Secret Rana [Completed]

By rgnaerynti

264K 9.5K 218

(MAAF CERITA BELUM DI REVISI, CERITA INI SANGAT-SANGAT RANDOM. MASIH MAU BACA? SILAHKAN..) #383 dalam teenfi... More

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
Part 11
Author
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Just thank you and information
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
BIGGG THANKKYOU!

[ENDING]

7.6K 184 25
By rgnaerynti

Terimakasih sudah membuatku mengerti arti menemukan dan kehilangan. Kini aku sudah mati rasa cukup lama dan aku akan menebusnya dengan tawa ceria. Terimakasih atas luka yang kau titipkan padaku, sekarang luka itu sudah kubuang jauh jauh, kini yang ada hanyalah tawa bahagia diantara kita. Sudah kubilang kita akan hidup bersama sama tetapi di tempat yang kini berbeda.

Dan pelangi kini tau ditempat mana ia akan berpindah dan menyampaikan salamnya pada hujan, setelah itu ia akan turun lagi untuk bersinggah di tempat yang berbeda, karena perpisahan tanpa kata kata itu menyakitkan.

Dan kini Bulan, Bintang dan Matahari tau bagaimana ia akan bersinar, tanpa mendekatkan diri pada Bumi, karena yang mendekatkan akan membinasakan, dan yang menjauhkan akan menghangatkan.

Kini aku tau sebagaimana rasa sakit itu sebagai obat, obat bagaimana kita berjalan setelahnya, dan memilih untuk hidup. Selamat tinggal, dan kini aku sudah menemukan jati diriku yang sebenarnya, kutau bahwa seolah olah kita hanyalah waktu yang dipermainkan, kita hanyalah sebatas kenangan yang tak akan berarti apa apa jika dikenang.

***

2 tahun kemudian.

Rana berjalan menuju kampusnya, jurusan hukum ia ambil tanpa pikir panjang, sekarang ia tau dimana ia akan berdiri dan terjatuh lagi. Ia tertawa bahagia bersama orang tua, sahabat dan kekasihnya, sekarang ia sudah bisa tertawa lepas lagi tanpa mengingat yang lalu. Usaha tak akan mengkhianati hasil, bagiamana kita terus berjuang dan berdiri di atas kaki sendiri tanpa orang lain. Dan sekarang Rana tau tanpa masalah itu, ia tak akan berdiri kokoh seperti sekarang ini.

"Ranaaa!!! Lo mau kemana?" tanya Tia yang kini sudah berubah menjadi lebih cantik dan anggun. Yang benar saja, sahabat sahabatnya memilih kampus yang sama?.

Ah ya? Belum kuceritakan dengan masalah 2 tahun ini ya?.
Tia sekarang sudah semakin erat dengan kak Jovan, dan Lisa juga tak kalah erat dengan kak Rei, ah iya kak Farhan masih berjuang mendekati teman kampusnya *kita bantu doa ya, hahaha. Dimas? Ia juga sedang berusaha! Cowok jail dan bego diantara kami, masih berjuang di jalan yang sama seperti kak Farhan. Ihsan? Dia sudah menggandeng wanita cantik berambut sepundak dengan mata besarnya, membuat Ihsan langsung jatuh hati padanya. Dan Kenzo? Jangan tanyakan lagi, semenjak Ihsan menggandeng pacarnya, ia tak ragu ragu untuk menembak gebetannya, dan alhasil? Yah di-
Gantungin! Astaga Kenzo masih digantung, betapa malunya dia dengan percaya dirinya itu.

Aku menoleh ke arah Tia yang sedang berjalan bersama Lisa. "Eh gue mau pulang, jam gue udah ngga ada lagi"

Lisa mengangguk mengerti. "Yaudah kalau gitu, gue ke kelas dulu ya! Byeee!!!"

Sambil memandangi Lisa pergi, aku menoleh pada Tia. "Lo sendiri mau kemana ti?"

"Ah gue? Em, masih ada jam sih"

"Yaudah pergi sono" kataku mengusirnya.

"Iye iye, gue pergi dulu. Eh ya lo pulang sama siapa? Sama si abang Dennis?"

Aku berdecak kesal, selalu saja dia menyebutnya abang, jijik dan sok. "Heh lo sebut gitu lagi gue tabok ya. Yaudah gue pergi!" kataku sambil pergi meninggalkan dia yang sedang tertawa.

Aku keluar area kampus dan menemukan mobil Dennis yang terparkir mulus di pinggir jalan, mobil dua tahun ini yang memberi saksi bahwa Dennis tulus mencintaiku.

"Hei tumben lama?" tanyanya padaku.

"Hei, maaf ya, udah lama nunggu?" jawabku sambil tersenyum ke arahnya.

Ia menggeleng pelan. "Iya"

"Kok geleng geleng tapi bilang iya? Yang bener yang mana?"

"Dua duanya juga boleh kok, dipilih aja. Yaudah yuk masuk" katanya sambil menyuruhku masuk.

Aku tersenyum melihat tingkahnya, masih saja seperti dulu, dua tahun aku bersamanya, banyak yang kita lewati bersama juga.

Dennis terus terfokus dengan jalanan, aku yang terduduk pun juga terfokus pada ponsel.

"Jangan natap ponsel terus gih" kata Dennis sambil mengetuk ngetuk setir mobil.

Aku mendongak ke arahnya. "Eh, ya kamu fokus sama jalanan sih"

"Ya kalau aku ngga fokus gimana mau nyampe rumah?"

"Jangan gitu sayang" lanjutnya lembut sambil mengelus ngelus kepalaku.

"Iya iya, eh liat den, hujan loh." kataku sambil membuka jendela.

"Jangan dibuka, nanti kalau kamu sakit gimana? Cepet tutup." ah dia rupanya sudah tau kalau aku dulu sering sakit karena hujan.

"Yah.. udah berenti kan den, gara gara kamu sih nyuruh nutup kaca"

"Nanti kamu sakit sayang kalo kena hujan."

Aku mengangguk mengiyakan lalu menutup kaca mobil, ternyata hanya gerimis sebentar.

Aku melihat jalanan yang bukan menuju rumahku, kemana dia ingin membawaku pergi sore sore begini?.

"Kemana den?"

"Nanti kamu tau sendiri"

Setelah perjalanan, kami sampai di tempat.. Ah iya! Tempat Dennis menyatakan perasaan pertama kalinya padaku! Tempat ini semakin indah rupanya. Semenjak hari itu, aku tidak pernah kesini lagi dengan Dennis, ya sudah dua tahun lamanya.

Aku tersenyum lebar sambil melihat jembatan itu dengan sungai indah dibawahnya. "Den.."

Dennis yang sedang sibuk mencari ponselnya kini menoleh ke arahku. "Ya sayang?"

Setelah Dennis menjawab, aku langsung pergi tanpa menjawab balik perkataannya. Aku mengarakan wajahku ke arah matahari sore, sambil menopangkan tanganku di penyangga jembatan, ini tempat dimana Dennis menyatakan perasaannya waktu itu, perasaan yang membuatku merasa sakit karena kupikir itu bukan untukku. Dan sekarang lihatlah, aku kembali bersama orang yang sudah menjadi milikku, orang yang kutangisi setelah dari sini.

"Inget waktu itu ngga?" tanya Dennis yang sudah berada disampingku.

Aku menoleh lalu tersenyum. "Ah iya, waktu kamu cerita tentang cintamu itu, dan pulang dari sini. Kamu ngebuat aku nangis"

Dennis tertawa. "Hahahaha masih inget aja, ya kamu sih ngga peka"

"Ya ingetlah den, kan waktu itu kamu yang ngebuat aku nangis"

"Yang penting aku sayang kamu" kata Dennis sambil menatapku.

Aku tersenyum, tidak tau sudah berapa kali aku dibuat senyum senyum sendiri olehnya, dengan caranya sendiri, dengan tatapannya sendiri dan dengan senyumnya sendiri.

"Den, aku jadi tau gimana rasanya dicintai dan mencintai" sahutku "Makasih ya"

"Makasih juga, sekarang kamu tau kan? Kalau aku tulus sama kamu?" aku mengangguk mantap.

"Tetep sama aku ya den, walau aku udah nggak punya rambut atau mungkin udah nggak bernyawa lagi"

Dennis memelukku lalu mengusap kepalaku. "Kita akan terus sama sama ran, sampai kita tau bahwa kita udah nggak bernyawa lagi. Aku nggak bisa janji, karena juga nggak tau apa yang terjadi setelahnya"

"Makasih den, kamu ngebuat aku berubah dan duniaku juga ikut berubah. Sekarang aku juga tau sakitnya menghargai tanpa dihargai. Aku sayang kamu" kataku sambil membalas pelukannya.

"Cieee udah berani yaa ngungkapin sayang, padahal selama pacaran cuman beberapa kali aja, biasanya ngomongnya lewat chat, itupun juga sedikit. Cieee sayang, aku juga sayang kamu" katanya menggodaku dan melepaskan pelukannya.

Aku tersenyum malu, entah kenapa aku masih malu mengakuinya, karena sesuatu yang berarti tak harus dikatakan secara langsung, hanya dengan perbuatan mungkin lebih menunjukkan.

"Apaan sih den" kataku malu.

"Ih pipinya mulai lagi, hisshh gemes"

"Uh kamu alay. Hahahahaha"

"Hahahahaha"

Lalu disambut tawa oleh kami berdua.

Cinta? Ia akan datang sebagaimana waktunya datang, hanya saja belum tepat untuk menunjukkan. Laki laki ini, dialah yang sudah membuatku jatuh terbawa bayang bayang kesal atau sebal, tetapi berawal dari situ aku mulai tau bahwa dia yang selama ini menyebalkan tetapi menyimpan perasaan terdalam.

Terimakasih, Terimakasih atas kehidupan, kehidupan jatuh bangun yang menyenangkan. Dari mulai pengalaman pahit dan menyakitkan, dari mulai yang termanis ke yang menyesakkan. Kini aku tau, aku masih remaja yang butuh dijatuhkan, yang butuh digoyahkan dan yang butuh dicampakkan, sekarang aku mulai tau bahwa jati diriku sebenarnya adalah diriku sendiri, dulu aku masih mencoba mencari jalan keluar, dan sekarang aku tau dimana jalan keluar yang kumiliki sendiri dengan caraku sendiri.

Ingat pesanku. Kalian masih mudah untuk dijatuhkan, tetapi dengan dijatuhkan, kalian merasa jauh lebih merasakan arti kehidupan yang sebenarnya. Aku sudah bahagia, bahagia setelah merasakan sengsaranya dunia, tak apa menyesakkan jika nantinya membahagiakan.

End~

***










Aku punya satu question nih buat kalian sesudah baca ending ini.

Kalau kalian di posisi Rana? Dan? Kalian tau kalau Lisa ternyata sama Rei gimana? Padahal mereka sahabat, dan mau gak mau Rana harus ngerelain. Kalian punya perasaan dendam atau gimana? Coba dong comment. Mau tau seberapa besar kalian tau cerita ini. Hehe

Makasih! 💙🙏

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 72.5K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
1.5K 155 64
Seorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kena...
923 175 57
Menang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang...
2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...