How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
03. I'm Here to Pick You Up
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
07. Badass Bitch from Hell
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
31. Big News
32. Puffy Eyes
33. Dresses
34. Not So Prom Queen - Part 1
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

34. Not So Prom Queen - Part 2

6.9K 487 257
By livelifeloveluke

G W E N

"Kesini jika kau juga ingin nonton, George."

"Jadi suaraku mirip suara George?"

Fuck you alcohol. Aku langsung bangkit dari posisi tidur dan menoleh ke arah dapur.

"Harry?!" Jeritku tak percaya. Aku berlari ke arahnya sambil mengangkat dress yang kupakai. Harry tersenyum lebar dan membentangkan kedua tangannya. Aku melompat untuk memeluknya erat. Tanganku kuikat di sekitar leher dan kepalanya sembari meremas rambut keritingnya yang sangat lembut. Kakiku kulingkarkan di sekitar pinggangya dan ia memeluk tubuhku erat. God, I miss him so bad.

"Bukankah seharusnya kau ada di Seat--"

"Aku seharusnya ada bersamamu."

Senyumanku tidak bisa mengembang lebih lebar ketika aku mendengarnya. Kutempelkan bibirku di bibirnya sekilas dan aku bisa merasakan ia tersenyum.

"I miss you so much," bisikku di telinganya. Aku terdengar pasrah dan seperti pecundang.

"I miss you, too," balasnya dan menarik wajahnya dari wajahku. Jariku memperhatikan kesempurnaan yang terbentuk disetiap inci wajahnya; masih tak percaya dengan semua ini; Harry Styles disini, dengan setelan hitam, mengangkat tubuhku, wajahnya tepat di depanku.

"Alright," Harry meletakkan bokongku di counter dapur setelah kami membeku selama beberapa saat. "Mari rayakan kemenanganmu sebagai prom queen. Tunggu--dimana mahkotamu?"

"I was prom queen. I am not now."

"What?" Tanya Harry dengan ekspresi bingung. Lagipula mengapa ia begitu yakin bahwa aku adalah prom queen?

"That crown doesn't belong to someone like me--"

"So you don't like metal crown?"

"Tidak, bukan karena itu--"

"Wait here," perintahnya sementara ia berjalan menjauh. Aku melihatnya mengambil bunga plastik dari vas di tengah meja makan sebelum ia kembali menoleh ke arahku. "Tetaplah memandang ke depan."

Aku tak bisa menolong selain tertawa. Ia terdengar seperti anak 5 tahun yang sedang bermain petak umpet. Aku memutuskan untuk mengikuti perintahnya. Lima menit berlalu dengan suara hentalan kakinya yang mondar mandir mengambil banyak sekali kebutuhan dan aku hanya mengayun-ayunkan kedua kakiku dari counter dapur. Sesekali aku mengintip, tetapi pekerjaan Harry ditutupi oleh tubuhnya. Well, sebagai perempuan aku sudah memerah karena berpikir ia sedang merangkai buket bunga untukku.

"Okay, are you ready?" Tanya Harry setelah ia kembali ke depanku, kedua tangannya tersembunyi di belakang.

"I am."

"I, Harry Edward Styles, crown you, Gwen Kruger, as Harry Styles' princess." Harry menunjukkan mahkota bunga yang ia rangkai selama lebih dari lima menit tadi dan memakaikannya di atas kepalaku.

So his middle name is Edward. Okay.

Aku tidak melihat banyak, yang aku tau adalah bunganya bewarna putih. Aku tertawa melihat perilaku Harry malam ini sementara ia tersenyum bangga akan hasil kreatfitasnya dalam lima menit itu.

"Thank you...Mr. Styles," candaku lalu menjabat tangannya.

"You look great. Want some wine?" Tanyanya tapi sebelum aku menjawab, ia sudah mengambil gelas dan menuangkan Chateâu Lagrange ke dalam dua gelas. Ia memberiku satu dan aku mengambilnya. "For the princess," ia mengajakku bersulang.

Kudentingkan gelasku dengan gelasnya lalu meminum anggur yang terisi sepertiga gelas itu. Harry menyandarkan bokongnya pada counter dapur di seberangku selagi ia minum. Dia menyelesaikannya lebih cepat daripadaku. Setelah aku selesai, ia menelitiku dari atas sampai bawah.

"Aku ingin melepaskanmu dari gaun itu tetapi kau terlihat begitu cantik dengannya."

"Apa kau mencoba menggodaku, tuan?"

"Aku mabuk," ia menyeringai.

"Kau baru minum satu gelas."

"I'm not drunk because of the wine. I'm drunk because of you," ucapnya dan ia bersandar lebih dekat ke arahku.

Ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perutku saat tangannya bergerak untuk meraih pinggangku. Bagaimana bisa tadi ia merangkai mahkota bunga dan sekarang ia menjadi laki-laki yang begitu menggoda.

Bibirnya menyentuh dan menjilat bibirku sebelum melumatnya. Aku meletakkan gelas anggur yang kupegang untuk menangkup rahangnya dan membuka mulutku agar Harry mendapatkan akses yang lebih di dalam. Aku mencoba untuk menyesuaikan gerakan bibirya yang semakin lama semakin cepat dan semakin lapar. Lidahnya bergerak ke semua bagian mulutku dan aku bisa merasakan jantungku yang berdetak kencang. Tanganku berpindah ke rambutnya dan menjambaknya pelan.

Harry menarik dirinya dariku saat kami berdua kehabisan napas. Aku menata rambut keritingnya yang berantakkan saat tiba-tiba tubuhku terpisah dari counter. Harry mengangkat pingangku kedua tangannya. Kakiku kulingkarkan untuk mengeratkan tubuhku padanya. Aku menunduk agar bisa melihat wajahnya yang juga sedang mendongak ke arahku.

"You kissed someone," katanya selagi menggendongku menaikki tangga. Aku bertaruh bahwa dia dapat merasakan parfum Ryan di daguku. Fuck it. Let me get this right. Dia menggendongku, memandang wajahku dan menaikki tangga. Dia harus mencoba mendaftar untuk sirkus. Kudengar ia juga bisa juggle.

"Nope. Someone kissed me," aku mengorekisnya. "My prom date did."

"Well," Harry memutar knop pintu kamarku dan temperaturnya yang lebih dingin langsung menyerbu kulitku. "You should've got something better than that."

Harry menurunkan tubuhku dengan pelan di ranjang. Aku duduk di pinggir dan ia berlutut di hadapanku. Dia mencium bibirku lagi, kali ini dengan penuh kelembutan dan begitu misterius. Tangannya menyisir rambut pirangku sampai ia menemukan resleting gaun biru tua di balik punggungku dan menariknya kebawah. Aku masih mengingat rayuannya.

"Aku pikir kau tidak mau melepaskannya."

"Aku ingat aku bisa menggantungnya dan kau bisa memakainya lagi," katanya sembari memegang kedua pergelangan tanganku dan membantuku berdiri. Harus aku akui ia begitu cerdas. Dengan aku berdiri, dress biru tak berlengan itu meluncur dengan sempurna dan menyisakanku dengan celana dalam.

"You pervert!" Aku mengerang dan Harry menyeringai.

Aku segera mencium bibirnya agar ia tidak fokus dengan apa yang kulakukan. Kubuka jas hitam yang ia pakai dari kedua tangannya lalu melepas setiap kancing dari kemeja putih yang ia pakai. Dengan itu, ia bertelanjang dada. Aku meraih tali pinggang Calvin Klein dan menariknya lalu berusaha untuk menurunkan celana yang memeluk kakinya erat.

Sebelum aku bisa melepasnya, Harry mendorongku ke ranjang dan aku mengeluh frustasi. Kulepaskan mahkota bunga dari atas kepalaku dan meletakkannya di meja samping tempat tidur. Ketika aku menoleh kembali, Harry sudah sempurna tanpa pakaian. Dammit why is he so sexy?

Ia memanjat ke atasku. Kepalanya menunduk lebih dekat dan hidung kami bersentuhan. Ciuman yang diberikan Harry-Styles-bertelanjang dada jauh lebih menggairahkan. Setelah lidah kami bertautan cukup lama, bibirnya menemukan jalan ke leherku, membasahinya dan menghisapnya pada beberapa bagian dengan kencang, membuatku mendesah dan membusurkan punggungku.

Telapak tangannya mencengkram payudaraku, dan memerasnya kencang. Bibirnya meninggalkan banyak bekas kecupan sampai turun ke payudaraku yang lain. Ia menggodaku dengan dengan jilatan memutari areola. Putingku tambah mengeras ketika ia menggigitnya. Aktifitas mulut dan tangannya bertukar. Bekas kecupan itu tidak hanya ada di leherku sekarang, tapi juga buah dadaku.

Harry adalah orang pertama yang kutiduri murni karena rasa sayang. Apa aku juga begitu baginya? Dirinya membuatku merasa diinginkan dan dicintai. Setiap kali ia menyentuhku, aliran listrik mengalir disekujur tubuhku. Kuharap perasaan ini benar.

Wajah Harry kembali menghadapku untuk melihati wajah terkejutku saat ia memasukkan dua jarinya kedalamku. Aku bahkan tidak tau kapan ia melepaskan celana dalamku. Jarinya memompaku dengan tempo sedang. Desahanku yang keluar tak terhitung jumlahnya. Tubuhku tidak dapat menolak semua ini.

Aku merasa harus melakukan sesuatu untuknya. Aku memegang miliknya yang menegang di dekat perutku. Dengan pasti, aku mencengkramnya dan mulai memainkannya naik dan turun sesuai tempo gerakan jarinya padaku. Harry mulai mengerang. Napas dan desahannya menerpa telinga dan leherku. Aku berharap ia akan mengeluarkan kata-kata kotor, tapi ia tidak.

"Who?" Tanyanya selagi kami mengontrol milik satu sama lain.

"Who?" Ulangku, kebingungan, lebih terdengar seperti desahan.

"Guy who kissed you," katanya lalu ia mengigit putingku. Membuatku tubuhku menggelinjang. Dia mengerjakanku diatas dan dibawah.

Aku kesulitan bicara. Semakin lama aku menjawab, semakin banyak kenikmatan yang ia berikan padaku.

"R--rya--ahh."

"The one that i punched in central park?" Tanyanya lalu menambah satu jari lagi di dalamku. Aku kesulitan menyesuaikan tempo handjobku untuknya. Bagaiman bisa ia berbicara lantang disaat seperti ini?

"Yes," aku bernapas.

"Oh fuck him," desah Harry dan saat itu juga ia menarik jari dan menyentakkan miliknya masuk ke dalamku. Itu adalah pertama kalinya aku mendengar ia menyebut kata f. Ia terdengar begitu seksi dan aku tidak dapat berkonsentrasi saat Harry menjilat keempat jarinya dan  mulai bergerak di dalamku.

Bibirnya kembali menciumku dengan kasar. Aku mencoba untuk melingkarkan tanganku di punggungnya tetapi dia dengan cepat menahan dan kedua pergelanganku dengan tangannya; dengan itu, ia memegang semua kontrol atasku.

"Did he kissed you like this?"

"N--aahh--Harr--ehh."

Ia maju dan mundur semakin cepat dan bertenaga tanpa memperdulikan eranganku ataupun bahasa tubuhku. Tulang rusukku nampak jelas ketika punggungku melengkung akibat semua kenikmatan surgawi ini.

Dia adalah satunya orang yang bisa membuatku merasa lebih baik; secara fisik dan secara mental.

"Harry--i'm--" aku hendak mengatakan bahwa aku sudah dekat tetapi Harry tidak medengarnya. Itu semua sangat seksi dan mengintimidasi. Apa dia sungguh marah karena Ryan?

"Motherfuckeeh," desahku saat aku menemukan pelepasan. Bagaimanapun juga, Harry masih terus memompa aku yang sudah kelelahan. Aku tidak bisa begini.

Dengan cepat, aku memutar tubuhnya sehingga sekarang kami bertukar posisi; aku berada di atasnya, dengan seluruh sisa tenagaku, berusaha untuk mengontrolnya.

Ia meraba kedua payudaraku yang naik turun saat aku bergerak diatasnya. Ia memejamkan mata dan aku tau ia datang tak lama lagi.

"Damn," ia menghembuskan napas berat saat cairan miliknya keluar. "You're the best, baby."

Aku tersenyum karena kepuasannya, dan menjatuhkan diriku diatasnya. Ia memeluk punggungku dan mengelusnya.

Kurasakan tangan Harry bergerak untuk melepas dan membungkus kondom yang entah kapan ia pakai, lalu melemparnya ke tempat sampah di dekat meja belajarku. Magisnya, bungkusan itu masuk ke dalam dari jarak yang agak jauh. Harry menutup mata dan berbaring dengan damai.

Aku berpindah ke sampingnya sambil terus tersenyum melihat laki-laki yang ada di sampingku ini. Ia begitu karismatik dan magnetik. Apa aku berbohong pada diriku yang dulu membencinya?

"Berhentilah menatapku, Gwen." Lesung pipinya nampak. Ia tau aku melihatinya walau ia terpejam.

"Goodnight then," aku mengalah.

Harry tidak menjawab tetapi ia masih tersenyum. Aku tau ia pasti kelelahan dalam perjalanan lima setengah jam dari Seattle, jadi dia mungkin lupa untuk memberiku nilai minggu ini. Bagaimanapun juga, aku masih terjaga dan menatap langit-langit, berpikir tentang sesuatu sebelum Harry mungkin pergi lagi entah kapan tanpa mengetahui unek-unekku.

"Harry?" Aku menoleh ke atas untuk melihat wajah tampannya.

"Hmm?"

"Would you come to my graduation day?" Aku bertanya padanya seolah seorang anak 4 tahun yang meminta permen. Itu membuatku sedih sebab seharusnya, yang menghadiri acara kelulusanku adalah Steven.

"You don't have to ask, princess," ucapnya lalu mencium keningku.

Sure this night was better than me-in-my-sophomore-year thought it would be.

*

*

*

A/N:
Still trying to make the scene better. Maafkan kalau jelek dan gak ada feelsnya ):

Dedicated to:
- Caramellostyles karena dia pengen author memperjelas status gwen dan harry (gwen is harry's princess now lol)
- Sswanz karena dia mau gwen-harry momen di banyakin (ini udah full loh neng)
- Buat semuanya yang comment di chapter 33 dan 34.1 karena itu adalah chapter yang menurutku jelek and you guys still motivate me! Grazie!

Vote • Comment • Share
I love you as always.

Can you guess the title of the next part?

Continue Reading

You'll Also Like

99.2K 4.4K 12
Anak kedua klan Murphy, Queen, memilih menjadi mandiri dan melakukan segalanya seorang diri. Bahkan Queen tidak membagi perasaannya pada siapapun, wa...
81.8K 4.2K 6
Bagaimana kalau seorang Keyra Hananta yang tidak percaya komitmen tiba-tiba ingin mempunyai anak sekalipun dengan donor sperma? Dan bagaimana kalau s...
15.3K 1.3K 12
[TAMAT] Satu kamar dengan cewek?
9.9M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...