HARMONIZE

De CiiPandaa

283K 21.6K 1.5K

Selalu ada nada dalam cinta, meskipun terkadang nada cinta tak selamanya terdengar syahdu di telinga. Casting... Mai multe

Prolog
SMPursand
Pertengkaran!
One Call Away
Kecerobohan Prilly
Taruhan
Music Battle
Kontrak Perjanjian
Penyesalan
Perasaan Aneh
Kau yang ada dihatiku
Terjebak berdua
Bertahan atau?
Candu
Sakit
Kunjungan tak Terduga
Empty
ThrowBack
Mereka Kembali
Sabarlah Hati
Serendipity
Guardian Angel
Terjebak Masa Lalu
Ysaye Sonata No.2 1st Obsession
Melupakannya
Mendadak Pacaran
Siapkah tuk Jatuh Cinta Lagi?
Kembalinya Rasa
Tak Akan Meninggalkan
Hilangnya Harapan
Keputusan Terbaik
Do You?
Sandaran
Wish
Usaha yang (tidak) Sia-sia
Harapan yang Terkabul
Fix You
Persahabatan
Tunas Baru
Little Happiness
Another Conflict
Masalah yang Terselesaikan
Harmonize
Ulang Tahun Sekolah - Harmonize
Kehidupan Baru
Apologize

Setengahku (masih) Bersamanya

5.1K 481 41
De CiiPandaa

Yuki sudah tak bisa berlama-lama dengan posisi seperti ini, jantungnya sudah sangat kurang ajar menyentak kulit dadanya. Kalau terus dibiarkan, dinding tebal yang sudah dibuatnya akan meluruh. Sejak tadi sirine bahaya sudah berbunyi nyaring, tapi Yuki masih belum bisa melakukan apa-apa. Al masih dengan sangat erat mendekapnya, dan dia merasakan sesak di sekujur tubuhnya.

"Al, lepasin tangan loe." Yuki masih menekan irama suaranya agar tak membuatnya semakin meledak.

"Lima menit." Al tak bergeming, tangannya masih setia melilit tubuh Yuki.

"Al, ... lepasin tangan loe!" Nada suara Yuki mulai meninggi.

Tapi Al masih tak bergerak, ia masih tak rela jika harus kehilangan momen bersejarah dalam hidupnya itu.

"Gue itung sampe tiga, elo gak lepasin tangan loe, jangan salahin gue kalau gue, ... " ucapan Yuki menggantung, karena Al sudah menarik tangannya dengan mengurucutkan bibirnya.

"Iyah, iyah, cerewet kayak nenek-nenek loe!"

Yuki hanya bisa menatap nyalang pada pemuda yang saat ini terlihat tak karuan itu, rambutnya acak-acakan, karena tangannya tak berhenti menggaruk kepalanya itu.

"Elo kutuan ya? Dari tadi garuk kepala gak kelar-kelar."

Al menghentikan aksinya, dan meringis ke arah Yuki.

"Udah kebiasaan." Lagi, Al hanya menunjukkan gigi nya yang tersusun rapi.

"Kebiasaan yang aneh." Yuki bergerak maju, menuju ke arah Al yang terduduk di pinggiran ranjang.

Al yang melihat reaksi Yuki merasa kikuk. Benar kata orang kalau aura cantik perempuan itu terpancar kalau dia bangun tidur. Dan itulah yang dirasakan Al saat ini, Yuki sangat cantik, apalagi kulitnya yang seputih susu dan sedikit mengkilat karena keringat seakan membuat gadis itu semakin terlihat seksi.

Al menelan salivanya susah payah tanpa mengalihkan perhatiannya ke arah Yuki yang ia merasa jika tubuh gadis itu semakin mendekat kearahnya.

Yuki memperhatikan raut wajah Al yang terlihat aneh, wajahnya merah dan seperti sedang menahan sesuatu.

Seakan tak perduli dengan apa yang terjadi dengan pemuda itu, Yuki mengangkat tangannya dan menempelkan punggung tangannya ke dahi Al.

Dalam hati, Al mengumpat kecewa, karena ekspetasi selalu berbeda dengan realita.

"Udah gak panas kok." Yuki menempelkan tangannya yang bebas ke dahinya sendiri, mencoba untuk menyamakan suhu tubuh.

Al berdecak, kemudian menurunkan tangan Yuki dari dahinya.

"Kalau ngeceknya kayak gitu mana mungkin loe tau gue masih panas apa gak, sini gue kasih tau caranya." Al menarik lembut tangan Yuki, membuat Yuki yang tak siap dengan perlakuan Al tertarik semakin dekat ke tubuh pemuda itu.

"Eh, mau ngapain loe?" Yuki kaget saat dirasa wajah Al semakin dekat kearahnya.

"Diem."

Degthh...

Untuk kesekian kalinya jantung Yuki berhenti berdetak, dia menahan nafas saat kening Al di tempel ke keningnya. Yuki yang masih belum percaya dengan apa yang dilakukan Al hanya mengedip-ngedipkan mata.

Sementara Al menahan senyumnya, melihat ekpresi wajah Yuki yang sangat dekat itu.

Plak...

Tangan Yuki mendarat tepat di pipi kanan Al, membuat pemuda itu meringis menahan perih dengan tangan kanannya.

"Dasar mesum loe! Otak loe gak waras ya?!" Yuki berteriak meluapkan amarah dan rasa malunya.

"Bukannya elo tadi yang mau ngecek suhu tubuh gue turun apa nggak? dulu mama sering ngelakuin gitu kalau gue lagi panas. Makanya gue juga gitu ke elo, kalau cuma pake tangan biasanya kurang akurat."

Yuki berdehem mendengar penuturan Al yang tak masuk akal itu.

"Tapi ya gak sama gue juga elo kayak gitu. Inget ya, kita ini belum muhrim."

Al terperangah mendengar penuturan Yuki, belum muhrim?

"Berarti nanti ada kemungkinan kalau kita bisa muhrim donk?" Al menyipitkan matanya, sambil tersenyum genit ke arah Yuki dan membuat Yuki salang tingkah.

"In your dream mister!" Yuki berlalu dari kasurnya menuju kamar mandi, meninggalkan Al yang geleng-geleng kepala.

"Yuki, Yuki, elo itu pasti juga ada rasa sama gue."

Di dalam kamar mandi, Yuki tak berhenti meruntuki kebodohannya sendiri.

~~~♥♡♡♡♥~~~

"Kamu yakin mau masuk sekolah?" Jesika yang melihat Prilly merapikan seragamnya menegur dengan lembut. Wajah Prilly masih terlihat sangat pucat, ia khawatir jika anaknya pingsan langi dan merepotkan teman-temannya.

"Yakin bundaku sayang." Prilly tersenyum, menunjukkan giginya yang tersusun rapi.

"Kamu berangkatnya bareng Boy sama Niki aja ya, biar bunda tenang."

"Ih, bunda apaan sih, Prilly gak mau ngerepotin mereka. Prilly naik taksi aja bun, kayak biasanya."

"Tapi, ... bunda khawatir sayang." Jesika mengelus rambut panjang Prilly yang dibiarkan tergerai.

"Bunda gak perlu khawatir, Prilly janji bakalan baik-baik aja." Jesika tersenyum lembut, membuat Prilly merasa tenang.

Setelah selesai dengan semuanya, Prilly berangkat sekolah naik taksi.

Gadis itu memejamkan matanya, mencoba untuk menetraslisir degup jantungnya, karena, dia masih belum siap jika harus bertemu dengan Ali.

Dalam benaknya ia selalu berfikir, apa yang akan dilakukannya saat bertemu dengan Ali.

Apalagi semalam, Prilly sudah mengambil keputusan kalau dia akan melupakan Ali, dan lagi dia bersyukur karena kontrak itu sudah terputus, jadi Prilly tak perlu repot untuk mencari alasan untuk menjauh dari Ali.

Urusannya dengan Aliant Dei Dirgantara sudah berakhir.

Meskipun dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih memiliki rasa untuk Ali. Dan hatinya pun masih dipenuhi rasa cinta untuk pemuda itu. Tapi, bukankah kesabaran ada habisnya? Harusnya tidak. Prilly hanya sudah lelah, dia ingin hatinya sejenak beristirahat.

Toh Ali dan dirinya itu seperti air dan api, sulit untuk disatukan, jika dipaksakan maka salah satunya akan berkorban, karena, api akan selalu mengalah, kalah karena air, kecuali ada minyak di antara mereka yang membuat air dan api itu hidup berdampingan tanpa ada yang terluka.

Prilly mengembuskan nafasnya teratur, saat matanya sudah melihat gedung SMPursand. Gadis itu meletakkan tangannya di dada, berusaha untuk tetap tenang, dan degup jantungnya bisa berdetak teratur.

Langit di atas sana seakan menghianati perasaannya, dia merasa sendu tapi langit seakan mengejeknya dengan awan yang menggantung bersih, berbentuk gumpalan-gumpalan yang terlihat seperti ombak lautan.

Satu,

Dua,

Tiga,

Prilly mantap keluar dari mobil taksi, dan mencoba untuk berjalan seperti biasa, menatap seperti biasa, dan bersikap seperti biasa.

Wajahnya menampakan senyuman, senyum palsu yang bahkan mampu membuat orang disekitarnya merasa jika Prilly sedang dalam keadaan baik-baik saja seperti biasa.

Beberapa murid perempuan menatap Prilly sambil berbisik, mungkin mereka sudah tahu jika Prilly ditolak mentah-mentah cintanya oleh Ali. Prilly susah payah menulikan telinganya saat suara-suara itu seperti kumpulan drumband yang berjalan beriringan menyuarakan lagu nasional Maju tak Gentar.

Sesampainya di dalam kelas, Prilly mengembuskan nafas lega.

"Hei, kakak ipar." Suara Boy yang tiba-tiba menyentak telinga Prilly membuatnya berjingkat.

"Sejak kapan gue punya adik yang nikah sama loe." Ucap Prilly sambil mengelua dadanya.

"Loe lupa? Niki itu kan, ..."

"Stop!" Prilly menyela ucapan Boy dengan tangan yang membekap mulut pemuda berkacamata itu.

"Gue udah tau, dan gak usah diperjelas. Gue heran kenapa Niki bisa cinta mati sama loe,"

"Hmm.. hmmmm... hmmm."

"Loe udah gila ya? Ngomong kok gak jelas gitu"

Boy menunjuk-nunjuk tangan Prilly yang membekap mulutnya.

"Owh, iyah dink, sori."

"Huuaa, ... gila ni kakak ipar, kalau gue mati sesek nafas gimana? Sadis loe Prill."

"Stop! Panggil gue kakak ipar, gue sama Niki itu masih tuaan Niki." Prilly mendesah, kedua tangannya terlipat di dada dan bibirnya cemberut lucu.

"Gimana sih ini anak, Niki itu anaknya adik bunda loe, secara gak langsunb loe pernah tua, karena menurut silsilah keluarga, elo sama Niki itu saudara sep..."

"Stop gue bilang! Gue udah ngerti, udah faham juga, gak usah dijelasin. Ergh! Makin suram hari gue." Prilly tak sanggup lagi, kepalanya terjatuh ke meja berbantal lengan. Ini belum ada 5 jam ia meninggalkan rumah tapi ia merasa harinya begitu berat.

Boy yang melihat Prilly berpura-pura kuat hanya bisa menggelengkan kepala.

"Prill, ... " Boy mencolek pundak Prilly

"Pergi loe, gue lagi gak pingin di ganggu." Prilly masih setia dengan kepala yang terbenam dilipatan tangannya.

"Jiah, jangan gini donk, eh, loe tau gak jam pertama kita kosong loh, yuk ke ruang latihan."

Perlahan Prilly mulai menoleh ke arah Boy masih dengan kepala yang menempel di tangan.

"Sumpah loe!" Boy tersenyum, matanya yang tak terlalu lebar, membuat garis lengkung yang lucu.

Prilly berjingkat bahagia, kemudian menarik tangan Boy dan segera meninggalkan kelas.

Di depan kelas, Prilly yang melihat Yuki langsung menarik tangannya dan berjalan dengan riang menuju ke ruang latihan.

Yuki yang kaget berusaha bertanya kepada Boy melalui bahasa mata, Boy yang mengerti hanya mengdendikan bahu sambil tersenyum.

"Kita mau latihan apa ini?" Prilly meletakkan kedua tangannya di pinggang, sambil menatap ke arah alat musik yang tergeletak rapi.

Yuki dan Boy hanya saling pandang, mereka tahu Prilly sedang berpura-pura bahagia.

Boy menuju ke drum yang biasa ia pakai, dan Yuki meraih cellonya, Prilly menatap mereka dengan tersenyum, kemudian meraih biolanya.

Yuki mengawali dawainya, Prilly dan Boy yang mengerti memgangguk mengikuti.

Instrumen milik Clocks and Clouds Pierce the Night, mengalun merdu.

Hentakan disetiap nadanya membuat Prilly bersemangat, sejenak dia melupakan beban masalahnya. Musik selalu membuat siapa saja merasa melupakan siapa dia, seperto sihir, musik mampu membuat siapa saja tersihir dengan pesonanya.

Dibalik pintu, Ali hanya bisa memandang. Dilihatnya Prilly saat bermain biola, gadis itu selalu punya aura tersendiri saat bermain musik. Dalam hatinya ada perasaan getir teramat sangat. Dia tahu jika ucapannya kemarin membuat gadis pasti merasa tersakiti.

Ali tersentak saat ia merasa pundaknya di tepuk dari belakang, matanya membulat, kala yang dilihatnya Nikita tersenyum tulus ke arahnya.

Niki memberikan kode Ali untuk mengikutinya. Ali hanya bisa mengekor dari belakang Niki. Perasaannya tak karuan sekarang.

"Gue mau minta maaf Li." Niki menjatuhkan pantatnya di birai dekat pohon mangga di taman.

"Maaf buat apa? Kamu gak salah kok minta maaf." Ali mencoba untuk tetap tenang, dia tak ada niat untuk duduk.

"Maaf udah nyakitin hati elo."

Ali mendesah pelan, kemudian menatap dengan senyum ke arah Niki.

"Harusnya aku yang minta maaf karena selama dua tahun selalu mengganggumu dengan tingkah konyolku." Niki tersenyum lega, rupanya Ali sudah bisa menerima kenyataan, tapi? Kenapa secepat ini.

"Elo tau Li, gue sama Prilly ternyata saudara loh," Ali membulatkan matanya tak percaya, "gue juga baru tahu kemarin pas Prilly pinsan."

Apa Prilly pinsan? Pasti gara-gara gue, Batin Ali menyesali perbuatannya yang jauh dari kata gentlemen.

"Elo jahat banget sih Li, nyakitin perasa Prilly kayak gitu, padahal Prilly sayangnya tulus loh sama kamu."

Ali tak bergeming, ia masih bermain dengan fikirannya.

"Gue udah nemenuin bahagia gue Li, jadi perasaan loe yang pingin buat gue bahagia itu udah selesai, gue bukan lagi tanggungan loe, ada yang lebih berhak ngedapatin semua itu Li, dan orang itu bukan gue. Gue harap, elo bisa buka hati loe buat orang lain, sebelum orang itu pergi dari hidup loe dan ngebuat loe nyesal nantinya." Kalimat terakhir Niki seakan menyentak otak dan perasaan Ali.

Bagimana jika Prilly berpaling dari gue dan gue nyesel

Prilly ninggalin gue dan gue nyesel.

Ali menatap Niki tak percaya, sedang gadis itu sudah berlalu pergi, yang Ali lihat hanya tangan Niki yang terlipat di punggung.

~~~♥♡♡♡♥~~~

Untuk kesekian kalinya Prilly mendecak, ia sungguh benci musim hujan, di saat sekolah usai hujan itu selalu mengejeknya.

Boy dan Niki sudah pulang sejak tadi, Yuki pun sama, seandainya ia tak berlama-lama di perpustakaan untuk mengerjakan tugas sekolah, ia pasti juga sudah berada di rumah sekarang.

"Mau sampe kapan gue nunggu disini." Gerutunya sambil menatap jam di pergelangan tangannya.

Pukul 4.50 pm.

"Mana sepi banget lagi," Prilly celingukan melihat sekitar tempatnya berdiri, sepi, semua murid sudah pulang kerumah mereka, mungkin masih ada beberapa murid berada di ruang musik.

"Eh kuper, ngapain loe berdiri disini?"

Deght..

Prilly menahan nafasnya, saat mendengar seseorang yang ia kenal berada tepag di sampingnya. Gadis itu mengumpat dalam hati, dan menyesali keberadaan ali yang ada disampingnya.

"Selain kuper, elo budeg ya ternyata." Ali menatap Prilly dengan tatapan tajamnya, membuat Prilly seketika menunduk dan menelan ludahnya.

Gadis itu sudah tak bisa berlama-lama di tempat ini, rasa sesak di hatinya masih belum sembuh, dan pemuda Ini datang seakan dia tak melakukan apa-apa.

Prilly sudah bersiap untuk berjalan menerjang hujan, tapi tangan Ali bergerak lebih cepat mencekal tangannya, hingga membuat tubuh Prilly tertarik dan membentur dada bidang Ali.

Prilly tertegun, saat manik mata hazelnya sejajar lurus dengan manik mata hitam milik Ali.

Dan mereka merasa dunia seakan berhenti berputar, bunga-bunga warna warni berjatuhan mengiringi dunia mereka, bahkan suara hujan seakan menandungkan lagu bahagia yang membuat perasaan mereka terasa nyata.

***

Ingat tinggalkan jejak kalian, yang vote tanpa komen silahkan, yang mau komen tanpa vote juga silahkan, atau, yang mau vote dan koment silahkan *mata berbinar bahagia.

Buat para silent riders, terimakasih kalian masih setia.

Terimakasih pokonya

Continuă lectura

O să-ți placă și

56.7K 8.4K 20
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
45.3K 5.1K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
164K 22K 30
start : 11/02/24 end : 05/05/24 plagiat menjauh cok! hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 26.
MPREG NCT De ola

Fanfiction

69.6K 909 5
ONESHOOT!! request? dm! kumpulan oneshot nct, mpreg alias cowok hamil sampai proses melahirkan. 21+ dosa ditanggung masing-masing xoxo.