Secret Rana [Completed]

Por rgnaerynti

264K 9.5K 218

(MAAF CERITA BELUM DI REVISI, CERITA INI SANGAT-SANGAT RANDOM. MASIH MAU BACA? SILAHKAN..) #383 dalam teenfi... Mais

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
Part 11
Author
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Just thank you and information
Part 46
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
[ENDING]
BIGGG THANKKYOU!

Part 47

2.8K 128 8
Por rgnaerynti

Aku ini hanyalah perempuan berumur 17 tahun. Aku masih terlalu muda untuk ditindas, dan tentu saja aku akan bangkit dan membalasnya dengan kebahagiaan-
R(/)

***

Semenjak kejadian itu, aku pergi ke rumah bu Nayla. Berdiam diri dan mencoba mencerna kata kata kak Farhan yang berhasil membuatku tersenyum miris. Untuk ini aku harus bisa mengatasinya, dan untuk ini aku harus bisa bertanggung jawab. Bu nay sempat bertanya ada apa dengan diriku?, ya aku mengatakan semua. Semua yang selama ini ku pikir sendiri, dan tanggapannya aku harus bisa menjelaskan karena ini salahku. Salah apa lagi? Ini demi kalian, agar kalian bisa tau betapa berharganya hidup?. Dulu kalian pernah mencaciku, aku tetap sabar dan saatnya aku meninggal *berpurapura, kalian meluncurkan airmata penyesalan sia sia. Dan aku tau itu hanyalah rasa kasian dan rindu singkat. Setelahnya kalian melupakanku, melupakan segala perjuanganku. Aku tau, jika aku berada di posisimu, aku pasti akan begitu. Tetapi ada saatnya aku menghargai dan mengingat, tidak untuk kalian yang bahagia tanpa menangisiku setelahnya. Memang benar bahwa penyesalan tak akan mengubah apa apa, tetapi apakah penyesalan dapat merubah yang ada?. Coba pikirkan(?).

Flashback on.

"Ranaaaa! Maafin gue selama ini"

"Ranaaa gue bukan sahabat yang baik buat lo"

"Maafin gue ga bisa jaga lo"

Yaa. Kalimat itu sudah terngiang ngiang di makam palsuku. Aku yang melihatnya dari jauh cukup tertegun dan menyesal, tidak ini demi kalian. Apakah kalian benar benar kehilanganku? Apakah kalian benar benar merasa bahwa aku sudah tiada? Apakah kalian setelahnya tidak menganggapku?. Yaa aku cukup senang bahwa kalian sedih, aku cukup bahagia karena kalian tau betapa berharganya aku. Ternyata kalian memang menyesal, dan aku ingin menebus kesalahanku nantinya. Tunggu aku di sekolah dan kumohon terima permintaan maafku.

Flashback off.

Memikirkan semua tidak gampang dan akhirnya kuputuskan untuk kerumah mama dan papa, untuk menjelaskan semua, mungkin bagi kedua orang tuaku ini sudah jelas. Tetapi bagi kakak semata wayangku, ini aneh dan belum jelas sama sekali. Aku tau mungkin dia tak ingin melihatku lagi, emm atau mungkin dia ingin membunuhku dan mematikanku sungguhan?.

Tok tok tokkk

"Yaa??"

"Ehh...ohhh..emm neng Rana?. Ayo masuk dulu," sambung bibi, mungkin masih sedikit takut terhadapku.

"Mama sama papa kemana bi?. Terus kak Farhan ada dimana?" selidikku sambil masuk dan mencari cari tau keberadaan mereka.

Bibi masih menggeliat takut dan menunduk, oh sungguh aku ini Rana bukan setan.

"Kalau ibu sama bapak lagi di kantor, kalau den Farhan lagi ada dikamarnya. Masuk aja non, oh yaa kamar non Rana masih 100% asli kok, hehe" jawabnya sambil memanggilku berbeda beda, beberapa bulan tak disini membuatku merasa aneh dengan keluarga ini. Hmm???...

Aku langsung melesat masuk dan menemukan kak Farhan sedang bermain gitar. Dari tatapannya kutau bahwa ia sekarang membenciku, itu membuatku takut.

"Kak?, Maaf Rana masuk tanpa ketuk"

"Siapa lo?!. Gue ngga pernah punya adek yang suka main main kayak lo?!" pandangannya yang sayu kini beralih menjadi tajam dan sangat menakutkan.

"Rana kan udah jelasin kak. Jadi apa kak Farhan masih marah?" tanyaku sedikit canggung.

Dia diam membisu, seperti halnya aku ini berbicara dengan angin.

"Kak jawab Rana!. Rana selama ini juga ngawasin kakak, Rana selama ini juga masih suka cari informasi tentang kakak." air mataku menetes perlahan dan bibirku gemetar tanda menyesal.

Dia masih tak menjawabku, dia masih diam, wajahnya terlihat sangat tak suka kepadaku. Apa aku ini terlalu salah?,

"Hmm, oke. Gue sekarang udah ikut sama bu nay, dan gue juga ada hak buat ngga tinggal disini lagi. Tapi asal lo tau, gue masih ngehargain lo sebagai kakak gue yang paling hebat. Lo rela relain video gue waktu itu, lo yang nangis paling histeris disaat gue pura pura nutup mata. Gue tau lo sakit, gue tau lo kecewa. Tapi apa lo ngga mikir? Dengan cara lo yang kayak gini bikin gue tambah sakit?. Gue tau gue bodoh dan suka main main, iya gue tau. Maaf gue gini sama lo, maaf. Gue kesini cuman ngomong ini doang, masalah lo maafim gue atau engga, itu hak lo. Yang penting gue udah minta maaf, gue janji setelah ini ngga bakal gangguin lo lagi kok." senyumku tulus, ya aku sudah kembali seperti Rana yang dulu. Agar dia bisa merasakan bagaimana sakitnya aku dulu.

"Pergi lo! Jangan pernah anggep kita pernah kenal sebelumnya!. Gue ngga akan pernah nerima permintaan maaf lo!" ucapnya keras, lalu aku berjalan keluar kamarnya dan menangis hebat. Menangis bukan untuk penyesalan, tetapi menangis untuk tak dimaafkan.

Dia sudah tidak menganggapku adiknya lagi.

***

Aku terdiam dalam malam, terdiam dalam hembusan awan, dan terdiam dalan hangatnya rembulan. Menatapi semua masalah, tidak bukan ditatap tetapi dirasakan. Yaa sekarang aku lagi merasakannya, sungguh sakit. Apa aku terlalu bodoh? Atau aku memang pantas dibenci seumur hidup?.

Seseorang mengetuk pintu kamarku, kutau pasti itu bu nay. Siapa lagi kalau bukan ibuku?.

"Sayang? Apa ibu boleh masuk?" tanya seseorang diluar sana, dan kubalas dengan 'iya'.

"Ada apa bu kekamar Rana malem malem?" tanyaku membenarkan posisi dan menatap bu nay yang duduk disamping ranjanngku.

"Sudah bicara sama Farhan? Apa dia masih marah?" tanyanya lembut tanpa penekanan sedikitpun. Aku merasa bahwa akulah orang yang paling bahagia ketika bersamanya.

"Hmm ya gitulah bu. Bu apa selama ini cara aku salah ya? Apa selama ini aku selalu buat orang lain sakit?"

Ia tersenyum manis, "Iya caramu salah, tetapi itulah caramu. Cara yang tidak bisa dipikir atau mungkin dilakukan oleh orang lain. Segala apapaun yang terjadi dalam dirimu, jangan pernah menyesal. Jika kamu menyesal, maka kamu akan membenci dirimu sendiri. Kalau kamu ingin mencintai orang lain, maka cintai dulu dirimu."

"Tapi kak Farhan masih marah bu. Rana harus gimana?, apa Rana seburuk itu bu?" kataku lesu sambil tidur di pahanya, dan diberikannya elusan elusan lembut dikepalaku.

"Marah itu wajar kok, bahkan sampai sekarang ibu juga masih sebel sama kamu. Tapi lama lama ibu juga tau perasaan kamu yang butuh diperhatiin. Ibu yakin pasti kakak kamu juga gitu, toh ngga ada gunanya gini terus. Mereka harusnya bersyukur kamu masih ada, tapi kan pemikiran orang beda beda. Mungkin dia pikir kamu main main kan?"

Aku mengangguk lesu, "Makasih ya bu, pertama kali aku ketemu bu. Aku udah nyaman sama ibu, jadi foto foto bayi itu aku ya bu?. Kenapa ibu ngga pernah nyari tau aku?"

Bu nay masih saja mengeluarkan senyum manis. "Oh ya? Apa iya ibu ngga pernah nyari tau?, bahkan ibu aja udah tau kalo kamu anak kandung ibu."

Aku menganga lebar "HAAAA?"

"Huss jangan lebar lebar. Iya ibu selama pindah ke Jakarta udah nyari tau kamu, ya walaupun kamu pindah kesini juga belum lama. Dari pertama kali kamu ngelamar kerja, ibu pengen banget peluk kamu. Tapi ibu kepengen sandiwara, dan belum sempat bilang malah kamu udah pergi waktu itu. Kamu tau gak? Ibu itu udah nangis nangis gak karuan, Farhan sampe ibu larang buat bawa baju kamu. Ibu selalu meluk baju kamu, berharap kalau kamu kembali. Dan ternyata waktu itu kamu kerumah ibu, ibu kaget banget. Gimana ngga kaget? Orang yang udah meninggal bisa hidup lagi?. Terus tau tau kamu bawa ibu ke Semarang," jujur bu nay disaat saat itu, dan mulutnya cemberut bulat.

"Jadi ibu selama ini udah tau? Makanya waktu penyelidikan kok tenang banget gitu. Dan senengnya cuman biasa aja, kenapa ibu ga bilang sih?" giliran aku yang merajuk.

"Yaa maaf, waktu itu ibu pengen ngamatin kamu dari jauh aja. Lupakan itu ya, yang penting sekarang kita udah sama sama lagi. Maafin ibu sama ayah yaa, ibu janji gak akan ulangin lagi dan sebisa mungkin akan jagain kamu gimanapun caranya" tawanya lebar sambil mengecup dahiku.

Ada satu pertanyaan yang mengganjal hatiku, "Terus ayah sekarang dimana bu?"

"Ibu ngga tau, semenjak dia ninggalin ibu. Ibu ngga pernah ketemu dia lagi," jawabnya lesu, aku tau itu akan menyakitkan.

Aku mencoba mencairkan suasana, membuatnya melupakan segala hal yang lalu. "Oh iya aku belum muji ibu, ibu jago akting ya ternyata. Sampe sampe bisa sok sedih gitu waktu aku tanyain segala hal dulu."

Dia tertawa kecut, "Haha itu susah loh, nanti bayar ya pokoknya hehehe" dan kubalas dengan tawa juga.



---



Iya hidup ini penuh dengan drama, dan akan segera berakhir dengan kita kembali satu persatu.



---







Kalau aku terusin cerita ini sampai Rana nikah gimana? Atau sampai Rana nemuin cinta lagi? Atau sampai Rana jomblo terus bahagia sama kehidupannya sendiri?.
Saran ya saran, saran aja dan pencerahan.

Ini makin lama makin ngga ada yang tertarik ya? Hahaha kutau itu.

Maaf-maaf-maaf.

Baca juga:

Life or love?

Search aja diprofilku, terimakasih!.

Continuar a ler

Também vai Gostar

243K 9.6K 69
Sequel 'Kevino dan adira' #1 dalam kategori 'vira' [22 Juli 2019] #03 dalam kategori 'rafael'[27 Juni 2019] #04 dalam kategori 'feeling' [22 Juli 201...
1.5K 155 64
Seorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kena...
37.6K 854 13
Rasa dari nyaman sungguh membuatku lupa atas status kita berdua
2.3M 82.1K 44
Jangan jadi pembaca gelap! Seorang santriwati yang terkenal nakal dan bar-barnya ternyata di jodohkan dengan seorang Gus yang suka menghukumya. Gus g...