زوجتي( Zaujatii)

By HaMidori

362K 18.9K 897

Zaujatii.. Senja memerah diufuk bumi tidak lebih indah dari cantiknya rona di wajahmu.. Seperti sejuknya desi... More

Tiga Bulan
Gadis berjilbab Merah Maron
Sebuah Surat
Mimpi
Harapan
Kalimat Luar Biasa
Suamiku
Sebaik-baik kalian...
KehendakNya
Masa Lalu
Untukmu Doaku Istriku
Sebuah Anugrah
Untukmu Anakku
Wanitaku
Istri untuk Suamiku
Hati dan Jasadku
Pernikahan Kedua
Abdullah, Anakku...
Merindukanmu
Doa Dua Wanita
Sah !
A
Rumah Lain
Hawa
Bersamamu Bahagiaku
Bukan 'Aisyah
Kencan Halal
Cobaan (Takdir)
Cinta karenaNya
Dua Anugerah
'Aisyahku
Sentuhan dan Air mata
Mencintaimu, sesungguhku...
Syairku, disisimu
Takdir Indahku
Si Kembar, Ibnu Adam..

Permohonan

7.7K 431 18
By HaMidori

(Syair)

Gadis itu di sini, kembali di sisi pemilik hatinya..

Helaian cadarnya sembunyikan raut manisnya namun resahku masih menjamah seberkas rasanya, masih tersisa..

Namun Rajaku bukanlah Cassanova pemilik kerupawanan, hatinya sederhana dalam mencinta lalu hanya wanita halal saja terjaga di kalbunya..

Hawa menatap bisu Salma yang juga menatapnya, hati dua wanita itu tidak dipungkiri menyimpan duka atas musibah yang menimpa pria pengisi hati mereka. Perlahan gadis yang kini telah bercadar itu mendekat, memeluk erat tubuh lemah Salma dengan linangan air mata tanpa kata.

"Kenapa Mas membiarkan wanita cantik ini menangis pilu? Bukankah Mas sangat mencintainya? Sekarang sadarlah!! Hawa mohon Sadarlah Mas!!!" Hawa tiba-tiba menatap ke arah tubuh Adam, membentak keras Adam hingga membuat Salma dan Windy terperangah.

"Cukup! Apa yang Anty lakukan?!" Windy merasa marah dan kesal, mencoba menjauhkan Hawa dari sisi suaminya.

"Hawa membenci Mas!! Sangat membencimu Mas!!" Hawa kini membentak dalam tangisnya, membuat Salma meraihnya ke dalam pelukannya.

"Ini Ujian Hawa, Istighfar!" Pinta Salma lembut mengingatkan sembari terus memeluk sepupu suaminya itu.

Setelah Hawa tenang, Salma memberikan segelas air mineral kepadanya.

Hawa menatap Salma dan memegang wajah kusut wanita di sampingnya.

"Kenapa pria itu tega membawa serta senyum hangat di wajah Mbak?" Tanya Hawa dengan tatapan sendunya namun Salma hanya tersenyum.

"Ada sesuatu yang terasa hampa di sini (memegang dada), Ujian ini menghempaskan Mbak pada dasar kehinaan atas pernyataan cinta yang selama ini Mbak fikir jujur karena Allah, ikhlas karena Allah namun kegilaan menjadi pilihan tepat saat memikirkan Mbak harus kehilangan Mas Adam. Benar-benar tidak siap." Jelas Salma menatap kosong wajah suaminya.

"Mbak..." Hawa memegang lembut pundak Salma.

"Rasa cinta di hati yang telah menenggelamkan kita terlalu dalam, kita yang tidak bisa hidup tanpanya, kita yang mencintainya lebih dari siapa pun bahkan diri sendiri. Itulah yang membuat kita membayangkan kehilangannya saja menyesakkan dada. Begitu berartinya Salma dihati Mas Adam, dan sebaliknya pula. " Jelas Windy tulus sembari tersenyum menghapus air matanya.

Bersamaan Salma dan Hawa menatap wanita yang kini berdiri sejajar dengan mereka disisi Adam.

"Saya sudah memikirkannya dan saya sadar bahwa seharusnya memang tidak ada orang lain di antara kalian, cinta kalian berdua." Jelas Windy menahan buliran air matanya.

"Mbak jangan bicara seperti itu, kita mempunyai hak yang sama dari mas Adam, karena kita berdua adalah istrinya." Salma mendekati Windy dan menatap memelas pada madunya itu.

“Tidak untuk cinta. Seperti halnya Rasullallah yang begitu setia saat hanya beristrikan Khadijah, dan begitu mencintai ‘Aisyah sepeninggal Khadijah saat ada istri-istri yang lain disisinya. Begitu juga Mbak Windy yang tidak bisa memaksa apa yang Allah tetapkan ada di hati Mas Adam atas kadar cinta itu.” Sambung Hawa dengan tenangnya tanpa memandang kedua wanita itu. “Sejak awal pertama Mbak Windy menerima lamaran itu, sejak itu pula seharusnya Mbak Windy tau posisi Mbak di hati Mas Adam.” Jelas Hawa masih dengan tenangnya, membuat Salma merasa canggung.

" ‘Afwan, bukankah tidak seharusnya kita membahas hal seperti ini saat kondisi Mas Adam seperti ini?!” Tegur Salma lembut.

Windy dengan linangan air matanya beranjak keluar, di susul Hawa.

Hawa mendekati Windy dan duduk di sampingnya sembari memberi sebotol air mineral.

"Apa pesona Mas Adam tidak cukup kuat untuk membuat Mbak jatuh cinta padanya? sedang Ana harus mengubur harapan dan khayalan untuk bisa menjadi istrinya, Karena nyatanya Ana bukan wanita yang terpilih untuk bisa menjadi makmumnya." Jelas Hawa tersenyum acuh saat Windy menatapnya kaget. Sebuah pernyataan yang cukup memercik sedikit cemburu di hati.

"Mungkin akan tiba saatnya di mana kita harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena kita terlarang untuk mencintainya melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya." Ujar Windy bijak pada Hawa. "Setiap melihat Mas Adam memaksakan dirinya untuk berada disisi saya, sakit rasanya. Beliau banyak diam dan melamun walau sehangat apa pun saya berusaha memperlakukan dan berkhidmat padanya. Terkadang ada rasa ingin menyerah dan menyudahi semua. Namun...” Windy terlihat ragu melanjutkan.

“Buk...buk...” Terlihat seorang Perawat memanggil keras, membuat Windy dan Hawa bersegera ke kamar Rawat Adam.

Terlihat Salma tidak sadarkan diri terjatuh di lantai. Melihat itu, kedua wanita pun menjadi begitu panik. Menunggu lama untuk hasil pemeriksaan atas kondisi Salma.

"Perwakilan Ibu Salma?" Seorang Dokter berjilbab putih menatap ke arah dua wanita bercadar itu. Windy pun segera beranjak mengikuti langkah kaki dokter umum itu.

"Bagaimana kondisinya Dok?" Tanya Windy dengan siratan kekhawatirannya.

"Pasien sedang dalam kondisi hamil dan seharusnya tidak boleh kelelahan karena itu akan berdampak buruk pada kehamilannya yang masih sangat muda."

Degg...

Air mata Windy menetes perlahan, lafaz hamdalah terucap berulang dari bibirnya. Dengan cepat, wanita bermata cantik itu keluar untuk melihat kondisi Salma langsung, diikuti pula Hawa.

Windy langsung memeluk erat Salma yang tengah ingin beranjak dari baringnya.

"Alhamdulillah." Puji Windy dengan keharuannya, Salma hanya terdiam menanggapi pelukan hangat madunya itu karena fikirannya masih terfokus pada ucapan Windy sebelum ketidaksadaran dirinya.

"Bukankah pernikahan itu adalah janji besar di hadapan Rabb? Ana ingin mempertanyakan ucapan Mbak yang tadi ?" Sindir Salma belum mengetahui kondisi dirinya dan itu membuat Windy terdiam lama, duduk di samping wanita dengan wajah lesu itu.

“Apa Mbak merasa keberatan dengan sikap Mas Adam dalam pernikahan Mbak dengannya? Semua bisa di bicarakan Mbak dan..” Bujuk Salma khawatir. “Kenapa Mbak berfikir tidak seharusnya ada di antara hubungan kami berdua?”

“Kita bicarakan itu nanti, karena ada hal yang lebih penting.” Sanggah Windy.

 "Tolong Mbak jangan bicara aneh tentang kehadiran Mbak di kehidupan kami, Mbak telah melengkapi kehidupan pernikahan kami.”

“Lalu apa yang membuat Anty memilih saya dan bukan wanita lain, seperti Hawa misalnya?!” Tanya Windy dengan tatapan seriusnya.

Salma terdiam lama.

“Karena kondisi Mbak, si kecil yang kehilangan Abinya tepat di depan mata kami. Kondisi kemualafan Mbak yang masih tidak diterima keluarga Mbak sedang saat itu Mbak tidak lagi memiliki suami yang akan menguatkan Mbak dan...dan hati saya yang yakin untuk memilih Mbak sebagai sahabat dan saudari yang akan bisa membahagiakan Mas Adam bersama.” Jelas panjang Salma dengan mata berkaca-kaca.

Windy tertegun lama dengan setetes air mata yang membasahi pipinya saat mendengar alasan mulia wanita itu. Rasa kagum itu semakin membuat Windy tidak pantas jika disandingkan dengan istri pertama Adam itu, Windy semakin tau jelas alasan Adam menjadi begitu mencintai wanita itu, dengan segala kebaikan dan kehangatan hatinya di samping anugerah kecantikan fisiknya.

“Lalu kenapa Mbak menerima Lamaran kami jika Mbak merasa tidak yakin atas itu?” Tanya balik Salma dengan senyum tenangnya.

Windy terdiam lama..

“Saya mengaguminya. Sosoknya yang bijaksana, menundukkan pandangan saat tidak sengaja bertemu pandang dan cintanya untuk anty yang membuat saya tau bahwa beliau adalah sosok yang bisa memuliakan wanita disisinya.” Balas Windy menunduk menahan rasa malunya.

“Yah, semua benar memang ada pada diri Mas Adam. Jadi penilaian Mbak tidak salah masyaAllah. Kita yang merasa beruntung bisa menjadi bagian dari kehidupannya, istrinya.” Balas Salma dengan mata berbinar penuh kekaguman.

“Dan karena itulah mas Adam, pria berhati lembut itu memiliki hati yang sempit untuk dibagi pada banyak wanita. Dan saya fikir saya bisa menanggungnya, bisa menerima cinta yang sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali asal bisa bersamanya, memilikinya. Namun saya salah! Bisakah anty bayangkan perasaan seorang istri saat memikirkan harus tertepikan di hati suaminya?" Jelas Windy dengan tangannya yang sedikit bergetar. “ Sudah cukup sebenarnya sebagai contoh rumah tangga Rasulullah bersama para istrinya. Bagaimana kedudukan 'Aisyah dibanding istrinya yang lain. Bagaimana lebihnya 'Aisyah dihati Rasulullah dibanding yang lain, namun Hati ini tidak sebersih dan setakwa hati para wanita terbaik itu. Dan..."Windy memegang lembut tangan Salma sembari menghapus tetesan air mata dari pipi pucat madunya itu.

"Tolong jangan pernah berfikir khulu’ atau apapun Mbak! Tolong tetaplah disisi Mas Adam!! Tolong Mbak. Ini permohonan pertama dan terakhir saya atas Mbak." Pinta Salma menghiba namun Windy hanya tersenyum sendu, hatinya seperti sudah yakin atas keputusan ini. “ Apakah tidak cukup menjadi ancaman sabda Rasulululloh“Perempuan (istri) mana saja yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang diperkenankan, maka haram baginya mencium wangi surga. ”?? Seorang istri yang salihah tidak akan bermudah-mudah meminta cerai hanya karena suatu alasan mengada-ada!" Salma tidak mampu lagi menahan kekhawatirannya, memegang erat jemari Windy.

"Dan jika pun pernikahan ini di teruskan, mampukah Anty memastikan mashlahat bagi agama saya dan Mas Adam? Allah jadikan fitroh bagi kaum pria mencintai wewangian dan wanita, tapi apakah di wajibkan mencintai lebih dari satu wanita?.”

“Apa ini soal Mas Adam belum bermalam dengan Mbak? Bukankah kalian masih butuh waktu untuk itu? Mas Adam telah menjelaskannya. “

Windy tersenyum tenang. Menatap dalam mata Salma dan beranjak perlahan.

“Saya ridho atas masalah itu sampai Mas Adam siap.”

(Catatan: Khulu' adalah dimana Istri melepaskan diri dari suaminya karena keinginan si istri, dengan memberi iwadh/semacam tebusan, kepada suaminya.

Khulu’ ini diperbolehkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah ketika ada sebab.

Dalam al-Qur’an, kita dapati penyebutannya dalam ayat berikut.

“Jika kalian khawatir keduanya (suami istri tersebut) tidak dapat menegakkan batasan-batasan atau hukum-hukum Allah, tidak ada

dosa bagi keduanya terhadap tebusan yang diberikan istri kepada suaminya.” (al-Baqarah: 229)

Adapun dalam as-Sunnah, pada hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma , beliau

menceritakan, Istri Tsabit bin Qais bin Syammas radhiallahu

‘anha datang ke hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidaklah mencela Tsabit pada

agama dan tidak pula pada akhlaknya. Akan

tetapi, aku khawatir jatuh dalam

kekufuran.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Apakah kamu bersedia

mengembalikan kebunnya kepadanya?” Si wanita menjawab, “Ya.” Dia pun mengembalikan kebun yang dimaksud. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam memerintahkan Tsabit radhiallahu ‘anhu untuk melepaskannya. (HR. al-Bukhari )

Dalam kasus khulu’, tebusan yang diberikan oleh si istri boleh diterima oleh si suami. Hanya saja dengan syarat khulu’ terjadi karena keinginan istri, bukan karena ada tindakan suami yang menyakiti dan memudaratkannya hingga istri terpaksa menebus dirinya agar terlepas dari suaminya yang zalim dan tidak mencintainya. Bila seperti ini, khulu’ tidak sah. (al-Mulakhkhash al-Fiqhi , Syaikh Shalih al-Fauzan, 2/320)

Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah berkata, “Bila suami menyusahkan istrinya

dan memudaratkannya dengan pukulan, menyempitkannya, menahan hak-haknya

berupa nafkah, pembagian giliran (bila suami punya istri yang lain), dan semisalnya; dengan tujuan agar si istri menebus dirinya dan si istri memang melakukannya, maka khulu’ seperti ini batil dan tebusan yang diberikan tertolak.”

Pensyariatan iwadh /tebusan dari istri memiliki hikmah yang agung. Di antaranya menjaga hak-hak para lelaki, menjaga keutuhan keluarga; karena istri tidak bermudah-mudah minta khulu’ disebabkan ada konsekuensinya, yaitu mengembalikan pemberian suami. Seandainya khulu’ diperbolehkan tanpa iwadh, niscaya banyak wanita bersegera melakukannya walau karena permasalahan yang kecil yang terjadi antara dia dengan suami.

Kata Syaikh Shalih bin Fauzan al-

Fauzan hafizhahullah, “Khulu’ hukumnya mubah (dibolehkan) bila terkumpul sebab- sebabnya yang diisyaratkan dalam ayat yang

mulia. Yaitu kekhawatiran sepasang suami istri bila keduanya mempertahankan

pernikahan, niscaya keduanya tidak dapat menegakkan hudud /batasan yang Allah ‘azza

wa jalla tetapkan. Bila tidak ada kebutuhan untuk khulu’, maka dibenci, bahkan haram

menurut sebagian ulama berdasar hadits Tsauban radhiallahu ‘anhu ,

“Perempuan (istri) mana saja yang meminta cerai dari suaminya tanpa alasan yang diperkenankan, maka haram baginya mencium wangi surga. ” (Hadits ini

dikeluarkan oleh Abu Dawud no. 2226, at-Tirmidzi no. 1187)

Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Kedatangan

berita yang berisi tarhib (mengancam) istri yang minta cerai dari suaminya, dibawa kepada keadaan yang si istri minta cerai tanpa ada sebab yang menuntut hal tersebut.” (Tuhfah al-Ahwazi, Kitab ath-Thalaq, Bab “Ma Ja’a fi al-Mukhtali’at”)

Seorang istri yang salihah tentunya tidak akan bermudah-mudah meminta cerai hanya

karena suatu alasan yang sepele atau mengada-ada. Dalam berumah tangga dengan suaminya, dia berada di antara sifat syukur dan sabar. Kebaikan dan kelebihan

suaminya dia syukuri. Adapun kekurangan yang diterimanya dalam berumah tangga, dia

sabari. Tidaklah dia jadikan setiap

permasalahan dengan suaminya sebagai alasan untuk minta cerai.)

 



Continue Reading

You'll Also Like

96.6K 2.7K 26
#1 Ijab qobul (25 Juni 2019) #1 wattys2019 ( 19 Desember 2019) Gaun cantik menempel di tubuh gadis itu, ijab qobul akan segera di mulai. Hatinya begi...
223K 18K 48
Jika laki - laki yang baik untuk wanita yang baik, boleh tidak jika dirinya yang jauh dari kata baik ini mendapatkan seorang laki - laki yang baik na...
102K 5.2K 43
UNPUB TAHAP REVISI Brukk "Ya Allah, astagfirullah" siapa ini, ya Allah lindungilah hamba mu ini. "Astagfirullah" aku mulai ke takutan setelah menden...
5.9M 413K 56
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...