Secret Rana [Completed]

By rgnaerynti

264K 9.5K 218

(MAAF CERITA BELUM DI REVISI, CERITA INI SANGAT-SANGAT RANDOM. MASIH MAU BACA? SILAHKAN..) #383 dalam teenfi... More

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
Part 11
Author
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Just thank you and information
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52
Part 53
Part 54
Part 55
Part 56
Part 57
Part 58
Part 59
Part 60
[ENDING]
BIGGG THANKKYOU!

Part 27

3K 123 0
By rgnaerynti

Kenangan memang manis, tetapi mengingatnya adalah salah satu hal yang miris-
Kirana--

Hari yang bodoh pikirku, namun semua tak menyuruti keinginanku untuk mengetahui semuanya. Butuh pemikiran lama untuk melakukan pengamatan apa yang terjadi pada diriku, ya pada diriku yang bodoh ini. Hari ini aku akan mengetahui semuanya, aku berada di kota dimana aku menghadapi semuanya. Hari yang berat bagiku, tetapi niat sudah menjerumuskanku ke otak yang pilu.

"Loh ma, bibi mana?" tanyaku saat tidak mendapati bibi diruang makan. Hari ini mungkin hari yang free bagiku, mengingat hari ini libur.

"Oh itu, balik ke Semarang. Katanya sih bibi kangen," jawab mamaku pelan sembari menyiapkan sarapan pagi.

"Loh? Kok rana gak tau sih ma?. Padahal kan rana kepengen ikut buat ketemu lisa, rana kangen banget deh ma. Suer," ucapku lesu.

Mamaku mendesah dan tertawa "heh? Lisa kan udah ada di Jakarta. So? Kamu ga pernah ketemu disini? Apa kamu ga tau?"

Aku pura pura bingung dan terus menanyai mamaku tentunya "lahh? Emang iya ma? Sejak kapan? Kokk mama ga bilang sama rana?"

"Masyaallah, mama kira kamu udah tau. Kan biasanya kamu selalu video call tuh sama lisa, jadinya mama ga ngasih tau kamu," nahhh berarti mama suka nguping nih kalau aku lagi video call sama lisa.

Sayangnya itu dulu ma. Batinku sesak...

"Yaudah gih malah ngelamun." gertak mamaku "kak, paaa ayo sarapan" sambungnya lagi.

Aku memutuskan untuk berjalan jalan setelah ini, mungkin ke mall atau ke cafe? Untuk memperistirahatkan sejenak otakku yang sudah kelebihan memory ini. Sendiri mungkin lebih baik, daripada bersama tia, kenzo, dimas, dan ihsan. Tentu nya mereka akan mempersulit suasana saja.

Kusudahi acara ritual mandiku yang sangat lama ini, mimisan dan kepala pusing sudah sejenak tidak muncul, tetapi terkadang masih saja terjadi sehingga membuatku geram sendiri. Memakai sweater berwarna merah muda pucat, celana jeans panjang lalu rambut yang ku ikat seperti buntut kuda. Sepatu santai biasa yang kukenakan dengan tas ransel kecil untuk santai juga. Make up tentu hanya kuoleskan bedak tipis. Tanpa lipstick benda yang menjijikkan itu.

"Maaaa, rana ijin pergi ya," menemui mamaku yang hari ini santai sambil membaca majalah.

"Kemana? Sama siapa?" pertanyaan ini membuatku ingin bunuh diri saja.

"Mamaaaa, rana bukan anak kecil. Lagian cuman pergi ke cafe saja atau ke mall. Otak rana sudah cukup penuh akan memory nih ma," dengan tampang sok cute.

"Yaudah, naik apa? Mama nanti juga mau ke butik. Tapi nanti, apa mau bareng mama aja?" jawabnya.

"Yeeeilee mamaaaaaaa. Rana kan perginya sekarang, ahh mama godain adek mulu," cemberutku.

"HAHAHA, Yaudah sih dek. Iya iya yaudah sana, pulang jangan kesorean," setelah mendapat izin, aku langsung berhambur keluar rumah yang seperti sel tahanan itu. Oiya sejak tadi aku memang belum bertegur sapa dengan kak Farhan, atau mungkin dia masih kesal?.

Tempat yang kutuju adalah cafe favoritku, sangat nyaman. Tembok dindingnya selalu bernuansa paris, ya aku pengagum berat menara eiffel itu. Suasananya pun juga tak kalah nyaman, bahkan sangat nyaman. Dengan ruangan yang terletak renggang, lampu lampu kuno, yang kuinginkan adalah langsung berhadapan dengan keramaian kota Jakarta, dimana orang orang pagi ini sibuk berjalan kesana kemari atau menggunakan kendaraan untuk pergi ke pasar.

Kududuk menikmati suasana pagi Jakarta, menyapa semua petugas kebersihan dengan sebuah tatapan senang. Pesananku juga sudah datang, aku hanya mampir untuk minum saja. Aku juga tak tau setelah ini aku akan pergi kemana lagi. Awal awal awal, yashhh awal. Startt---

"Tumben mba kok masih sepi begini?" sapaku saat melihat pelayan muda membersihkan meja

"Haha iya lah mbak. Orang masih pagi gini, tumben mbak kesini pagi pagi? Biasanya sorean," cafe ini sering kukunjungi saat sore, ya biasanya bersama kak Farhan.

"Iyaa lagi bosen aja dirumah, oya mba. Coffe latte panas satu yaa," aku duduk di meja kanan lumayan pojok depan, sengaja untuk melihat kegiatan manusia manusia pada pagi hari, kubuka iPhone ku lalu kutaruh dimeja, satu lagi yaitu buku. Aku tidak akan pernah lupa membawa buku.

Alur buku ini semacam menceritakan tentang indahnya hidup, arti mensyukuri hidup, arti mengahargai sesama, arti mencintai lawan jenis, mengartikan sebuah Cinta atau sekedar Rasa. Kusimak kata kata yang dituliskan dalam buku ini, berhalaman 500 tak menyuruti niatku untuk berhenti membaca. Minuman yang kupesan juga sudah datang, bahkan hampir habis. Sepasang kekasih mulai masuk ruangan cafe, mungkin hanya sekedar menikmati pagi juga?, entahlah ini hanya rencana-Nya.

Aku segera menyudahi aktifitasku di cafe, segera kekasir untuk membayar secangkir coffe latte panas saja. Membuka pintu, lalu memandang keluar Jakarta. Jam masih menunjukan pukul 09.00, aku harus pergi kemana lagi?. Sungguh aku butuh pelampiasan saat ini.

Akhirnya aku memutuskan pergi ke toko buku, satu hal yang kusukai dari sekian toko buku di Jakarta. Aku hanya suka berkunjung ke satu toko buku, yaitu toko buku Chandra. Mungkin ini semacam perpustakaan tetapi semua buku disini untuk dijual atau boleh bibaca saja. Suasana yang kuno, berbau jaman dahulu, tiba tiba saja aku menyukai berbau jaman dahulu.

Tak jauh dari tempat caffe aku hanya berjalan saja, sekalian olahraga pagi. Itung itung nurunin berat badan walaupun 1 ons saja, hahaha.

"Loh neng, tumben kesini?" bapak bapak sudah tua, ya aku memang sering kesini bersama tia.

"Hehe iya pak, lagi ga ada kerjaan aja dirumah. Ya jadi kesini deh, rana kedalem dulu ya pak," permisiku untuk mencari buku terbaru, dan dibalas oleh pak tarjo dengan anggukan dan senyuman.

Berada di toko buku adalah hal yang istimewa bagiku, aku bahkan bisa berlama lama disini hanya untuk memilih buku atau membacanya. Melewati rak rak buku yang tinggi bersih, bau kayu jati juga masih tercium. Hanya ada beberapa orang yang berada didalam toko buku ini. Mungkin mereka sama sepertiku, yang otaknya bumpet.

"Lo disini juga ternyata?" sapa seseorang.

Aku tersentak kaget, "astagfirullah. Ngagetin aja sih lo kak? Untuk ga gue timpuk pake buku nah loh," siapa dia kalau bukan kak Jovan? Pria itu lagi.

"Maaf oke maaf. Cari buku apa? Tumben kesini?" pertanyaannya tidak berbobot, sungguh.

"Emang lo pernah tau gue kesini? Sosoan banget deh bilang tumben," mungkin kali ini aku harus memasang wajah tak enak dilihat.

Aku segera duduk dikursi jati yang disiapkan pak tarjo untuk membaca, didekat jendela lebih tepatnya aku memilih. Aku tak menghiraukan kak Jovan.

"Tunggu kenapa sih ran," dia membuka suara dan membuntutiku dari belakang lalu duduk didepanku.

"Lahh kok lo disini?"

"Biarin, ini kan untuk umum. Suka suka gue lah," okee gue kalah.

Kami sama sama diam dan mencermati setiap lembar isi buku, menghayati hingga proses menjadi hasil. Apakah alur hidupku akan seperti novel yang barusan kubaca? Aku harap begitu. Kudapati kak Jovan membaca dengan tenang, jujur saja wajahnya sangat tampan. Putih dan berahang kokoh. Menjadikannya lebih gentlemen.

"Gue tau lo liatin gue. Bilang aja kalo lo terpesona sama gue," dih percaya diri sekali dia?.

"Hahh? Ngarang aja sih lo kak," aku mengalihkan pandanganku ke buku.

"Buku lo udah habis sampai halaman terakhir. Lo mau baca sampai covernya?" ujarnya sambil menutup buku yang dibacanya.

Aku tersipu malu "hehe, ya habis gue boring banget mau ngapain," alasan cukup masuk akal, okelah.

"Habis ini lo mau kemana?" sambungnya lagi.

"Entahhh, gue sendiri juga bingung mau kemana. Lo sendiri?"

"Yaudah gue anter pulang aja lo. Lagian pasti lo gaboleh pulang kesorean" dia sudah mulai dingin, ya ampun.

"Ga gausah gue bisa pulang sendiri kok," aku mengelak, ya sehabis dari toko buku aku langsung ke rumah sakit, mumpung masih pukul 10.00.

"Gausah bawel deh ah. Gue anter aja," dia sungguh memaksa.

Aku tetap bersikokoh untuk pulang sendiri, "udah deh kak gausah, lagian gue juga mau kerumah tia" aku berdiri keluar dari toko buku. Kulihat pak tarjo melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Yaudah kalo gitu. Gue pulang dulu yaa, hati hati lo dijalan" dia sudah pergi menaiki motor ninjanya tersebut.

Selamatt, ucapku pada diri sendiri.

Aku menyetop taksi, lalu segera menuju rumah sakit dimana tempatku check-up. Menempuh waktu kurang dari sejam, aku sampai. Keadaan rumah sakit jauh lebih ramai dari biasanya, mungkin karena keluarga menjenguk keluarga yang lain yang sedang sakit, dan memilih hari libur.

"Hai rana, bagaimana kabarmu? Sudah membaik?" sapa dokter padaku, aku juga sudah akrab karena aku sering check-up dirumah sakit ini.

"Ya alhamdulillah dok, seperti biasa. Masih sering mimisan dan pusing hebat" jawabku dengan jujur, ya memang penyakit itu tidak bisa berhenti sejenak.

"Kamu harus kemoterapi, agar cepat membaik," sudah saatnya.

"Saya tunggu beberapa hari kedepan ya dok," ujarku ragu ragu.

"Sudahlah rana. Apa kau belum memberitahu keluargamu? Ini penyakit serius,"

"Aku mohon dok, jangan beritahu mama dan papa. Hal ini cuman aku dan dokter saja yang tau, jika ada yang menanyai tentang aku di rumah sakit ini? Dokter jangan pernah memberitahu ya?" pintaku sambil memohon.

"Iyaa, demi kenyamanan pasien. Tapi saya harus cepat melakukan kemoterapi, agar kamu cepat membaik" kata dokter sambil tersenyum.

"Tohh kalau saya harus kemoterapi buang buang duit dok. Ujung ujungnya saya mati, percuma dok" entah mengapa tiba tiba mulutku berkata seperti ini.

"Kamu harus berusaha rana. Banyak orang yang ingin sembuh dari penyakit kanker, kamu harus semangat" ucapnya, "yasudah ini obatnya ya, jangan lupa diminum secara teratur," sambungnya lagi.

"Yaudah dokter saya permisi dulu." aku pamit keluar ruangan.

Hmmm... Aku tak tau apa yang terjadi padaku saat ini, kanker ini sudah bersarang ditubuhku. Entah apa yang harus kulakukan, biaya sendiri pun tak mungkin. Hal satu satunya aku harus bekerja demi mendapatkan uang, aku tak mau terus bergantung pada mama dan papa. Apalagi soal penyakit sial ini--

Hallo everybody...
Jangan lupa vote & comment 💚
Salam
●Icha●

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 72.8K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPEE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...
926 175 57
Menang itu, bukan tentang siapa yang mendapatkan medali maupun piala. Bukan pula orang-orang yang menyimpan puluhan piagam di rumahnya. Tapi, menang...
243K 9.6K 69
Sequel 'Kevino dan adira' #1 dalam kategori 'vira' [22 Juli 2019] #03 dalam kategori 'rafael'[27 Juni 2019] #04 dalam kategori 'feeling' [22 Juli 201...
2.3M 124K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...