How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
03. I'm Here to Pick You Up
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
07. Badass Bitch from Hell
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
31. Big News
32. Puffy Eyes
33. Dresses
34. Not So Prom Queen - Part 2
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

34. Not So Prom Queen - Part 1

4.6K 479 102
By livelifeloveluke

A/N:
Just so you know, gwen-harry nyaris gak ada di chapter 34 (?) Jadi, buat yang kecewa, mari kita berimajinasi yang lain(?):

• Shawn Mendes as Ryan Cowan

• Brooklyn Beckham as Troy Jolson

• Halston Sage as Lynette Westmore

Happy reading! xo

40 votes and 30 comments for double update ya?

~•~

G W E N

Aku menyempurnakan lipstick merah muda yang kupakai di depan kaca. Sekali lagi, kutatap refleksiku di sana. Rambut ikalku menggantung tepat sampai dada dengan sedikit sentuhan kepang dari Mrs. Dolce.

Aku berandai jika yang menemaniku ke prom malam ini adalah Harry, bukan Ryan. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk memilih Ryan sebagai kencanku untuk prom. Waktu itu aku sedang duduk sambil menghirup kopi di Starbucks saat tiba-tiba sepotong cheesecake datang dengan selai stroberi bertuliskan 'prom?' di piringnya. Aku tidak langsung menjawab dan baru mengkonfirmasinya kemarin. Dia membatalkan kencannya dengan perempuan sekolah lain and here he is now.

Aku turun setelah Mrs. Dolce memanggilku beberapa kali, meneriakkan bahwa Ryan sudah datang. Aku menarik napas lalu melangkah turun ke bawah. Heels yang kupakai menghentak lantai, membuat Ryan yang ada di ruang tamu, sadar akan keberadaanku. Ia memakai tux hitam dan kemeja biru dan telihat sangat menakjubkan.

Dia melihatku kagum, aku memerah.

"You--you look stunning."

"Thanks. You, too," jawabku.

"Here," Ryan menunjukan korsase mawar putih yang ia bawa dan memakaikannya di lengan kiriku. Aku mengambil pin mawar putih yang kubeli dan memasangnya di jas yang ia kenakan.

Kami melambai sampai jumpa pada Bonita, George, dan Mrs. Dolce. Ketika aku melangkah keluar, terdapat sebuah limousine hitam yang terparkir tepat di depan pintu rumahku. Woah. Aku tidak ingat kami punya rencana untuk menyewa limo.

Ryan membukakan pintu untukku dan atmosfer yang berbeda datang saat melihat teman-temanku sudah duduk di jok merah melingkar dalam posisi berpasangan. Helen duduk disamping Samuel, Lynette disamping Troy, Jason-Brooke, Cody-Brit, Flynn-Kylie. Oh, dan disana ada Carmen, tetapi ia tidak membawa pasangannya. Teralalu loyal pada Peter, huh?

Aku duduk diantara Troy dan Ryan.

Ketika limo berjalan, semua yang kudengar adalah orang-orang berbicara satu sama lain. Tapi itu semua hanya membuatku berpikir tentang Harry. Memang akan beresiko jika membawa orang asing ke prom Jefferson, tapi akan sangat menyenangkan jika dia bisa melihatku malam ini.

"You okay?" Ryan bertanya, menyelipkan rambut di belakang telingaku.

"Apa ada yang mau muntah?" Celetuk Troy dengan nada pura-pura terkejut. Semua orang memperhatikannya. He's such an ice breaker. "You know what that means!" Ia berteriak, "CHAMPAGNEEEE!"

Troy menunangkan botol champagne ke tiap-tiap gelas yang ia peroleh dari bar dan kami semua bersulang dalam nama prom. Lalu entah siapa yang menyalakan radio tetapi kami menemukan diri meneriakkan lagu Don't Stop Me Now oleh Queen.

Setelah beberapa waktu berteriak seperti orang gila di dalam limo, akhirnya kami tiba di gedung Jefferson High. Jefferson mempunyai ballroom yang sangat luas sehingga tidak perlu menyewa hotel atau tempat lain.

Keramaian menyelimuti halaman depan. Para perempuan memakai gaun beraneka warna yang sangat indah dan semua pria terlihat lebih tampan dengan jas. Orang-orang berfoto dan tertawa bersama. Mereka terlihat sangat bersemangat. Kami bertigabelas turun dari limo dan Lynette segera menghentikan kami berjalan masing-masing. Ia memanggil anak futbal lainnya dan mengatur kami dalam barisan. Para perempuan di depan dan para laki-laki di belakang. Lynette memanggil fotografer dan kami tersenyum ke arah kamera untuk beberapa pose.

Setelah selesai, Ryan menarik tanganku dan menunjuk kamera polaroid yang di pegang temannya. Aku memberi senyum kecil, Ryan meletakkan tangannya di pinggangku. Temannya memberi hasil foto itu pada Ryan.

"Kau mau simpan fotonya? A--atau kita bisa foto lagi?"

Photograph. Aku tidak pernah berfoto dengan Harry. Aku harap aku punya satu.

"No, that's alright. You can keep it."

Detik selanjutnya tanganku di tarik oleh Carmen dan Helen, kami berfoto bersama, lalu aku juga berfoto dengan temanku yang lain dan para pemain futbal.

***

Jefferson High menyediakan makan malam, jadi kami tidak perlu berhenti di sebuah restoran sebelum prom. Aku menyantap caesar salad untuk hidangan pembuka, sirloin steak untuk hidangan utama, dan es krim vanila untuk penutup.

Setelah itu, orang-orang memenuhi ball untuk menari dan minum. Aku juga begitu. Aku mencoba untuk menari segila mungkin bersama Brooke dan Denise, tetapi harus kuakui semua yang berada di sekitarku mengingatkanku pada Harry.

"Attention," sebuah suara muncul setelah mikrofon berdenging dan musik dimatikan. "Waktunya telah tiba," Mr. Kowalski menyeringai. "Who's our prom king and queen?!!"

Semua orang bertepuk tangan dan heboh. Shit, umpatku dalam hati. Aku dicalonkan tetapi aku sama sekali tidak kampanye. Apa mungkin aku menang? Aku terlalu sibuk dengan semua kegilaan hidupku untuk kampanye.

"Okay," Mr. Kowalski memulai. "Kalian tau nominasinya." Semua orang kembali bersorak mendengarnya. "Prom King 2015 adalah...,"

Band di panggung mulai memainkan musik dramatis dengan drum rolls. Prom King. Semua orang tau jawabannya.

"Our top quarterback; Troy Gordon Jolsoooon!!"

Ball dipenuhi dengan sorak sorai dan tepuk tangan. Troy melakukan yel-yel tim futbal bersama teman-teman dekatnya sebelum naik ke atas panggung. Mrs. Lane meletakkan mahkota di atas kepalanya.

"So," Troy memulai pidato penerimaannya, "semua orang tau aku akan terpilih, tapi mari kita lihat apa yang membuat semua itu terjadi. Aku tampan dan aku quarterback, for f sake aku pasti mendapatkannya! Woo! Thirsty man!" Troy meninju tangannya ke udara dan semua orang kembali heboh. Pidato macam apa itu?

Mr. Kowalski merebut mikrofon dari tangannya, "you should do better if you know you're gonna win," dia memutar mata, "movin' on...Who's Prom Queen 2015!"

Masih ada kemungkinan aku akan menang karena Lynette tidak mencalonkan diri sesuai dengan janjinya waktu itu. But still, aku bukan cheerleader.

"Gwen Tanpa-Nama-Tengah Kruger!"

Orang-orang kembali bersorak dan bertepuk tangan, sementara teman-temanku memberiku pelukan selamat. Aku tersenyum malu dan naik ke atas pangging. Lagi, Mrs. Lane memakaikan mahkota di atas kepalaku. Aku menggumam terima kasih lalu menuju standing mic.

"Thank you for everyone who had voted for me. But--umm i guess kalian harus tau cerita di balik mahkota ini," kataku lalu melepas mahkota itu dan memegangnya di depan perutku, "dahulu, prom queen adalah seorang yang menjadi contoh...mereka berani...mereka baik...mereka pintar. And somehow pada dekade ini, semakin banyak adegan yang kau buat di sekolah, semakin banyak perhatian yang kau dapatkan--entah itu baik atau buruk, voila! Kau prom queen. Para gadis berlomba dan tidak memikirkan arti prom queen sesungguhnya. So i have to get things right here, because i'm not the right one.

Kita tau acara ini mentutup masa SMA, tapi itu membuka bab baru; masa depan. Dan mahkota ia harusnya jatuh pada orang yang memikirkan masa depannya, lebih dari gelar prom queen di buku kenangan. And...she is my long-term enemy. Where is Lynette Westmore?"

Kepala para senior saling menoleh untuk mencari keberadaan Lynette sampai lampu menyorotinya. Harus kuakui ia terlihat cantik dengan gaun merah yang ia pakai.

"Come and take your crown," aku tersenyum dan menemukan jalan turun dari atas panggung.

"You rock," Lynette berbisik selagi aku memakaikan mahkota itu diatas kepalanya. Kami berpelukkan dan itu merupakan hal yang tidak pernah kubayangkan sejak awal bertemu dengannya.

"Alright," Mr. Kowalski mengambil keputusan, "ladies and gentleman; our prom king and queen!"

Semua orang bertepuk tangan dan kembali bersorak untuk Lynetter dan Troy. Tepat saat itu Uptown Funk berganti menjadi Waterfalls. Ini mungkin menjadi saat-saat yang paling ditunggu. Musik mellow yang membuat para pasangan menari lambat dan menikmati keromantisan mereka. Tapi itu tidak bagiku, lirik Waterfalls hanya mengingatkanku pada Harry. I mean, dia mungkin sangat sibuk dan bahkan tidak teringat akan aku.

"Wanna share your first slow dance?"

Aku mendongak untuk melihat Ryan. Aku tersenyum dan menerimanya. Ia meletakkan tangannya di pinggangku dan aku mengaitkan tanganku di sekitar lehernya.

"Kau kalem sekali."

"Apa itu pujian?"

"Jika kau berpikir begitu."

"Okay," kataku dan ia tidak merespon. Kami hanya bergerak ke kiri dan kanan seperti pasangan lain. Tetapi mereka saling menatap dan aku menatap sepatu Ryan.

"It's very cool you know. What you did on stage."

"Apa itu pujian?" Tanyaku lagi lalu tersadar betapa menyebalkannya aku sebagai pasangan prom, "sorry."

"Yeah that's fine. Apa kau perlu minum? Aku akan ambilkan jika--"

"No, no. I'm great," aku kembali bertemu matanya yang sedang melihatiku dengan teliti. Aku harus menemukan sebuah topik. "Kau lebih cocok jadi prom king."

"You think so?"

"Yeah," aku megangguk. "Troy selalu menjadi seseorang yang brengsek. Itu nama tengahnya," kataku dan kami berdua tertawa.

"Aku kalah 1 vote darinya."

"Wow, that's close. Harusnya aku memilih agar kau menang."

"Kau tidak memilih?"

"Nope," aku menggeleng. "Bahkan masih syok hari ini adalah prom."

Ryan tertawa. "I voted for you," katanya saat musik berganti. Aku tidak tau judulnya. Mungkin aku harus menggunakan Shazam karena lagunya sangat bagus.

"Maaf votemu jadi sia-si--"

Aku tidak bisa menyelsaikan kalimatku karena Ryan menempelkan bibirnya di bibirku. Mataku membesar karena terkejut tetapi aku mematung disana; benar-benar terdiam. Bibirnya terasa lembut selagi ia berusaha untuk membuka mulutku. Ia beraroma parfum Polo dan itu menyengat hidungku.

Aku mencoba mendorong tubuhnya sedikit tetapi itu tidak menghasilkan apapun. Jika aku mendorongnya kuat aku akan menyebabkan adegan. Ia mundur dengan sendrinya ketika aku tak kunjung membuka mulut untuk memperdalam ciumannya.

"Sorry, that was--

"Shcoking," aku melengkapinya.

Ia tekekeh malu, "maybe, we should, forget that. Kau datang ke pesta Troy sehabis ini?"

Of course. Party in the Troy's. We all know where party leads kids to.

"Nah, i'll take a long sleep after this," aku tertawa tanpa humor.

"Alright," ia menatap mataku, "let's just finish this dance."

***

Aku menghempaskan diri di sofa dan menonton Family Guy. Kubuang nafas yang berat lalu melepaskan kedua heels biru yang kukenakan lalu meluruskan badanku di sofa empuk bewarna coklat ini.

Aku tertawa. Aku sedikit merindukan sofa oranye dekil di 93. Mungkin aku akan membelinya dengan Dorothy kapan-kapan.

"Apa kau mau aku nyalakan lampunya?" Tanya Mrs. Dolce bermaksud agar aku tidak menonton di tengah kegelapan ruang tamu. Ini jam setengah dua belas malam tetapi alkohol yang kuminum tadi membuatku terjaga dan tidak mengantuk.

"No thanks i'll be fine. Goodnight, Mrs. Dolce."

"Goodnight, beautiful," ucapnya sebelum meninggalkanku sendiri.

Saat aku di tahun sophomore, aku tidak menyangka prom akan sesedih ini. Pergi dengan seseorang yang tidak menarikmu, melepaskan mahkota, pulang dengan taxi, melewatkan pesta, menonton Family Guy sendiri, dan mempunyai satu arah pikiran. Kenapa aku jatuh cinta pada laki-laki yang sekitar 5 tahun lebih tua dariku dan aku bahkan tidak tau nama tengahnya. Maksudku, Elizabeth juga masuk akal.

"Why does prom queen look so sad?" Suara itu menggema dari dapur. Suaranya terdengar familiar tetapi aku tidak berniat untuk menoleh.

"Kesini jika kau juga ingin nonton, George."

*

*

*

Additional A/N:
HOW MANY OF YOU HAVE SEEN THIS?

Continue Reading

You'll Also Like

890K 74.3K 34
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
41.4K 3.5K 12
Ini cuma cerita konyol dari dua orang yang bertemu secara tidak sengaja lalu jatuh cinta pada pandangan pertama. Klise banget? I know. Kenalan tanpa...
1.4M 159K 57
Sepeninggalan sahabatnya setelah melahirkan anak pertama, Eva menerima wasiat dari Amelia untuk menjaga dan membesarkan anaknya. Tetapi, permintaan l...
21.5K 4.3K 56
Park Shin-hye seorang ibu tunggal dari seorang anak bernama Park Shin-hwa. Awalnya semua baik-baik saja sebelum Park Shin-hwa masuk SMA. Setelah masu...