Apology

Door farvidkar

187K 14.3K 217

Daryl selalu bersikap berlebihan pada gadis itu, dia membenci gadis itu tetapi dia tak ingin gadis itu jauh-j... Meer

PROLOG
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
EPILOG

8

5.9K 525 13
Door farvidkar

Hari ini Rachel terpaksa membolos kuliah karena diculik oleh pria brengsek yang tinggal seatap dengannya. Rachel tak tahu kearah mana mobil mewah ini bergerak.

"Jangan merengut terus. Bibir kamu bisa monyong" Daryl berusaha memperbaiki suasana. Ia tidak sedang membuat lelucon, karena nadanya terdengar seperti sebuah perintah.

"Kamu mau bawa saya kemana sih? Saya masih ada kuliah" tanya Rachel yang sudah mulai dongkol.

"Dan bertemu si ass itu? jangan harap"

"Okay. Jangan pernah menyebut nama orang dengan kata ass kalau kamu sendiri juga asshole" Rachel berkomentar. Daryl seperti menelan batu tanpa dikunyahnya lebih dulu.

Berani-beraninya anak ini mengatainya. Daryl berusaha bersabar dan menahan amarahnya. Dia harus tenang agar dia tidak mencium mulut tajam itu sampai berdarah.

"Kapan kamu mau mutusin dia?" Rachel memutar bola matanya dengan malas. Daryl masih sibuk mengemudikan mobilnya.

"Saat negera api menyerang" setelah itu Daryl tertawa terpingkal-pingkal. Ia tak tahu kalau Rachel bisa bercanda.

"Bisa diam gak?" Daryl masih terus tertawa. Tangan kanannya memegang setir, sedangkan tangan kirinya memegang perutnya yang sakit akibat tertawa terlalu keras.

"Saya gak tahu kamu punya selera humor"

"Saya juga gak tahu kamu bisa ketawa"

Akhirnya Daryl terdiam. Dia sadar sudah berapa lama dia tidak tertawa lepas seperti ini.

Di rumah, dia akan memasang wajah tegang dan kaku. Di kantor, dia akan memasang wajah tegas dan berwibawa. Semuanya seperti telah diatur dengan baik.

"Jadi, kapan?" Daryl mengulangi pertanyaannya.

"Nggak akan," kata Rachel terpotong, kemudian dia melanjutkan, "I will be married to him".

Daryl mengerem mendadak. Dia shock dan tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Say what?"

"I'm gonna marry him" tanpa Daryl sadari, tangannya sudah terkepal di setir hingga merah.

"Kamu masih dua puluh satu tahun" kata Daryl. Saat ini ada getaran panas di dadanya. Ia merasa tertusuk-tusuk jarum dan rasanya ingin marah-marah.

"Dan setelah saya lulus kuliah, saya akan meminta dia untuk menikahiku"

Rachel kaget dengan apa yang meluncur dari mulutnya. Ia hanya asal bicara.

Dia juga tidak pernah berpikir untuk menikahi Baril. Bahkan memikirkan satu kata terkutuk itu saja tidak pernah.

"Tinn.. Tinn" Daryl kembali melajukan mobilnya akibat bunyi klakson tak sabaran dari arah belakang.

"Terserah apa keinginanmu, yang jelas kamu tidak akan menikah dengannya"

Selama perjalanan itu Rachel tertidur hingga dia terbangun saat mereka sudah tiba di daerah Bandung Selatan. Rachel membuka mata dengan berat karena ia sudah tertidur cukup lama.

"Bau belerang" gumam gadis itu, ia segera menyambar masker yang ada di dalam tas selempangnya.

"Kamu gak suka bau belerang?" Rachel baru sadar akan keberadaan Daryl di sebelahnya. Pria itu sedang tiduran di atas kursi pengemudi dengan kursi yang direbahkan ke belakang.

"I think so. Hanya saja sekarang baunya terlalu tajam" jelas gadis itu. Ia sedikit pusing di perjalanan dan tambah pusing lagi dengan bau menyengat ini.

"Ayo turun, saya sudah 30 menit nungguin kamu bangun"

Daryl turun dari mobilnya dengan pakaian yang berbeda. Rachel ingat Daryl memakai kemeja kantor saat kesini, bukannya kaos oblong warna putih dengan jaket bisbol bertuliskan Yankees.

"Kapan kamu ganti baju?" tanya Rachel saat ia turun dari mobil.

"Barusan," Rachel mengerutkan keningnya.

"di mobil" lanjut Daryl. Mata gadis itu langsung melotot.

"And your pants too?" tanya gadis itu lagi dan dijawab dengan satu anggukan kepala oleh Daryl.

"What the?! Apa kamu gak malu sama saya? Gimana kalau saya bangun dan lihat kamu telanjang?!" Rachel menatap pria itu dengan horror.

"Saya juga akan balik menelanjangimu. Jadi kita impas, kamu lihat saya telanjang dan saya juga lihat kamu telanjang" kata Daryl cuek kemudian berjalan ke arah bangunan kayu yang tak jauh dari parkiran.

"Asshole" desis Rachel.

"Simpan kata-kata burukmu setelah kamu ikut saya ke sana" kata Daryl setengah berteriak. Rachel tak tahu kalau pria itu memiliki telinga yang tajam.

Tempat ini tak terlalu ramai di hari Senin. Rachel mengedarkan pandangannya dan menemukan tulisan 'Kawah Putih'. Dia pernah mendengar nama itu di televisi.

Rachel mengekori Daryl agar tidak tersesat. Baru kali ini ia mengunjungi tempat wisata yang jauh dari Jakarta.

Mata gadis itu menatap sepasang kekasih yang sedang melakukan foto pre- wedding. Sang gadis menyentuh bahu sang pria dengan tangan pria itu memeluk erak pinggang sang gadis.

"Kamu sudah pernah kesini?" Daryl menatap Rachel kemudian menggeleng. Pria itu melanjutkan langkahnya hingga ia berada di bawah dan tak jauh dari danau yang airnya berubah menjadi putih.

Rachel menatap sekelilingnya. Tebing curam dengan pohon-pohon yang hanya tinggal sedikit. Gadis itu berhenti berjalan, kemudian ia berjongkok untuk mengecek kakinya yang terasa perih.

"Aish.." gadis itu meringis saat tangannya menyentuh kakinya yang sudah lecet karena dipaksa berjalan jauh menggunakan flat-shoes.

"Kaki kamu kenapa?" tanya Daryl. Rachel kaget dan menjauhkan wajahnya dari wajah Daryl yang hanya berjarak 10 senti.

"Lecet, soalnya saya pakai flat-shoes" jelas Rachel. Gadis itu sedikit rishi saat kakinya disentuh Daryl.

"Coba saya lihat kaki yang satunya" Rachel melepaskan flat-shoes yang dipakainya.

"Akh.. pelan-pelan" ringis gadis itu.

Tanpa aba-aba Daryl mengangkat sepasang flat-shoes itu kemudian dia juga mengambil tas selempang Rachel dan menyampirkannya ke lehernya.

"Naik"

"Hah?"

"Naik ke punggung, cepat" Rachel menatap Daryl yang sudah memposisikan punggungnya agak rendah.

Rachel naik ke punggung Daryl dengan ragu. Ia bisa merasakan betapa kekarnya pria itu. Punggung Daryl yang besar membuatnya nyaman berada disana, apalagi jika berada dipelukannya.

Rachel langsung menggeleng dan membuang jauh-jauh pikiran kotor itu. Jangan sampai ia mengharapkan sesuatu yang lebih pada pria itu.

Mereka menyusuri tanjakan dan turunan dalam diam. Rachel berusaha membuang pikiran-pikiran kotor yang berseliweran di otaknya. Dan Daryl berusaha meluruskan logikanya agar tidak berbuat yang macam-macam pada gadis itu.

Kicauan burung membuat perjalanan mereka terasa aneh. Keduanya merasa damai dengan pemandangan yang ada. Mereka terbawa suasana 'romantis' kawah putih dan melupakan semua pertengkaran yang ada.

"Sampai" Daryl membuyarkan lamunan Rachel. Gadis itu segera turun dari punggung Daryl dan segera memakai flat-shoes yang sudah di letakkan di bawah oleh pria itu.

"Kamu masih bisa jalan ke sana kan?" Rachel mengikuti arah telunjuk pria itu. Ia menatap hamparan pasir putih yang ada di pinggiran kawah.

Rachel mengangguk. Mereka berdua berjalan beriringan. Rachel menatap kakinya dan kaki Daryl secara bergantian.

Kini Rachel sadar bagaimana lambannya dia jika disuruh berlomba lari. Walaupun Rachel memiliki tinggi 168 sentimeter, ia tak cukup mengimbangi Daryl yang tingginya 182 sentimeter.

Wajah kebule-bulean Daryl mengundang tatapan beberapa orang yang juga ada di tempat itu. Rachel menyadari apa yang membuat mereka begitu terpanah melihat Daryl. Mata coklat, hidung mancung, rahang tegas, semuanya membuat kaum wanita akan meleleh.

"Beautiful.." gumam Rachel. Daryl menatap gadis itu dengan dahi berkerut.

"Pemandangannya indah sekali"

"Oh" Daryl mengangguk dan kembali melemparkan pandangannya.

Mereka berdiri tepat di tepi kawah. Airnya berwarna biru dan permukaannya tertutupi kabut.

Rachel menggigit bibirnya yang memucat. Pakaian gadis itu tak cukup tebal untuk membungkus kulitnya. Rachel berhenti dan mengusap-ngusap tangannya serta pipinya secara bergantian.

"Kamu kedinginan?" Rachel mengangguk.

Roh apa yang merasuki Daryl, pria itu tiba-tiba memeluk Rachel dari belakang, bukan memeluk, tetapi ia membungkus tubuh Rachel dengan jaket yang juga dikenakannya.

Rachel merasakan dada bidang Daryl menempel di punggungnya. Ia juga merasakan detak jantung pria itu yang semakin cepat, sama seperti detak jantungnya. Bahkan Rachel dapat merasakan hembusan nafas pria itu di telinganya.

"Saya suka aroma kamu, bau bunga lily" gadis itu hampir saja berteriak saat Daryl mencoba menghirup udara dalam-dalam tepat di lehernya.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

274K 23.8K 74
Completed | Teenfiction-romance comedy [Private acak. Follow dulu sebelum baca] ❝𝙏𝙝𝙚 𝙩𝙞𝙢𝙚 𝙬𝙝𝙚𝙣 𝙞'𝙢 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙨𝙚𝙚𝙞𝙣𝙜 𝙝𝙪𝙢𝙖𝙣𝙨 𝙣...
3.3K 407 23
Judul sebelumnya --> DI BALIK LINTASAN Mungkin sebagian orang berpikir menjadi kekasih pembalap kelas dunia adalah suatu keberuntungan. Nyatanya tida...
48.9K 3.4K 55
Gara-gara postingan Instagram seniornya yang menunjukkan kemesraan usai sidang skripsi, Keviansyah Elvano Putra atau akrab disapa Kevin mendadak iri...
11.4K 1.4K 34
Tiga tahun mengenyam hubungan yang tidak sehat dengan pacarnya, Rachel memilih untuk tetap bungkam. Sebab ia tahu, mengutarakan semua keresahannya ta...