How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
03. I'm Here to Pick You Up
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
07. Badass Bitch from Hell
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
32. Puffy Eyes
33. Dresses
34. Not So Prom Queen - Part 1
34. Not So Prom Queen - Part 2
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

31. Big News

5.5K 522 138
By livelifeloveluke

G W E N

"Good morning," Harry berbisik di dekat hidungku tepat setelah aku membuka mata. Ini adalah kedua kalinya. Dia adalah selamat pagi favoritku.

"Morning," aku tidak bisa menahan senyuman yang mengembang begitu saja. Mata hijaunya bersinar karena terangnya cahaya matahari yang menembus jendela hotel.

"Kau harus mandi sekarang," ia mendaratkan telunjuknya di ujung hidungku.

"Aku masih lelah."

"Aku juga," ia menyeringai dan itu membuatku kembali teringat atas semalam. "Pesawatnya berangkat tidak lama lagi. Kau mau menjenguk Steven dulu kan?"

Malas, aku hanya mengangguk.

"Get up, sugar," ia berdiri dan aku baru menyadari bahwa ia sudah siap; kemeja satin bewarna abu-abu yang ia kenakan benar-benar membuatnya terlihat seperti eksekutif.

"Okay, msg," kataku lalu bangun dan menyeret selimut untuk menutupi tubuhku ke kamar mandi. Aku bisa mendengarnya tekekeh.

***

Kakiku kembali menginjak tanah Manhattan setelah beberapa jam perjalanan udara dari Cleveland, Ohio. Pagi tadi adalah pagi terbaik dalam hidupku. Aku ingin membekukan waktu, tetapi waktu terasa lebih cepat dan hidup terus berlanjut.

Perpisahan dengan Steven berbalik jauh dengan itu; mengharukan, menyedihkan, dan sulit untuk dilakukan. Dia mengucapkan semoga beruntung pada Harry yang akan kembali ke KEH dan menggantikan Steven sebagai CEO untuk sementara. Tapi berita baiknya adalah; kondisinya dinyatakan membaik!

"So tell me," kata Harry tiba-tiba saat kami sudah mencapai Maserati-nya yang terparkir selama hampir tiga hari di Manhattan Regional Airport.

"What?" Tanyaku lalu masuk ke dalam.

"Anything. School life. Friends. Whatever." Harry menginjak gas dan mengemudi keluar.

"What do you want to know?"

"Honestly?" Senyuman mencurigakan muncul dari wajahnya.

"Em-hmm."

"Your tutor."

"Jeez!" Aku reflek berteriak ketika Gillian kembali memasuki pikranku. "He's a jerk. End of story."

"What?" Harry tersenyum bingung.

"What?"

"Kau tau. Dulu kau menggilainya dan kemarin kita..."

"What?" Aku menggodanya dengan menaikkan satu alis.

"See, i'm just confused."

"We're over. Well, my life in school is over. Everyone hates me now."

"Ada apa?"

Aku menarik napas lalu menceritakan semuanya dengan Harry. Awalnya itu agak memalukan, tetapi lama-kelaman dirinya membuatku merasa nyaman, dan mulutku bercerita dengan lancar.

Kali ini, aku tidak merasa perlu untuk menangis. Aku punya Harry. Dia selalu bisa memperbaikki keadaan.

***

Tebak dimana aku sekarang.

Perpustakaan.

Well, kau tidak akan pernah menemukanku duduk membaca buku di perpustakaan beberapa tahun yang lalu. Tapi sekarang, aku sudah sadar ujian akhir minggu depan dan aku harus belajar sekeras mungkin untuk melaluinya.

Ketika aku membalik halaman buku biologi ini, kurasakan ponselku bergetar di saku jeans. Aku membaca pesannya.

Harry Styles: Where r u?

Gwen: Perpustakaan sekolah

Harry Styles: Apa George menunggumu?

Gwen: Nope.

Harry Styles: Aku akan menjemputmu. I'll be there in ten.

Membaca itu, aku bergegas untuk mencari buku lain yang sesuai dan meminjamnya di meja pustakawati. Memilih buku tidak sesingkat yang kupikirkan. Jefferson mempunyai pepustakaan yang sangat luas--well, atau aku yang baru menyadarinya.

Harry yang bersandar di pintu pengemudi mobilnya langsung mendapat perhatianku saat aku keluar. Kancing kemejanya terbuka, memperlihatkan tattoo di dadanya. Tidak ada gadis yang menghampiri (nope, bukan karena ketampananya hilang, tetapi ini sudah sangat sore) dan itu membuatku berterima kasih.

"Kau meminjam buku-buku itu?"

"Apa aku bisa membelinya di perpustakaan?" Tanyaku sambil berjalan menuju kursi penumpang, duduk, dan memangku keempat buku yang kupinjam.

Harry tersenyum dan aku hanya melihati lalu lintas sambil mendengar lagu-lagu yang diputar di radio selagi Harry menyetir entah ke arah mana.

Setelah hampir 15 menit, Harry memarkirkan mobilnya di depan restoran perancis Daniel. Seingatku tempat itu buka sekitar pukul 6, makanya sekarang sangat sepi. Tempat duduk kami ditunjukkan oleh seorang wanita yang memakai terusan yang memeluk tubuhnya erat.

"Apa kalian ingin melihat menu atau memesan pilihan chef?"

"Pilihan chef," jawab Harry singkat. "Dan sebotol Grande Cuvée." Wanita itu menundukkan kepala lalu pergi.

Tidak lama, champagne itu datang. Wanita tersebut menuangkannya di gelasku dan gelas Harry. Kami mengambilnya, bersulang, dan cairan itu menyentuh mulutku. It tasted so damn great.

Aku beralih pada Harry dan bertanya. "We're having dinner at a Michelin Star retaurant?"

"Ya. Kenapa?"

"Seperti...kencan?" Kata-kata itu sangat membuatku malu dan kuharap bisa menariknya kembali. Harry melihatku lalu tertawa. Benar! Itu tadi memalukan!

"Jika aku punya client, atau apapun, tidak mungkin aku membawanya ke Pizza Hut atau KFC."

Sial!!! Harry pasti memperhatikan ekspresi wajahku dan ia segera bicara, "tapi jangan khawatir. Aku ke sini ingin bicara."

"Tentang?"

"Kuliah."

"Well...," aku berpikir sejenak. Dulu memang aku tidak ingin meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, tetapi sekarang, aku yakin aku benar-benar membutuhkannya. "Kurasa aku ingin ke Pace University. Aku ingin tetap berada di Manhattan."

"Kenapa tidak NYU atau Columbia? Itu lebih baik."

"Apa kau berpikir aku bisa masuk kesana? Kau gila."

"FIT (Fashion Institute of Technology)?"

"I can't draw."

"Untuk itulah kau disana. Calvin Klein dan Michael Kors lulus dari sana."

"Tapi aku bahkan tidak menggaris dengan lurus, Styles."

Aku dan Harry banyak memperdebatkan universitas-universitas yang ada di New York. Bahkan setelah makanannya datang, kami masih membicarakannya. Harry memaksaku untuk masuk ke universitas yang bagus. Tapi kau tau nilaiku dari tahun pertama sangat jelek. Sedangkan aku lebih memilih untuk memasuki universitas yang biasa saja. Akhirnya, kami membuat keputusan akhir; Baruch College. Well, Harry agak tidak setuju tetapi setelah aku bilang Jennifer Lopez lulus dari sana ia terdiam.

"Dengan satu syarat."

"What?"

"Baruch adalah opsi kedua jika kau tidak diterima di NYU."

Aku memutar mata lalu menghabiskan sajian di depanku ini. Entah apa namanya tetapi ini adalah bebek dan sangat lezat. Tetapi aku memperlambat kecepatan makanku ketika menyadari aku sudah hampir habis sedangkan Harry masih tersisa 1/4 porsi lagi.

Maksudku, bisa saja kan dia berpikir bahwa aku rakus?

***

Aku menghela napas lega setelah berhasil mengerjakan ujianku di hari pertama. Sebenarnya aku berpikir bahwa aku tidaklah bodoh. Maksudku, soal-soal tadi tidak akan pernah bisa kukerjakan jika aku adalah Gwen yang dulu.

Aku kembali meminjam buku dari perpustakaan dan belajar sebentar disana. Ketika aku selesai dan keluar, sesuatu yang aneh terjadi. Semua mata menuju padaku.

Oh, berita buruk apa lagi sekarang?

"Look, that's her!" Seorang gadis berteriak pada temannya dan menunjukku. Apa dia yakin? Well, aku tidak yakin, jadi aku menoleh ke belakang untuk memastikan, tetapi disana tidak ada siapapun.

Aku berbalik dan mereka ternyata sudah ada di depanku.

"Gwen Kruger!"

"Oh my God, you're so cool!" Salah satu dari mereka berteriak sambil menarik-narik tanganku.

Tunggu. Bukannya mereka membenciku?

"You're litterly the coolest person i've ever met!" Teriak yang lainnya dan tampa aku sadar mereka menuntunku berjalan. Aku masih kebingungan dan melihati wajah mereka masing-masing.

"Kau tau ibuku selalu membersihkan edisi terbatas Jimmy Choo-mu!"

"Apa yang kalian bicarakan?" Tanyaku membuat rombongan itu berhenti berjalan.

"Acara lelangmu! Kau tau itu fenomenal! It's a big news! Andai saja aku tau dari awal kalau kau yang melakukannya--

"Oh! Aku juga sempat berfoto dengan ketiga pacarmu!"

"Bagaimana bisa kau mempunyai baju-baju edisi terbatas! Itu--"

"Kau pasti masih punya banyak di rumahmu!"

Acara lelang itu terdengar sampai Jefferson! Pasti salah satu orang tua mereka hadir di sana.

"Gwen," salah satu dari mereka menyentuh bahuku. "Kami salah tentangmu. Seharusnya kami tidak mendenarkan rekaman bodoh milik Gillian."

"Yeah! Bahkan dulu dia seorang yang sangat menjijikan. Dan sekarang kau tetap seperti seorang bintang rock!"

"Fuck eveything. Just go lunch with us, okay?"

Wow. Semua remaja memang plastik. Bukan hanya aku. Tetapi ini bukan suatu hal yang buruk. Jika aku menolak, sisa SMA aku akan seperti neraka. Jadi aku hanya mengikuti mereka.

The popular Gwen Kruger is back.

The bitch mode still off, don't worry.

***

Satu minggu berlalu dengan kegilaan. Aku belajar mati-matian untuk ujian akhir dan sekarang semua ini sudah berakhir!

Untuk merayakannya, Troy--as always, mengadakan pesta di rumahnya. Well, sejak berita tentang acara lelangku tersebar, keadaan kembali seperti semula. Semua orang kembali memandangku tinggi, seperti Gwen Kruger yang dulu. Aku kembali mendapat banyak surat di loker dan sms dari orang tidak dikenal.

Dan sekarang aku sering berjalan bersama anak cheerleader yang namanya Brooke, Jocelyn, Brit, Hope dan Porsha. Bukan bersahabat, tetapi kau tau, hanya agar kau terlihat keren, kau tidak bisa jalan sendiri. Tetapi kadang, menjadi populer melelahkan dan aku ingin kembali seperti dulu.

Well, setidaknya hanya sampai SMA berakhir.

Aku mengirim pesan pada Harry mengatakan bahwa aku di pesta Troy. Tak lama ia membalas:

Harry Styles: Kau layak untuk refreshing. Jangan terlalu mabuk. Aku akan menjemputmu jam 11.

Gwen: Tidak, tidak perlu. Brooke akan mengantarku pulang.

Harry Styles: Kau yakin?

Gwen: 100%

Seperti biasanya, rumah Troy sangat berisik dan dipenuhi dengan orang-orang mabuk dan berciuman. Aku dan Brit menerobos untuk mengambil minuman. Tetapi aku menabrak sesorang. Troy.

Saat itulah aku menyadari bahwa Brit sedang berciuman dengan lelaki lain. Aku memutar mata saat tau ia meninggalkanku.

"Woah! Kruger in the house," sembur Troy yang kemudian berusaha untuk mencium bibirku, tetapi aku mengelak. Dia sangat mabuk.

"You're drunk Jolson," kataku.

"You are, too."

"I'm not."

"Not yet. Ah. You know what?" Ia menarik lengan kananku, "let's just dance."

Aku mengikutinya dan melompat-lompat mengikuti irama musik yang berdentum keras. Troy lebih gila. Ia menyodorkan minum untukku dan aku mengambilnya dengan senang hati.

"You'll go to prom with me, don't you?" Teriaknya.

"Apa itu sebuah ajakkan?"

"Yeah, dan seharusnya kau menerimanya sebelum kehormatan itu kuberikan pada Lynette."

Aku meneguk minuman lain, lalu balas berteriak, "i don't care."

"Yeah, kau masih peduli, buktinya kau masih berdansa denganku," Troy meraih pinggangku tetapi aku memutar mata dan mendorongnya.

Aku menyusuri ruangan dan menemukan Lynette sedang bercumbu Gillian. Dulu Gillian bilang ia mencintai Ursula. Ew, menjijikan.

Aku kembali ke meja utnuk mengambil minuman, dan meneguknya disana. Kenapa aku belum mabuk? Aku ingin merasa bebas.

"Enjoying the party?"

Ketika aku menoleh, kutemukan Helen di sebelahku.

Aku menghadapnya dan menaikkan alis, "oh, hello friend. Or should i say, ex-friend?"

"Gwen," ia menghela napas, "aku tahu hal buruk telah terjadi pada persahabatan kita, tapi setiap orang layak akan kesempatan kedu--"

"Fuck you," aku memotongnya, "kau dan Carmen meninggalkanku di masa-masa terburukku. Kau bahkan tidak mengucapkan selamat ulang tahun atau selamat natal atau tahun baru untukku!"

"But--"

"I'm better off without you two."

"Oh, jadi sekarang kau berteman dengan gadis-gadis Brooke?"

"The fact is; i don't need anyone. I am truly independent now."

"Gwen, kami sangat menyesal. Tolong, maafkan aku dan Carmen. I want no bad blood between us," Helen memohon dan mengambil tangan kiriku.

Aku segera melepaskannya. "Meskipun aku memaafkan kalian, kita tidak akan pernah seperti dulu. Dan--screw you. Melihatmu disini membuatku ingin muntah. I'm going home."

Dengan cepat aku pergi dari situ dan mataku menyapu ruangan untuk mencari Brooke. Setelah berkeliling, akhirnya aku menemukan dia di halaman belakang, sedang berbaring di rerumputan sambil tertawa; mabuk Damned!

"Still need a ride?"

Aku berbalik dan kembali menemukan Helen. Nampaknya ia adalah satu-satunya orang disini yang tidak (belum) mabuk. Ini menyebalkan. Aku ingin menelepon Harry, tetapi dia pasti memutuskan untuk bekerja karena tadi aku memintanya untuk tidak menjemputku.

"Aku yang memilih saluran radionya," jawabku pada Helen.

***

Keesokannya aku bangun sepenuhnya sadar, tapi aku merasakan sesuatu yang buruk. Terasa serperti udara yang memenuhi kamarku hanya membuatku sesak. Apa itu hanya perasaanku atau memang begitu keadaanya?

Aku pergi ke kamar mandi, mencuci muka dan menggosok gigi. Tidak lama aku mendengar suara ponselku yang berdering di kamar. Merasakan itu sesuatu yang penting (ini baru pukul 8 pagi!), aku berlari keluar dari kamar mandi dan nyaris terpeleset--untungnya tidak.

Amy Capps tertulis di layar dan aku segera mengangkatnya.

"Gwen?" Suara Amy terdengar bergetar. Ada apa?

"Amy? You okay?" Tanyaku khawatir saat mendengaranya menangis.

"Steve--Steven, Gwen. He's--he's gone."

*

*

*

A/N:
HOLLLLLLY.
I KNOW IT'S BEEN A LONG TIME SINCE THE LAST UPDATE. I'm so sorry this chapter is bad ): Aku sibuk banget sama sekolah dan itu nguras tenaga banget, jadi imajinasiku pun terkuras (?)

Maaf, please jangan kabur, bentar lagi tamat kok, gak sampe 10 chapter lagi, paling cuma 5 or so.

BY THE WAAAAAAY....WHO ELSE EXCITED FOR DUNKIRK? *raise my hand bc im super excited*

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 96.9K 28
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aku Rafka. Pekerjaanku sebagai gigolo di sebuah club malam. Dari luar aku tampak menikmati pekerjaanku. Jika kau pe...
15.3K 1.3K 12
[TAMAT] Satu kamar dengan cewek?
1.8K 606 51
[MISTERY-ADULT ROMANCE] Su Li menerima sebuah paket misterius yang ternyata berisi informasi jika ibunya meninggal karena dibunuh. Su Li memutuskan r...
81.8K 4.2K 6
Bagaimana kalau seorang Keyra Hananta yang tidak percaya komitmen tiba-tiba ingin mempunyai anak sekalipun dengan donor sperma? Dan bagaimana kalau s...