How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
03. I'm Here to Pick You Up
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
07. Badass Bitch from Hell
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
31. Big News
32. Puffy Eyes
34. Not So Prom Queen - Part 1
34. Not So Prom Queen - Part 2
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

33. Dresses

4.5K 521 90
By livelifeloveluke

G W E N

"I'm so sorry for your loss," Amy menepuk bahuku lalu pergi berjalan ke arah lain, sama seperti yang lainnya. Sekarang hanya tersisa aku dan Harry.

Aku maghapus air mata lalu mendongak untuk melihatnya, "what now?" Aku tidak punya arah. Aku tersesat.

"Kau harus mengurus beberapa hal. Aku memberi kunci mobilku pada George agar dia bisa mengantar Bonita dan Mrs. Dolce. Aku harus mengantarmu ke suatu tempat. C'mon," Harry menuntunku menjauh dari tempat Steven di makamkan, menuju ke mobilku. Aku menyerahkan kunci padanya.

Harry berkendara sekitar 10 menit sampai kami tiba di suatu rumah yang cukup mewah. Siapa yang tinggal disini? Malas bertanya, aku hanya mengikutinya. Ia menekan bel dan seorang laki-laki berusia sekitar umur Steven membukakan pintu. Aku melihatnya di pemakaman tadi. Ia sendiri masih menggunakan pakaian serba hitam.

"Harry," ia menjabat tangan Harry. "And Mr. Kruger's daughter. Deep condolences for you."

Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Ia mempesilahkan kami masuk dan duduk di ruang tamunya. Sebelum pembantunya mendekat (mungkin untuk menawarkan minum), Harry berkata untuk langsung memulai pembicaraan ke poinnya, lalu ia pergi dari ruang tamu itu dan meyakinkan bahwa aku akan baik-baik saja. Mengapa ia meninggalkanku sendiri dengan orang asing?

"Jangan takut. Aku Damian Evans. Pengacara ayahmu."

Jadi?

"Oke, mari kita mulai," Damian menyodorkan sebuah map ke arahku karena aku tak memberinya respon. "Kau mungkin mau membacanya."

Aku membukanya dan mulai membaca.

Surat peninggalan.

Mengingat kejadianku dengan keluarga Collins, aku tidak mau langsung menandatangani dokumen itu. Aku membacanya dengan teliti. Mataku membesar ketika membaca kalimat-kalimat di dalamnya. Steven ingin memberi 3/4 tabungannya untuk yayasan sosial.

Dan ini lebih mengejutkan.

Semuanya. Semua sisa kekayaannya jatuh padaku. Aku tidak hanya terkejut. Aku takut. KEH menjadi salah satu hak miliku sekarang. Semua tubuhku terasa ditusuk duri.

How the hell do I suppose to run that bussiness?

***

"You okay?"

"Absolutely," jawabku sarkastis.

"Well, sorry. Tapi kau nampak sangat mengerikan sehabis bertemu Damian. Apa semuanya baik-baik saja?"

"Kau yakin semua kekayaan Steven menjadi milikku?"

"Kau satu-satunya keluarga yang ia miliki."

"Kau tau aku tidak bisa menjalankan KEH," ku naikkan nada bicaraku agar semuanya menjadi lebih jelas.

"Nampaknya semua itu jelas tertulis, jika kau begitu frustasi," jawabnya santai.

"Tentu aku frustasi! Pekerjaan jutaan orang bergantung padaku, sementara aku tidak bisa berbuat apapun! Aku bahkan belum lulus SMA! Aku--"

"Hey," Harry meminggirkan mobilku dan berhenti, dan kedua tangannya di pipiku, "banyak yang bisa kau lakukan. Kau hanya butuh waktu belajar. You'll be fine."

"Tak peduli seberapa lama, aku tak akan bisa! Darah pengusaha tidak ada dalam diriku," kataku sambil melihat matanya. Tidak ada gunanya, aku bahkan tidak tertarik dalam bidang itu. Aku bahkan tidak tau aku tertarik dalam bidang apa.

"Don't say tha--"

"Why don't we make a deal?" Suatu ide tiba-tiba muncul dari otakku.

"What?"

"You run KEH for me. Aku hanya meminta 5% dari itu."

Dengan ini, aku tau ia tidak akan terlepas dariku. Apapun yang ia perbuat, ia akan selalu ada denganku, dan itu akan tertera dalam kontrak. Tapi ide itu kedengaran begitu lembek dan itu terbukti dengan respon Harry.

"Tidak, aku tidak ingin mengambil keuntungan dari apa yang terjadi denganmu."

"Keuntungan apa?" Aku tau dia berpikir bahwa aku mungkin saja mengira bahwa dirinya mengencaniku hanya untuk harta kekayaan ayahku. Tapi aku berpikir jauh dari itu. Jika memang demikian, dia tidak akan meninggalkan KEH lebih awal. Lagi pula dia bisa menjalankan usaha lain. Apa yang tidak bisa orang itu lakukan?

Wait. Apa kami berkencan?

"Aku tau apa yang kau pikirkan," ujarku saat kulihat kecemasan nampa di raut wajahnya. "Kau bukan pria seperti itu. Kau bukan James Collins atau orang semacamnya. Kau orang terbaik yang pernah kutemui, kau tau itu? Well, walaupun awalnya kau agak brengsek."

"Gwen--"

"Please? Selamatkan para pekerja itu."

Harry menghela napas, "Aku tetaplah seorang pengganti. Aku harap kau ingat itu," jawabnya setelah sekian lama aku memohon. Aku segera memeluknya dari kursi penumpang. Ia balas memelukku dangan cara paling tidak nyaman pasangan berpelukkan di mobil.

"Apa kau dapat sesuatu?" Tanyaku pada Harry.

"Yeah. Steven meninggalkanku sebuah surat."

Aku melepaskan diri darinya, "boleh kubaca?"

"Nope! Surat ini tertuju padaku," ia menyentil hidungku pelan.

***

Harry kebanjiran banyak hal di KEH sejak Steven pergi. Banyak urusan Steven di luar negeri yang tidak ia ketahui dan ia harus menangani semuanya. Meski tidak beretemu selama beberapa hari, dia masih sempat mengucapkan selamat pagi dan selamat malam padaku melalui sms.

Such a sweet guy. And i miss him.

Aku sedang mengobrol dengan Mrs. Dolce yang sedang memanggang kue untuk ulang tahun Bonita nanti malam. Well, jika kalian bingung, George adalah ayah Bonita, ibunya bercerai karena uang dan entah berada dimana sekarang. Sedangkan Mrs. Dolce mempunyai keluarga yang tinggal di Gramercy Park. Itulah mengapa ia pulang setiap Rabu dan Jumat.

Bel rumah terdengar dan aku berlari meninggalkan Mrs. Dolce untuk membukanya. Aku langsung melihat postur dua orang gadis yang tingginya tidak jauh berbeda dariku. The Ens.

"What are you doing here?" Tanyaku terganggu.

"We--we are sorry for your lo--lost," Ujar Carmen seolah ia takut aku akan marah padanya.

"Yeah. Ayahku membaca koran dan aku langsung teringat denganmu."

Sesuatu menyentuh hatiku. Mereka mungkin hanya berteman denganku karena semua kekayaan yang aku punya. Tapi aku yakin, deep down, mereka masih peduli denganku. Faktanya, tidak ada seorang pun selain kerabat Steven yang mengucapkan keprihatinnya padaku.

Aku mengeluarkan napas panjang, "thank you. Aku menghargai kalian datang kesini." Well, mereka bisa saja meng-smsku.

"Stay strong," Helen menepuk bahuku seolah itu adalah selamat tinggal. Carmen tersenyum dan mereka berjalan menjauh, ke tempat mobil Helen diparkirkan.

"Helen, Carmen," panggilku dan mereka langsung menoleh, "i forgive you guys," kataku lalu masuk untuk menutup pintu. Sebelum pintu tertutup mereka meneriakkan namaku dan kembali mendekat.

"Maukah kau pergi berbelanja dengan kami? Kita butuh tiga gaun prom fenomenal," kata Carmen dengan mata yang berbinar.

"Yeah! Jangan khawatir, kami akan bayar sendiri," canda Helen.

Prom. Aku belum memikirkan prom sama sekali padahal acaranya satu minggu dari sekarang.

"Aku anggap itu sebagai permintaan maaf kalian."

***

"Aku datang bersama Samuel Olsen. Kau tau ia memainkan gitar di auditorium untuk mengajakku ke prom! Itu benar-benar membuatku gila!" Pekik Helen saat kami sedang memilih-milih gaun di salah satu butik di SoHo.

"Lucky you!" Carmen manyun, "Aku mengajak Peter tetapi ia tidak mau. Katanya sih kakinya masih sakit."

Hah. Peter. Tentu saja dia tidak mau. Ada aku disana dan ia tak akan berani menyeret pantatnya ke prom sekolahku. Lagipula Jefferson High tidak memperbolehkan membawa orang dari luar sekolah.

"Gwen?"

"Aku? Well. Entahlah. Aku masih memilih," kataku selagi mengingat-ingat nama-nama orang yang mengajakku ke prom.

"Kenapa kau tidak mengajak Harry!" Teriak Helen sambil melihat gaun bewarna kuning sepanjang lututnya.

"What? No!" Aku terkekeh, "He's like 24 or something. Aku juga tidak ingin diusir karena membawa orang dari luar sekolah," kataku lalu mengagumi bahan yang digunakan untuk membuat gaun merah panjang ini.

"Have you fucked him?" Tanya Helen polos.

"Helen!" Carmen menjerit.

"Do i have to answer that?" Tanyaku sedikit terhibur. Mereka masih sama, dan itulah yang membuat The Ens tetap The Ens. We're friends now. Ain't no bestfriends though. Aku memaafkan mereka karena semua orang plastik. Aku tidak mau memaafkan seperti Gillian Swanson. Aku sudah belajar banyak.

"Yeaaaa. Kau tau, biasanya kau langsung lompat ke tempat tidur dengan orang asing," ujar Helen mendekat.

"Don't say that. Kita di publik dan kita belum 18 tahun," candaku.

"But--"

"OH MY GOD GUYS," Carmen menjerit dari sudut toko. Aku bahkan tidak tau mengapa kami selalu menjerit saat berbelanja dan tidak pernah ditegur. "CHECK THIS OUT. NOW."

Aku dan Helen menuju ke tempat Carmen berada. Ketika kami menemukannya, kedua rahang kami terbuka lebar. Patung bewarna hitam ini mengenakan two piece bewarna ungu. Bagian atasnya strapless dan dihiasi dengan renda bermotif bunga. Roknya mengembang sampai bawah.

Holy. Siapapun yang memakai ini akan menjadi Aurora.

"This is truly fantastic," Carmen masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Yeah," kataku setuju, "tetapi kurasa ini terlalu berlebihan untuk prom. Itu dirancang untuk pesta atau semacamnya."

"Serioulsy Gwen? Biasanya kau membeli hanya utuk menambah koleksi."

"Not anymore," aku mengangkat bahu dan kami melupakan dress ungu indah itu. Setelah hampir empat jam berkeliling dan mencoba banyak gaun (kau tau perempuan), kami akhirnya berhasil memutuskan. Helen membeli dress bewarna hijau muda, Carmen bewarna cokelat, dan aku membeli dua; satu bewarna biru untuk prom dan dua bewarna hitam sepanjang lutut utuk hari kelulusan.

Carmen dan Helen tidak membeli lagi untuk kelulusan, orang tua mereka sudah menghadiahkan mereka satu. Orang tua. Hadiah!

Aku menghampiri pegawai yang sedang menata manekin. Ia sangat ramah dan memberiku senyuman sebelum bertanya apa yang bisa ia lakukan untukku.

Aku menunjuk patung yang mengenakan two piece ungu tadi, "bisakah kau mencarikan ukuran 12 atau 14 untuk gaun itu? Aku akan berada di kasir," kataku lalu mengucapkan terima kasih.

"See! You're buying it!" Carmen antusias setelah aku sampai mereka di kasir.

"Kenapa kau beli ukuran 12? Kau memakai ukuran 6," tanya Helen bingung.

"Nah," aku menggeleng, "that's not for me."

"Well, menurutku itu akan terlihat jelek jika digunakan oleh orang yang gendut. Maksudku, seharusnya mereka yang memakai itu terlihat seperti putri," Canda Helen lalu Carmen tertawa.

Aku mengabaikan opini mereka.

Every girls deserve to feel beautiful.

***

"Welcome home. Having a good time?" Tanya Mrs. Dolce tepat setelah ia membuka pintu.

"Sure," aku melangkah ke dalam.

"Harry datang tadi sore."

"What?" Aku tekejut saat mendengar perkataan itu. Damned. I should've stayed at home.

"Yeah. Dia bilang, dia akan ke Seattle untuk 12 hari. Dia ingin aku memberi taumu."

Sudah lama sekali aku tidak melihat wajahnya dan sekarang ia akan pergi ke Seattle untuk 12 hari lagi? Sekarang aku tau mengapa Steven jarang pulang. Aku tidak mau itu terjadi pada Harry.

"Okay. Thanks," aku membuang napas kecewa. "Where is Bonita by the way?"

"Dia di kamar. Apa perlu aku bawakan belajaanmu?"

"Tidak, terimakasih," kataku lalu berjalan menuju kamar Bonita di dekat dapur. Sebenarnya Bonita dan Mrs. Dolce mempunyai kamar masing-masing sebab rumah ini mempunyai banyak ruangan. Tetapi mereka memutuskan untuk menetap di kamar yang sama.

"Bonita?" Panggilku dan ia langsung bergegeas menemuiku. "Hey."

"Gwen, ini pertama kalinya kau ke kamarku!!" Jerit Bonita histeris. Sampai sekarang aku masih heran mengapa ia menggilaiku. Apa di lgbt atau semacamnya?

"Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Maaf aku tidak ikut merayakannya. Tapi aku membawakanmu hadiah."

"Oh God, Gwen! Thank you so much," Bonita menjerit kegirangan setelah menerima tas belanja yang kuberikan padanya. "I love you. Muah, muah." Dia mencium pipi kiri dan kananku. Anak ini.

"Yeah, you're welcome. God bless you," doaku lalu meninggalkannya setelah kami bertukar kata selamat malam.

Aku menuju ke kamar, dan meletakkan belanjaanku di lemari, mengganti baju menjadi piyama, menggosok gigi, lalu mencuci muka. Badanku kurengangkan selagi aku menguap. Baru sebentar aku berbaring, ada bunyi dari ponselku. Email.

Dari: Harry Styles
Untuk: Gwen Kruger
Tanggal: 9 Mei 2015
Pukul: 20.27 PST
Perihal: Goodnight

Gwen, aku tau sudah hampir satu minggu aku tidak melihatmu. Seharusnya ada untukmu, apalagi kau membutuhkan seseorang dalam masa sulitmu. Maaf, tapi aku bahkan kesulitan mengatur jam tidurku sendiri.

Tadi sore aku mampir sebentar untuk memberi taumu aku berangkat ke Seattle untuk 12 hari. Tetapi kau tidak ada di rumah dan Mrs. Dolce bilang kau pergi dengan temanmu. Aku ingin mencarimu tetapi kau tidak membawa ponsel.

Sorry. I miss you and I'll miss you.

Lalu, Karena hari ini Sabtu, kau tau apa artinya! Untuk semua masa sulit yang kau alami kau masih bisa tersenyum. That's very cool, you know. This week you got 9,5 out of 10 :D Congratulation!

Goodnight sugar,
Harry Styles

Aku tersenyum membaca email itu. Walaupun aku merindukannya dan tidak bisa melihatnya, aku tidak bisa menyalahkan semua ini pada Harry. Aku meletakkan semua tanggung jawab ini padanya. Tentu dia kewalahan, tetapi ia tidak mengeluh sedikit pun. Siapa yang harus kusalahkan?

Aku membalas emailnya.

Dari: Gwen Kruger
Untuk: Harry Styles
Tanggal: 9 Mei 2015
Pukul: 23.38 EST
Perihal: Goodnight

Yippie! Aku masih mendapat nilai tanpa agenda?

Don't worry about me. I'm doing just fine. Thanks for all of your effort. I'll see you in 12 days. I miss you too x

Harry tidak membalas lagi dan aku terlarut dalam tidur.

***

Keesokan hantinya aku bangun dan yang pertama kali aku lakukan adalah mengecek email. Namanya membuatku senyum pertamaku di pagi hari.

Dari: Harry Styles
Untuk: Gwen Kruger
Tanggal: 10 Mei 2015
Pukul: 23.18 PST
Perihal: Lampiran

Tentu kau punya >:o ! Periksa lampiranku.

Selamat pagi, jika kau sudah bangun :)))

Harry Styles

Aku tertawa. Sejak kapan Harry menggunakan emoji?

*

*

*

A/N:

This is a simple one yet i still made a boring chapter ): sorry.

Gua selalu cek internet buat liat apa rambut harry yang sekarang udah ada potonya. Jadi banyak banget kerjaan gue yang gak fokus. I NEED HIM TO REMOVE HIS HAT AND SHOW THE WORLD HIS HAIR. HE'S DRIVING ME INSANE. I mean, dia bakal tetap ganteng kok. So why not? #takethehatoffharry #ripharryshair

ANYWAY, I JUST REALIZED THAT THIS STORY GOT 5 K+ VOTES AND HOUSEMATE GOT 30K+ VOTES. THANK YOU SO MUCH ILY XXX

Continue Reading

You'll Also Like

145K 4.3K 25
Sthepani Cathren adalah nama seorang gadis yang rela menunggu sahabat kecilnya sekaligus lelaki yang disayangnya bernama Daniel Reonald .V. sudah cu...
889K 74.2K 34
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
934K 56.2K 57
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
439K 48K 36
BEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan...