan tasnya yang masih berada di sekolah, ia tak perduli Aji atau Zizi dan teman teman yang lainnya. Ia sekarang hanya butuh wanitanya kembali, sudah itu saja. Setelah itu ia akan menjaga sepenuh hati.

"Nam..." merasa dipanggil, Mira hanya diam tak menggubris dan masih melamun sambil meneteskan airmata.

Ia duduk di sebelah Mira, wanitanya kini sudah tak berbentuk seperti dulu lagi, begini rasanya kehilangan?

"Nam ini aku Aji. Aku tau kamu sedih, curahin semua ke aku Nam" Aji duduk disamping Mira sambil mengusap rambut wanitanya, ia tau, ia tau yang dirasakan Mira. Sudah tidak mempunyai kedua orang tua, dan harus hidup dalam kesendirian.

"Ji—" ujar Mira sesenggukan. "Mama kenapa ninggalin aku? Kenapa...hiksss....." air mata itu kembali menetes untuk kesekian kalinya.

"Sssstt.. udah - udah, disini ada aku, kapanpun kamu butuh aku, aku selalu ada buat kamu. Aku ada disini buat kamu, yang sabar ya, Mama kamu udah tenang disana, Mama kamu pasti sakit kalau liat kamu kayak begini. Jadi, udah ya nangisnya, setelah ini? Kamu ngga boleh nangis terus - terusan. Masih ada aku dan yang lain" Aji mencoba menenangkan Mira yang sudah tak karuan ini.

"Aku sedih Ji"

"Iya aku tau, nangis sepuas kamu, dan setelah ini ngga ada air mata yang jatuh lagi ya." dan dibalas anggukan oleh Mira.

Kemudian Mira tertidur di dekapan Aji, aroma wanitanya kini tak jauh berbeda dengan yang dulu. Kini hanya sedikit berbeda karena penampilannya tak lagi dipedulikan.

***

Merasa enakan, kini Mira masuk sekolah, tentunya di jemput dengan Aji. Segala yang berhubungan dengan Mama-nya, ia hentikan dulu. Ia ingin terbang bebas tanpa ada ikatan tangis atau sedih, biarkan begini dulu sampai keadaannya membaik. Ia tau bahwa semakin ia terpuruk maka semakin ia tak bisa melepaskan, dan pada akhirnya ia akan semakin sakit. Takdir ya takdir, tak ada garis pembelokan sedikitpun, dan harus di terimanya.

"Udah enakan? Kalau belum biar aku anter pulang lagi aja" tawar Aji saat melihat kantung mata Mira yang membesar dari sebelumnya.

"Nggak usah Ji, aku pengen berawal dari yang baru. Cukup kamu yang siap ada di samping aku."

Aji tersenyum sambil menggandeng Mira masuk kelas.

Selama bel istirahat berdering, ia hanya di kelas dengan bekal seadanya, karena ia tak mau ke kantin. Dan sampai saat ini katanya Zizi belum masuk sekolah, disaat seperti ini Zizi tak ada disampingnya, masa masa pemulihan Mira, Zizi malah entah dimana. Terkadang Mira bingung dengan sifat keras kepala Zizi, ia bingung mengikuti dirinya sendiri atau Zizi.

Ah yasudahlah.

Disaat sibuk memakan bekalnya, Mira tersentak kaget atas datangnya Joy, Velen dan Onni, suasana kelas begitu sepi tak ada siapapun.

"Bawa dia" suruh Joy kepada kedua temannya, dan menyeret paksa Mira ke tempat yang dulu di temukanya Gea disana.

Setelah sampai, Mira memberanikan diri untuk membentak mereka bertiga. "Lo kenapa sih?! Apa kita ada masalah?!"

Joy tertawa keras. "Iyalah! Lo pake sok ikut campur sama masalah gue dan Gea!"

Velen dan Onni sekarang sudah ada disamping Mira untuk berjaga jaga kalau Mira kabur.

"Hahahaha! Heh! Gue ngga takut ya! Walau bapak lo Duta Besar Pariwisata Indonesia kek, Camat kek, Presiden kek, gue ngga peduli! Cara lo itu salah ya tetep salah!! Mau anak Pejabat Konglomerat atau anak pemulung, gue ngga peduli!" balas Mira yang kedua tangannya sudah dicengkeram oleh Velen dan Onni.

"Heh! Lo anak yatim piatu diem deh! Lo ngga tau apa apa nggak usah ikut campur. Lakuin sekarang!" perintahnya pada dua pesuruhnya.

Mira terjatuh dengan keadaan terduduk sambil menunduk, Velen dan Onni sudah menjatuhkan telur busuk, tepung terigu dan minyak jelantah. Joy tertawa keras dan menginjak kedua kaki Mira dengan keras. Sekuat apapun Mira berteriak, tak ada yang tau, karena tempat ini cukup jauh dari sekolah yang ramai.

"Sssshhhh..."

"Rasain lo! Makanya jangan sok ikut campur" kata Velen sambil menoyor kepala Mira.

Mira hanya tertunduk sambil merepalkan tangannya, menutup matanya sambil menghela napas panjang. Tak ada gunanya dia membalas, pasti mereka akan semakin liar.

"Guys ada anggota baru di geng kita, ini diaa! ZIZI! WELCOME Zi!" kata Onni dan disambut tawa oleh yang lainnya.

Aku mendongakkan kepalaku, melihat Zizi yang selama ini tak kelihatan dari pandanganku. Ia benar Zizi? Kenapa ia ikut geng brengsek ini? Ingin aku memeluknya dan mencurahkan semua isi hatiku padanya.

"Zizi! Gue seneng ada lo buat nyelametin gue!" kata Mira sambil berdiri dan berusaha memeluk Zizi.

"Ih apaan sih lo?! Badan lo tuh kotor, sadar diri dong! Dan apa? Gue nyelametin lo? Jangan harap ya! Lo gak denger tadi? Kalau gue udah masuk geng Joy?" kata Zizi sambil menatap Mira jijik.

Mira menunduk pasrah. "Kenapa lo gini Zi?"

"Karena lo nggak pernah tau perasaan gue?!" teriak Zizi.

Joy, Velen dan Onni tertawa terbahak-bahak lalu mereka mendorong tubuh Mira sampai terduduk kembali. Tak ada sakitnya ketimbang perkataan Zizi tadi, sudah hancur semuanya, hancur.

"Denger tuh! Ngga ada yang mau temenan sama lo lagi! Dasar bodoh" kata Joy sambil menjambak rambut Mira.

"Awhh... Lepash..in Joy"

"Ini belum berakhir Mira sayang, sampai jumpa besok dan selanjutnya. Yuk gengs kita cabut" kata Joy lagi sambil membawa yang lain pergi.

Mira terduduk lemah sambil meneteskan airmata, kini tak ada lagi pembelanya. Kini semuanya telah berubah, dan tidak lagi seperti dulu.

Setelah merasa baikan, Mira menuju ke lokernya untuk mengambil baju olahraga, tak mungkin dia masuk kedalam kelas dengan pakaian menjijikan ini. Ia segera mencuci rambutnya dan berganti pakaian olahraga, lalu masuk ke kelas dengan tatapan bau dari teman temannya. Bahkan Sinta meminta pindah tempat duduk, karena merasa tidak nyaman dengan Mira.

Teman temannya berbisik bisik di hadapan Mira, Mira hanya tersenyum palsu. Bel pelajaran bu Yuma selesai, ia dipanggil untuk menemuinya di kantor.

"Kenapa kamu seperti ini Mira?"

Mira tersenyum. "Maaf bu, tadi saya jatuh dan baju saya kotor."

"Tapi ini bau amis, kamu bilang saja kalau ada masalah, Mira"

Mira menahannya dengan alasan lain. "Eh enggak bu, iya tadi saya juga kena pecahan telur di kantin, karena bantuin ibu kantin. Jadi sekali lagi maaf ya bu, saya ngga akan mengulangi lagi"

Bu Yuma mengerti. "Yasudah, kamu kembali ke kelas ya"

Mira mengangguk mengerti, selama perjalanan dari kantor menuju kelas, ia ditatap seperti kotoran oleh siswa siswi, berbisik bisik di depannya langsung, dan Mira hanya tersenyum sambil menampangkan wajah 'aku tak apa apa'. Tapi kenyataannya adalah kenapa kenapa.

Ia tak peduli lagi dengan semuanya, yang ia pedulikan hanyalah Zizi. Kenapa ia bisa berubah? Kenapa ia bisa begini? Ingin sekali Mira menangis lalu membanting semuanya, tapi itu ditahannya karena semua pasti akan berakibat buruk. Ia mencoba memendam semuanya.

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 229K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
2.2M 69K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
2.2M 80.3K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...
519K 35.8K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...