Secret Rana [Completed]

De rgnaerynti

264K 9.5K 218

(MAAF CERITA BELUM DI REVISI, CERITA INI SANGAT-SANGAT RANDOM. MASIH MAU BACA? SILAHKAN..) #383 dalam teenfi... Mai multe

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
Part 11
Author
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Just thank you and information
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
[ENDING]
BIGGG THANKKYOU!

Part 36

3.1K 141 13
De rgnaerynti

Mungkin aku akan jadi yang terbelakang diantara wanitamu. Tapi percayalah, aku orang yang terdepan, yang selalu menunggumu-
Kirana--


Orang bilang, pagi pagi itu harus senyum dan juga menebarnya pada orang lain. Katanya sih kalau tak melakukan itu rejekinya akan dipatok ayam. Okee smile ran, aku pasti bisa melewati semuanya. Drama drama ini pasti akan segera berakhir, berakhir dan berakhir.

Aku masuk kelas dengan biasanya, murid murid yang nampak asik ngobrol dikelas, dan mungkin aku tak dianggap teman mereka, atas kejadian kak Farhan. Kulihat juga kak Farhan sudah sembuh dan mulai masuk sekolah, dan gawatnya aku sudah dibully satu sekolah. Mengapa sedikitpun hati mereka tak begerak untuk membelaku? Mengapa?.

"Heh lo, duduk dibelakang sana," ucap salah satu temanku, kubalas dengan senyuman dan anggukan.

Bodoh? Tidak. Aku tidak bodoh, hanya saja aku ingin mengalah. Mungkin dengan cara aku mengalah aku akan membuat mereka bahagia. Tenanglah, aku kuat dengan ini semua.

"Eh pembunuh, lo dicariin sama kakak lo tuh. Berani banget sih lo nampangin muka lo didepan kak Farhan?. Kalo gue jadi lo ya, gue bakal malu banget," ucap salah satu temanku lagi, dan aku juga segera menyusul kakakku.

Menemuinya adalah salah satu hal yang kubanggakan, tapi dulu. Sedangkan sekarang? Aku hanya menundukan mukaku didepannya. Memang aku bukan pembunuh, tapi apakah aku harus bertopeng sebagai pembunuh?.

Tidak, ini sangatlah buruk.

"Ikut gue," ujarnya singkat dan menggeretku pergi ke Taman belakang sekolah.

"Gue udah tau semuanya," sambungnya lagi, dan aku masih terus diam.

"Kenapa lo lakuin ini semua demi gue? Kenapa lo ga bilang aja kalo lo ngga ngelakuin ini?" ujarnya lagi dan aku masih terus saja diam.

"Jawab gue kalau lo emang adek gue" sambungnya lagi.

"Dan lo kenapa pergi dari rumah?" dia masih saja terus berbicara.

Harusnya lo tau kak, kalau mama dan papa udah ngusir gue. Mereka ga percaya sama gue, dan lo ga ada niatan buat jelasin ke mereka? Kalau gue bukan yang ngebunuh lo. Batinku, yaa hanya batinku yang bisa berbicara.

"Kita ga harus bicarain disini semua kak," jawabku singkat sambil menghembuskan nafas berat.

"Oke nanti kita ketemuan di cafe biasanya. Dan sekarang lo tinggal dimana? Kasih tau gue," ucapnya dengan nada tegas.

"Gue udah bilang kan? Kalau gue ga harus bicarain semua disini," ujarku.

"Tapi apa salahnya sih kalau lo bilang, lo tinggal dimana sekarang?" dia terus menanyaiku.

Aku menggelengkan kepala dan pergi darinya. Sungguh hatiku sesak, mulut tak bisa berbicara lagi. Dan saatnya air mata yang berbicara.

"Hai," dan kenapa dia lagi?. Dia datang lagi.

"Kenapa?" aku menjawab dengan singkat.

"Gue mau ngomong sama lo," yaa dia kak Rei.

Aku hanya menundukan kepala dan mengikutinya. Berharap siapa saja yang datang dan menyelamatkanku, mungkin yaa aku hari ini terlalu cupu.

"Duduk" sambungnya lagi singkat, ya diperpustakaan sekolah.

"Lo mau ngomong apa?, urusan kita udah selesai. Lo gausah deketin gue lagi," kataku ketus.

"Gue tau kalau lo masih sayang sama gue. Tatap gue sekarang," dia memaksaku dan aku juga tak bisa mengelaknya.

1 detik, 2 detik dan 3 detik. Lalu 5 menit, aku menatap matanya dan dia juga menatap mataku.

"Gue tau kalau yang ada didalam hati lo itu perasaan Cinta." senyumnya manis.

"Tau apa lo?" aku segera mengalihkan pandanganku.

"Maafin gue selama ini ran, dan Kasih gue kesempatan kedua buat memperbaiki semuanya." ujarnya berkata seperti itu.

"Lo itu ga punya hati ya!!. Lo itu udah mempermainin gue dan Lisa! Dan lo juga mau memperbaiki semuanya ke gue?. Udah akhirin drama ini kak" ujarku singkat.

"Gue mohon, mungkin ini terakhir kali gue deket sama lo." dia masih saja tidak memperdulikan perasaanku.

"Tapi gue gak bisa," aku masih saja bertahan pada pendirianku.

"Plisss, gue janji kalau gue bakal balikin semuanya" dia sungguh membuatku pusing.

"Dan nanti gue dicap sebagai PHO?. Dan kalau lo gagal?" ujarku.

"Gue bakal memperbaiki semuanya. Gue janji ran," katanya.

"Okee gue Kasih lo kesempatan kedua. Dan sampai lo gagal, gue bakal pergi selamanya dari lo," ujarku menerima.

Dan tiba tiba badanku dipeluk kedekapannya, rasanya sungguh tidak ingin kulepaskan. Dan kau hadir lagi, merubah segalanya menjadi lebih indah. Kumohon jangan memberi harapan lalu meninggalkannya.

"Percaya sama gue, kalau gue masih sayang sama lo. Dan gue akan memperbaiki semuanya." dia berkata itu sambil memelukku.

"Gue mohon, jangan ngasih harapan gue, dan lalu lo tinggalin gue gitu aja." jawabku sambil kembali memeluknya.

Dia masih saja memelukku dengan erat, semakin erat semakin nyaman. Janganlah ini berakhir.

"Gue pergi," lagi lagi aku melepaskan pelukan itu.

Apa kau tau? Aku sudah menunggu semuanya. Dan berharap kamu kembali dengan kesempatan kedua lalu memperbaiki semuanya, ternyata mimpi itu benar. Aku akan memberi kesempatan padamu, kesempatan yang datang untuk orang orang yang beruntung. Aku sudah pasrah, kalau saja kau jodohku aku akan tetap menunggu. Dan jika saja kau bukan jodohku, aku tidak akan menyesal menunggumu selama ini.

Aku kembali ke kelas dengan keadaan penuh haru, aku harus menyembunyikan semuanya dari mereka. Bertemu dengan kak jovan dan tia yang sedang berduaan didepan kelas. Lagi lagi ini membuatku lebih sesak, lebih sesak yang kesekian kalinya. Tak ku izinkan air mata ini jatuh, aku sudah kehilangan keluargaku, kedua sahabatku, dan juga orang yang kucintai. 2 orang kukagumi, karena mereka pernah bersinggah dihatiku. Apa ini hanya perasaan baper saja?, aku juga tidak tau.

Melewati mereka berdua itu bagaikan angin yang menghembus debu, langsung hilang begitu saja.

****

Aku sedang menyusun rencana ini semua, sore ini dan hari ini juga. Cafe itu, yaa cafe itu tempat pertemuanku dengan kak Farhan. Dan apakah aku akan menceritakan semuanya? Semua yang kusembunyikan dari kakakku sendiri?.

Dia datang dengan kaos abu abu dengan lengan panjang, dan juga celana jeans hitam itu. Gayanya lebih tampan daripada siapapun, yaiyalah orang dia kakakku.

"Udah lama lo nunggu?" tanyanya yang langsung duduk didepanku.

"Gak kok, baru aja gue dateng juga." jawabku serius.

"Lo ceritain semua gih," dia sudah memasang wajah serius juga.

"Jadi gue diusir dari rumah-" perkataanku terpotong karena dia segera memotongnya.

"Haaa? Kenapa? Katanya mama lo, nginep dirumah temen?. Ini maksudnya apaan sih?" ucapnya dengan cemas.

"Isshhh makanya gue kalau ngomong jangan dipotong dulu!. Jadi kan gue ga bisa jelasin semuanya" aku memasang wajah kesal dan cemberut.

Dia menangguk, "iyaa iyaa"

"Jadii mama sama papa ga percaya sama gue, mereka taunya kalau gue yang bunuh lo," rasa sedih itu datang lagi.

"Haa? Kok bisa gitu?. Dan kenapa lo ga jelasin ke mereka kalau lo bukan pembunuhnya" tampangnya panik khawatir.

"Jelasin gimana coba! Setiap gue ketemu mereka pasti mereka usir gue. Gue minta tolong sama lo lak, biar mereka percaya kalau gue yang bunuh lo," sungguh bodoh ran.

"Gak gak bisa, gimanapun caranya, lo itu ga nyakitin gue sedikit pun. Kenapa mama sama papa setega ini!!!" marahnya pada diri sendiri.

"Udahlahh. Kalo emang itu yang bikin mereka bahagia, yaudah biarin aja. Walaupun gue yang harus sakit," air mata ini jatuh setetes demi tetes.

"Gue ga mau lo disakitin siapapun. Mulai besok gue juga jelasin ke anak anak semuanya kalo lo ga pernah nyakitin gue, dan masalah mama dan papa biar gue urus." dia tetap tidak tinggal diam.

"Dan tia juga ngejauhin lo?" sambungnya lagi. Dan kubalas dengan anggukan pelan.

"Bangsat! Kenapa semua giniin lo!" dia menggebrak meja dengan keras, membuat semua pengunjung kaget.

"Udah kak udah. Lo ga perlu selebay gini dong. Gue tuh ga papa," jawabku, padahal hatiku rapuh.

"Dan Rei? Jovan? Apa mereka juga sebangsat itu?" tanyanya sekali lagi. Dan kubalas dengan anggukan pelan lagi.

"Bangsat! Arghhhhhhh... Kenapa lo diem aja!" aku sudah menangis karena gertakannya.

"Ya karena gue ga mau nambah nambah masalah!!!!! Kapan lo ngertiin gue sih!" jawabku dengan berteriak, tak peduli mereka yang menatapku dengan aneh.

"Mulai besok gue ga akan biarin lo kenapa kenapa. Dan satu hal lagi yang mau gue tanyain, lo itu sebenernya kenapa sih kok sering mimisan?" pertanyaan ini sungguh membuatku ingin kabur saja.

"Oh itu, cuman panas dalam aja. Udah ah gue mau pulang" jawabku dengan nada cemas.

"Ehh tunggu. Jujur sama gue! Jujur! Kenapa lo nyembunyiin ini sendirian sih!. Jujur sama guee, cepetan!" gertaknya lagi, dan mau tak mau aku harus menjawabnya.

"Gue sakit," jawabku dengan menunduk dan suara lemah.

"Sakit? Sakit apa?. Kenapa lo gini sih sekarang dek?, gue berasa jadi kakak bodoh tau gak!" dia menyalahkan dirinya sendiri.

"Gue sakit leukimia," jawabku pasrah.

"Haaaaaa?? Apaaa!!!. Kenapa lo bodoh banget ga bilang sama mama, papa dan gue!. Kenapa!!!" dia tambah menggertakku, dan aku masih saja menunduk. Air mata yang hanya bisa mendeskripsikan semuanya.

"Kenapa lo ga bilang sama gue?" sambungnya lagi sambil menangis dan memelukku.

"Gue ga mau lo khawatir sama gue. Gue sayang lo dan semuanya. Gue ga mau mbebanin kalian," jawabku sambil menangis dan memeluknya. Sungguh hatiku lebih hancur mendengar kakakku menangis daripada mendengar kalau aku mengidap penyakit leukimia.

Hidung ini juga mulai mengeluarkan darah segar, terus terus dan menerus.

"Lo harus kerumah sakit sekarang, ayoo" dia panik tak karuan.

"Gak kak gausah, biar gue pulang aja. Lagian obatnya ada dirumah bu nay," jawabku menenangkannya.

"Jadi lo tinggal dirumah bu nayla?" tanyanya sambil mengusap darah mimisan ini padaku.

"Ii..yaa, biarin gue tinggal disana dulu ya kak, mungkin sampai mama papa percaya sama gue"

"Gimana mau percaya sama lo, kalau lo ga mau bilang sama mereka. Pokoknya nanti gue yang urus sampai rumah, ayo gue anter ke rumah bu nay," ucapnya mengerti keadaanku sekarang.

Dan aku pun hanya mengangguk setuju.

****

Sudah kuberikan kau kesempatan kedua, dimana kau bisa memulai dari yang baru.

Hari yang suram menurutku, bagaimana tidak? Kakakku pun sudah mengetahui semuanya. Dan seharusnya aku juga bercerita kepada bu nya, tidak tidak. Mungkin sampai waktu yang tepat aku akan bercerita kepada bu nay. Penyakit ini lagi, kapan aku sembuh? Kapan? Apa tuhan tak memberikan kesempatan kedua untukku?.

Setelah berpikir sejenak, mungkin ini adalah kesempatan kedua bagiku. Aku harus melakukan hal sebaik mungkin, aku harus berusaha membuat orang yang sayang padaku untuk tertawa. Ini kesempatan yang tidak boleh kusia siakan, ini adalah nyawa keduaku sebelum aku tiada nantinya. Aku berharap ketika aku tiada, mereka akan tersenyum bahagia setelah menangis. Karena senyum mereka, aku akan bahagia disurga. Melihat dari atas kebahagiaan mereka, senyuman mereka, hal hal yang mereka lakukan. Mungkin aku juga akan ikut bahagia bersama mereka, walau kita berbeda alam.

Waktu, ya waktu lagi. Kau tahu segitiga? Dia membuat garis dengan tiga sudut, dimana disitu ada aku, kamu dan juga jarak. Waktu dan jarak tentu berbeda, aku tau waktu akan terus berputar, dan juga jarak yang memisahkan kita. Pada suatu saat nanti aku dan kamu dipisahkan oleh waktu dan jarak. Tak bisa dipungkiri bahwa aku dan kamu tidak lagi menjadi kita, tetapi menjadi seorang kenangan yang tak lebih dari rasa cinta sesama. Hidup ini sangat begitu berarti jika kau bersyukur dan ikhlas menjalankannya. Jika kamu merasa berat melakukan sesuatu, berarti kamu belum ikhlas melakukannya. Dari situlah aku belajar arti hidup sesama, dimana saling ada perbedaan juga. Dari perbedaan itu kita akan menjadi seseorang yang lebih baik dan pandai. Matahari pun tak pernah memadamkan sinarnya walaupun dihina, karena ia tau kalau ia masih dibutuhkan. Semoga saja kau sebaik matahari, bintang dan rembulan-

Continuă lectura

O să-ți placă și

[3] IF I CAN [Completed] De .

Ficțiune generală

23.3K 801 39
Highest Ranking : #94 in generalfiction [26/04/2020] "Karena rasa tidak semudah itu hilang." Mulai : 05 Mei 2018 Tamat : 12 Februari 2020 Copyright©...
The Real Happiness De echa.keisha

Ficțiune adolescenți

164K 5.9K 50
Keira adalah perempuan tegar yang luar biasa. Dengan senyumnya ia menutupi semua penderitaannya. Terasa asing di tengah keluarganya bukan lah hal yan...
1.5K 155 64
Seorang gadis cantik, baik, pintar, yang bernama Senja. Dia adalah sosok gadis yang agak tertutup. Tidak terlalu dekat dengan orang baru yang ia kena...
5.3K 184 16
{COMPLETE} Taehyung mungkin seperti pelangi disaat badai sudah menyerang Sangkyung. Dia datang dan menemani nya lalu pada akhirnya pergi, tapi setida...