Life or Love? [Completed]

By rgnaerynti

87.4K 3.7K 54

[Completed] - Entah Mira tak tau akan nasibnya selanjutnya, berakhir senang atau sedih. Sementara semua ia... More

Nam's
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 14 [Kelabu]
Part 15 [Merelakan]
Part 16 [Harus Apa?]
Part 17 [Menyesakkan]
Part 18 [Memburuk]
Part 19 [What are you doing?]
Part 20 [Come back?]
Part 22 [Sesak]
Part 23 [Out]
Part 24 [Salah paham]
Part 25 [Trust me]
Part 26 [Perlahan namun pasti]
Part 27 [Kebenaran]
Part 28 [Happy but not true]
Part 29 [Happy but not true '2]
Part 30 [Ending~]

Part 13 [Awal permulaan]

2.1K 106 0
By rgnaerynti

Mira duduk di kursi kantin biasanya,  sambil memegang ponsel, siapa tau Aji menelepon. Ya, tadi pagi Aji tak menjemputnya, karena katanya ada urusan bersama teman - temannya. Entah apa yang dilakukannya akhir - akhir ini. Selama menurut Aji privasi, Mira tak akan mengusik, begitu juga sebaliknya.

"Hei Nam" Mira tersentak kaget saat Aji sudah berada di depannya.

"Astaga kamu Ji, duduk dulu"

Aji tersenyum "Maaf ya tadi aku ngga jemput"

"Ah ngga apa - apa kok. Eh gimana mama kamu? Katanya ke rumah sakit ya kemarin?"

"Iya cuman kontrol aja kok" sahut Aji "Kemarin pulang sama siapa? Aku udah nunggu kamu telepon aku"

"He? Eh maaf Ji, soalnya kemarin aku ketiduran, capek" tak mungkin Mira menjelaskan semuanya di depan Aji, walau notabene adalah pacar Mira sendiri. Tapi biarkan masalah ini Mira yang menyelesaikannya.

"Udah sarapan?" tanya Aji sambil memandangi Mira.

"Udah kok, kamu udah sarapan juga? Biar aku pesenin kalau belum"

Mira akan berdiri tetapi di tahan oleh Aji. "Nggak usah, aku udah sarapan kok. Kamu duduk aja"

Mira mengangguk pelan lalu kembali duduk di depan Aji. "Kenapa sih? Ngeliatin gitu?"

"Ngga papa, cantik aja sih. Gimana ya kok bisa jadi punyaku?"

Mira terkekeh geli. "Haha aku aja ngga inget gimana. Eh kamu tau ngga Zizi kemana?"

"Zizi? Bukannya dia suka nemplok sama kamu ya?" balas Aji bingung.

"Enak aja nemplok, dikira kodok apa. Ya jadi tuh dia kemarin ngga masuk, dan sekarang kayanya ngga masuk lagi. Barangkali kamu tau?"

Aji menggeleng pelan. "Yaudah jangan negatif thinking dulu, mungkin aja dia ada urusan? Dan ngga sempet hubungin kamu saking sibuknya?"

"Tapi—"

Aji menggenggam tangan Mira dan mengelusnya. "Udah jangan dipikir terus dong, udah mau masuk, ke kelas aja ya" dan Mira mengangguk pelan.

Tak terasa bel pelajaran sudah selesai, dan kini waktunya istirahat. Setiap istirahat pasti Mira akan ke kelas Zizi, kalau dihitung sudah dua hari ini Zizi tak masuk sekolah. Pagi ini ia akan memastikan sendiri, barangkali Zizi dikelas dan tidak ingin diganggu oleh siapapun?

"Cari siapa Mir?" teriak David dari dalam kelas.

"Eh elo Vid, gue lagi nyari Zizi nih" kata Mira sambil celingak celinguk.

"Ngapain lo celingukan gitu. Orang Zizi nya aja nggak masuk" kata David santai sambil menyuruh semua anak keluar, ye orang ganteng mah enak mau ngapain aja, yakan?

"Lah? Pergi ke New York?"

David mengangguk pelan. "Ya katanya gitu, yaudah ayo ke kantin, lo ngapain masih disini? Ngincer anak kelas gue? Wahh gue bilangin Aji lo"

Mira mendengus kesal. "Apaan sih lo, yaudah yuk."

Akhirnya Mira dan David berjalan keluar dari kelas dan menuju kantin. Semua mata tertuju ke mereka berdua, padahal mereka hanyalah sebatas teman, dan Mira tau sepertinya David kecantol Zizi. Dan ini moment pas untuk menanyai David.

"Vid"

David menoleh ke arah Mira sambil terus berjalan. "Hm?"

"Lo suka sama Zizi yaa?! Hayo ngaku?!" teriak Mira di samping David.

"Enak aja lo, gue ngga suka sama Zizi. Gue cuman nganggep dia tuh adek gue doang, badan kecil gitu, kapan besarnya?"

Mira membelalak kaget. "Enak aja lo bilang kecil! Dasar semua laki laki cuman pengen yang besar doang. Terus selama ini pandangan lo ke dia cuman adek kakak doang?"

David mengangguk pelan. "Ya semacam itu sih, lagian bilangin tuh ke sahabat lo, kalau jadi cewek tuh yang care sama anggun dikit kek. Udah jutek, songong, mana mau cowok nge deketin dia"

"Heh awalnya gue bersyukur karena ada lo, tapi ternyata lo cuman sebatas adek kakak doang. Awas lo ye PHP-in dia, gue gantung lo di bawah pohon beringin yang banyak 'uwa uwa' nya"

David mengernyit bingung. "Uwa uwa maksud lo?"

"Setan lah!"

"Oh setan, hahh setan? Ah ya ya gue ngga mungkin berani PHP-in Zizi, lo tenang aja"

Mira mengangguk setuju.

Dan tak terasa mereka sampai di kantin dengan tatapan horror Aji, Hendri dan Genta. Bisa bisa dituduh yang tidak tidak kan?

David yang melihatnya pun segera menenangkan mereka. "Woi woi sabar bro, gue cuman jalan bareng sama Mira ke kantin, karena dia tadi di kelas gue buat nyari Zizi. So? Gue ajak deh sekalian"

"Iya Ji, maaf ya. Tadi aku ke kelas David, suer buat nyari Zizi. Ngga mungkin kan aku kecantol sama David, yang kayak uwa uwa"

Aji mengernyit bingung. "Uwa uwa?"

"Setan Ji, David kayak setan penunggu pohon asem" kata Mira polos.

"HAHAHAHAHAHA! MAMPUZZ DERAJAT LO TURUN!" kata Hendri sambil menggebrak gebrak meja.

David pun berdecak kesal. "Enak aja lo Mir ngatain gue, gue ini idola sekolah tau ngga"

Genta menoyor kepala David. "Idola apaan, idola remaja menye - menye?"

"Anjir lo Gen, jangan toyor - toyor pala gue. Ntar mamih gue bingung kok anaknya tambah oon"

Hendri dan Genta saling menatap. "Mamih? Jijik banget lo Vid!"

Aji dan Mira hanya menatap mereka bingung dan menahan tawa. Sepertinya teman teman Aji sudah rada konslet dan perlu pembaruan ulang.

"Temen kamu gesrek ya?"

"Yaa emang begitu, untung aja disini aku paling waras"

Mira tertawa terbahak-bahak.

Mereka ber empat memandangi Mira yang sedang tertawa.

Dengan baik Mira berhenti dan menyengir tak jelas. "Hehehe sorry sorry, so? Bentar biarin gue tarik napas dulu, hehe. Yaudah, sekarang kenapa?"

"Lo yang kenapa? Tiba - tiba ketawa sendiri. Lo apain dia ji?" tanya Genta sambil menunggu jawaban dari Aji.

Aji cuek - cuek saja sambil tersenyum ke arah Mira, padahal tadi ia membicarakan ketiga temannya itu.  Lalu mereka bersenda gurau layaknya remaja lainnya, tapi kali ini tanpa Zizi. Toh biasanya Mira juga mendapat kritikan pedas, yang katanya Mira cabe - cabean karena ikut ngumpul anak famous se SMA ini. Hell? Yang mengajak kan mereka, bukan Mira sendiri yang ikut. Jadi cibiran itu tertahan di kerongkongan mereka.

Tiba tiba bu Yani datang ke meja mereka dengan tatapan tertuju ke arah Mira seorang. "Namira, boleh ibu bicara sebentar?"

Mira yang sedang menyeruput es jeruknya pun segera mengangguk dan mengikuti langkah bu Yani, dengan meninggalkan yang lain dengan tatapan bingung.

"Iya bu, ada apa ya?"

"Mira, mama kamu ingin bicara. Segeralah pulang, nanti saya izinkan ke BK."

Mira mencoba tidak meneteskan airmata, ia tak mau terlihat sedih karena ini. Ia langsung berterimakasih dan melesat pergi ke rumah. Meninggalkan perasaan bertanya-tanya dari yang lain.

Setelah menempuh perjalanan menggunakan taksi, ia langsung turun. Kakinya melemah, syarafnya putus, otaknya sudah tidak bekerja, rasanya semua persendiannya mati rasa, tidak menampakkan yang sebenarnya.

Ia langsung masuk tanpa memperdulikan tetangganya yang sedang ada dirumahnya. Mira terus berpikir bahwa semua baik baik saja, ya baik baik saja.

"Mamaaaa..... Hikssss...hikssss mamaaaaaaaaa" teriak Mira sesenggukan sambil melihat mamanya yang sudah tertutup oleh kain kafan.

"Mama, Lia belum bicara apa - apa sama mama" air matanya turun perlahan, hancur sudah harapannya, mengapa satu persatu orang yang ia sayang harus pergi meninggalkan Mira?

"Mama, bangun ma....hikss..." lanjutnya. "Ma, kenapa Mama ninggalin Lia,hiks..." Mira terus mengguncang tubuh mamanya, omanya yang melihat Mira langsung memeluk cucunya itu.

Tak menyangka bahwa mama Mira terserang penyakit jantung, kedua orang yang disayanginya mempunyai penyakit yang sama. Kedua kalinya seperti ini, kedua kalinya ia kehilangan orang yang ia cintai, tanpa pesan apa - apa. Tetapi sebelum berangkat sekolah tadi, mama Mira berpesan ada sebuah kotak kecil di lemarinya. Ternyata itu hadiahnya, yang tepat pada waktunya. Dan sekarang mama Mira sudah tak bernyawa meninggalkan anak satu - satunya berdiri kokoh.

Matahari kini menjinakkan sinarnya, tumbuhan ikut berduka dan berselimut debu yang membara. Semua kenangan itu sudah tak ada, kini ia sudah harus sendiri, menopang hidup untuk dirinya sendiri dan omanya. Entah bagaimana jalan hidup yang tertulis dalam dirinya, meninggalkan luka yang amat membara dalam jiwa.

Setelah prosesi pemakaman, Mira tersungkur di makam mamanya, wanita yang selama ini namanya tersebut dalam sujud malamnya, wanita yang selama ini bertaruh nyawa demi dirinya, wanita yang selama ini membantunya menghadapi dunia dan bertemu dengan berbagai macam masalah yang ada, membantu berdiri ketika anak satu - satunya jatuh tak berdaya, membantu mengusap lembut ketika anak satu - satunya merasa rapuh, dan menopang anak satu - satunya disaat Mira tak tau akan kemana. Kini semua itu hanyalah kenangan yang dalam, kehilangan dua orang sekaligus, dua orang super-heronya, dua orang yang nantinya menemani Mira di pelaminan sambil tersenyum bahagia, anakku kini sudah menjadi tanggung jawab orang lain. Dan saat ini pikiran itu sirna dengan kehilangan keduanya, betapa rapuhnya Mira sambil menunggu kedua orang tuanya bangun lagi dan mengecup keningnya di pagi hari. Ia rindu, ia rindu segalanya.

"Mama cepet banget ninggalin Lia, kenapa?...hiks...Lia ngga suka ma, kenapa Mama harus pergi? Lia sendiri, ngga ada siapa-siapa ma...hikss..." teriak Mira sambil tersungkur di makam mamanya, keluarganya pun langsung menggendong Mira masuk kedalam mobil.

"Aku nggak mau?! Kenapa kalian gini! Aku mau disini!"

Tantenya geleng-geleng pasrah. "Lia, mama kamu sudah tenang. Ayo nduk balik ke rumah"

Mira masih memeluk nisan mamanya. "Tante ngga tau! Karena tante masih punya oma! Sekarang aku nggak punya siapa siapa! Kalian pasti seneng kalau aku sendirian. Hiksss...hiksss..."

"Sayang, kita semua disini ada untuk kamu, kamu nggak sendirian. Jadi ayo kita pulang ya, sudah sore" bujuk tantenya lagi.

Mira mengangguk pasrah, mungkin sudah tak ada gunanya lagi jika dirinya terus seperti ini. "In Syaa Allah, Lia ikhlas ma"

Tantenya tersenyum lebar, lalu menggandeng keponakannya untuk pulang. Walau Mira masih sering melamun dan menangis sendirian, tapi semua keluarganya memaklumi keadaan Mira yang sebatang kara. Tetapi omanya akan menemani Mira disini.













***















Hallo, di hari minggu ini ku usahakan untuk update banyak, yep. Keep waiting ya, soalnya aku juga lagi ngga ada kerjaan.

Bayangin ya Mira ngga punya siapa siapa lagi, coba kalau kalian kek gitu? *naudzubillah ngga nge doain, tp bayangin, nikmati selama kalian masih punya kedua orang tua.

See you?!

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 162K 62
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
3.8M 225K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
54.4M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
30.2M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...