How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
03. I'm Here to Pick You Up
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
31. Big News
32. Puffy Eyes
33. Dresses
34. Not So Prom Queen - Part 1
34. Not So Prom Queen - Part 2
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

07. Badass Bitch from Hell

5.4K 491 22
By livelifeloveluke

G W E N

Harry membayar tagihan di Così dan Setelah mengantarku pulang, Harry pergi--hell, mungkin dia pulang. Rumahku bukan rumahnya.

Setelah mengganti baju, aku turun dari kamar dan mengambil kunci mobilku yang ia berikan pada George. Oh, mungkin ini sebabnya ia tidak membiarkan aku berkendara tadi. Disuruh Steven, seperti George kemarin. Kasian sekali keriting, George lebih takut dan patuh padaku.

Hari ini, aku (di)harus(kan) Carmen meminta maaf pada Peter sialan itu. Ini merendahkanku. Gwen Kruger tidak meminta maaf--well, ini lumayan fatal. Aku bisa saja mengirim voice mail atau semacamnya untuk minta maaf.

Aku keluar dari pintu rumah dan berjalan di halaman, menuju tempat mobilku di parkirkan. Ketika aku membuka pintu pengemudi seseorang menyentuh bahuku.

Damn, it's Harry.

"Kau mau kemana?"

"It's not your business."

"Of course it is. Aku berhutang ayahmu program."

"Yang dimulai dua hari lagi," Aku menyelesaikan kalimatnya. Aku dan Harry sepakat memulai programnya hari Senin. Dia berkata secepatnya, tapi aku menolak karena ingin merasakan bebas untuk terakhir kalinya--terdengar seperti aku akan mati.

"Mengemudi adalah pengecualian," ujarnya.

"Oh, jadi kau adalah supirku yang baru? Seiously? What's wrong with people taking me places! I know how to drive, I have a lisence, I have a nice car, I can drive it!" Aku setengah berteriak.

Dia mengabaikanku dan membuka mulutnya, "Kau ingin pergi atau tidak?"

Aku mengangkat kedua tanganku, menyerah, sambil berjalan menuju kursi penumpang depan dan membanting pintunya. Ia duduk di kursi pengemudi lalu terkekeh. Mengapa ia selalu terkekeh? Apa ia baru pertama kali datang ke bumi dan melihat manusia se-keren aku?

"Where are we goi--"

"Mount Sinai Hospital."

"Kau sakit?"

"Apa itu konotasi?" Tanyaku sarkastis dan ia terkekeh. "Aku ingin mengunjungi seseorang."

"Alright," ia menghela napas dan sisa perjalanan kami habiskan dengan mendengar radio.

***

Harry berkendara dengan kecepatan sedang dan terlihat sangat terkendali. Setelah kami masuk ke area Mount Sinai Hospital aku langsung turun dan mendapat pesan dari Carmen. Ia memberi tau kamar tempat Peter dirawat. Dan aku berpikir.

Dia hanya jatuh. Well, jatuh dari mobil yang melaju. Kenapa dia dirawat dirumah sakit selama--yang aku tau hanya dua hari, mungkin lebih? Apa dia ganti tulang? Apa aku harus ganti rugi?

Like Carmen said Maybe he's rich. That's how rich people do.

Tapi kau harus tau--katakan aku sombong--walau aku kaya, aku tidak akan belerbihan seperti itu. Atau mungkin karna tak akan ada yang mengunjungiku.

Harry membubarkan lamunanku dengan bertanya, "Kau ingin masuk atau menunggu disini sampai kau diserempet kendaraan lain?"

"Kau," aku menunjuknya, "kau tidak ikut."

"Tentu aku ikut," dia bergegas menuju tempat aku berdiri, "kau tidak bisa melarikan diri," dia menggengam pergelangan tanganku dan menuntunku masuk ke gedung rumah sakit. Dia kira aku bebek?

"Dimana?" Harry bertanya dan aku menunjukan SMS dari Carmen. Ia mengambil i-Phone ku lalu berjalan ke nurse station.

"Hi, can I help you?" Suster muda itu menyapa kami--atau Harry.

"I need to--"

"Excuse me?" Aku memotong Harry.

"We need to--"

"Excuse me?" Aku memotongnya lagi. Oh, wajah Harry konyol, aku ingin tertawa.

"She needs to go to this room," Harry memutar matanya dan menunjukan iPhone ku tadi. Suster itu mendekat untuk melihat. Modus yang bagus.

"Baiklah, akan aku antar," kata suster tadi masih melihati Harry. Ew.

"Tidak, tidak usah. Berikan saja kami arah," aku membantahnya dan dengan itu senyuman suster itu perlahan menghilang. Harry terkekeh. Kau harus melihat bertapa konyolnya wajahmu, nurse.

"Dia hanya bercanda," Harry membuka mulutnya dan senyuman suster genit mengembang lagi. Seketika aku menghadap Harry seolah berkata apa-yang-sebenarnya-kau-lakukan-disini. Sekarang suster itu melihat betapa konyolnya wajahku. Bagus, Styles.

"Revenge," Harry berbisik dan aku memutar mata.

Kami mengikuti suster itu ke lift. Aku dan Harry sejajar di belakang, suster itu di depan kami. Ia memencet tombol 4, lalu berbalik ke kami, "kalian pacaran?"

Aku dan Harry menjelit dan saling menoleh lalu kami berdua menggelengkan kepala. Suster itu tersenyum dan bagiku itu sungguh menjijikan. "Aku juga belum pacaran," suster itu berkedip.

"Nobody asks," jawabku sarkastis, suster itu melihatku kesal dan mengernyitkan hidungnya lalu berbalik. Lucky for her, pintu lift terbuka.

Ketika ia keluar, Harry mendekat ke telingaku dan berbisik, "what's wrong with her?" Aku terkekeh dan kami kembali mengikuti suster genit itu.

Aku mulai mendahului suster itu ketika aku melihat Carmen. Dan ada Helen juga disana. Tampaknya Helen sudah mengerti sekarang.

"Haruskah aku masuk sekarang?" Aku bertanya pada Carmen tapi ia mengabaikanku. "Helen?" ia juga mengabaikanku. "Guys?" Aku melambai tepat di depan mata mereka. Aku memutar mata lalu menghela napas. "First of all--"

"Introduce us!" Mereka berseru.

"What?" Dan yep. Ketika kepala mereka mulai mendongak aku mengerti.

"Hey girls," suara berat Harry menyapa Carmen dan Helen dan dengan itu Carmen dan Helen saling merangkul dan menatapnya berbinar. "Heeeey," suara mereka rendah. Bahkan seperti menangis. Cari pegangan, kawan.

Aku berbalik dan Harry tepat di belakangku, tubuh kami bersentuhan, "Woah, step back," ujarku dan dia menurut. Aku bisa melihat suster genit tadi sudah pergi. "Would you excuse us?" Tanyaku. Lebih seperti memgancam.

"Okay, Miss Kruger," ia berkedip. Lalu berjalan sampai ujung lorong.

"Aaaaa," Helen dan Carmen berjerit dengan suara kecil. Aku melepas rangkulan mereka.

Ada apa dengan orang-orang sakit di rumah sakit?

"Carmen, haruskah aku minta maaf sekarang?" Aku tidak bisa menghindari nada Gwen-yang-sedang-kesal-dengan-temannya.

"Yeah, yeah, yeah," jawab Carmen semangat tapi masih melihati Harry yang aku yakin tidak sedang melihatnya.

"Go, go, go," tambah Helen tepat setelah Carmen mengatakan 'yeah' tiga kali. Aku terdengar seperti Chris Brown.

Aku memutar mata lalu masuk ke kamar tempat Peter di rawat. Ia terbaring di ranjang dengan selimut sampai pinggang. Peter Collins, aku membaca namanya.

"Hey," sapaku.

"Hey," balasnya. Suaranya serak. Dan lemah. Separah itukah?

"Aku benar-benar minta maaf. Yang terjadi hari Selasa," aku mendekat ke arahnya. Entah bagaimana matanya setengah menutup.

"Yeah, you're a badass bitch from hell."

Aku tertawa. Entah mengapa aku menemukan ini lucu. "Thank you?"

"Oh, tidak perlu."

"Sejak kapan kau disini, Peter?"

"Aku pikir kau bahkan tidak peduli siapa namaku."

"Tadinya," sahutku.

"Three we--i mean, days," ia tampak tidak yakin. Mungkin dia bodoh. Atau salah satu sarafnya terputus. Ahaha. Ya ampun Gwen, kau jahat sekali.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku--"

"Kau kira minta maaf dan semua ini selesai?"

"What do you want?"

"I--i..i don't know. Yet. I need your number.

"For what?"

"Contact you. About what i want--what i'll want--yang nanti aku butuhkan. Yang harus kau ganti," ujarnya dan ini membuatku bingung. Ganti rugi? Ketika aku membuka mulut Harry masuk dan ketika ia sendiri masuk ia juga membuka mulut.

"Peter?" Harry terkejut.

"Harry?" Peter nampaknya juga terkejut.

"Gwen?" Aku memutar mataku. Tapi mereka mengabaikanku.

Ada apa dengan orang-orang mengagumi Harry?

"How are you, man? Aku tidak tau kau disini." Harry mendekat.

"Aku juga tidak tau kau disini," balasnya dan mereka tertawa. "Apakah kalian--"

"Oh tidak," Suaraku dan Harry menyatu. "Tidak, tidak," tambah Harry. Baguslah, itu membuat Harry tidak berpikiran aku adalah pacar Peter. Wait. What?

"Dari mana kalian kenal?" Tanya Harry.

Aku ingin membuka mulut tapi Peter memotongnya, "Carmen."

Really? Setauku--Lupakan, untuk apa aku ingat sejarahnya.

"Oh, one of those girls," gumam Harry. Bagus sekarang mereka sudah berkenalan.

Peter sepertinya ingin bicara pada Harry. Jadi aku berusaha untuk keluar. "Tentang nomorku, minta saja pada Carmen," aku berkata pada Peter dan memegang tangannya, "get well soon."

Aku keluar meninggalkan Harry dan Peter berdua. Jangan melakukan apapun hang berbau ke-homo-an, oke. Carmen dan Helen seperti wartawan segera menyeretku dan mendudukan aku ke kursi tunggu. Mereka membungkuk ke arahku.

"Who is him!" Tanya Helen, atau mungkin seru Helen.

"Is he your boyfriend!" Tanya Carmen, atau mungkin seru Carmen.

Ada apa dengan orang-orang menganggap aku dan Harry berpacaran?

"Hell, no!" jawabku.

"Jadi siapa!" Helen berteriak.

"Umm, my driver," aku berbohong. Well, secara harafiah tidak bohong. Dia mengantarku beberapa kali.

"Driver?" Helen terkejut.

"Whatever! Siapa namanya!" Carmen berbicara.

"Carmen, pacarmu ada disini," aku menggodanya dan dia memutar mata.

"Gwen, berhentilah menyembunyikan lelaki seksi," komentar Carmen.

"Bukannya kalian sudah kenalan?"

"Well, kami mengenalkan diri," ujar Helen, "tapi dia segera bergegas mencarimu."

"Really?" Woah, merindukanku begitu banyak, huh, Styles? Ini bahkan belum setengah jam.

"Name!" Mereka berdua berseru.

"Harry," aku bergumam.

"Apa yang dia lakukan disini!"

"Mana aku tau!"

"Kami butuh nomor ponselnya!"

"Berhentilah berteriak!" Aku menarik rambut mereka berdua dan kau tau apa yang mereka teriakan?

"HARRRRRY!"

Aku segera melepasnya rambut mereka, "what the hell?! Ini rumah sakit!"

"Nomor!" Seru mereka. Kenapa mereka kompak sekali hari ini?

"Aku bahkan tidak punya." Aku menyelesaikan kalimat itu dan Harry keluar dari kamar Peter. Carmen dan Helen seketika menegapkan punggung. Seriously? Dia Harry Styles, bukan Prince Harry.

"Kau memanggilku?"

"Tidak," aku berdiri. "Kau sudah selesai?" Harry tidak menjawab justru melihat ke belakangku. Aku menoleh.

Carmen dan Helen sedang melambai ria ke arah Harry.

Aku memutar mata, "Aku anggap itu iya," aku mengenggam tangan Harry dan menuntunnya ke lift, meninggalkan Carmen dan Helen tanpa pamit.

Aku keluar dari gedung Mount Sinai Hospital dan berhenti seketika setelah meyadari aku melakukan hal yang tadi ia lakukan, "Kenapa aku memegang tanganmu?"

"I don't have any clue about it," Harry tersenyum ke arahku. Aku melepasnya dan berjalan ke arah mobil. Mengapa dia selalu menganggap aku leluon? Sampai kapan dia akan berbuat seperti ini?

Kami keluar dari Fifth Avenue menuju rumahku. Aku melihat jendela dan entah mengapa aku menemukan diriku berpikir tentang Peter Collins. Tadi hatiku serasa melembut melihat kondisinya. Perbuatanku begitu buruk. Tidak pernah aku sangka akan jadi begitu. Mungkin program itu akan ada gunanya. Apa aku akan berubah? Apa aku mau berubah?

"Bajumu berbeda dengan yang kau pakai di Così tadi."

"Ya."

"Kau tau, sebenarnya itu tidak hemat air untuk mencucinya. Kau akan membuat Bonita sedikit lebih lama di laundry room," Harry terkekeh. Bagiku itu sedikit lucu. Dan lagi, ia membicarakan Bonita. Tapi aku masih memikirkan Peter.

"Mmm-hmm."

"Gwen?" Harry melambaikan tangannya.

"Apa yang kau bicarakan dengan Peter tadi?" Tanyaku saat Harry berhenti karena lampu merah.

"Childhood. Few of unimportant things. Business. Church."

Business?

Tapi yang menarik perhatianku adalah "Childhood?"

"Well, dulu kami tetangga. Dia punya banyak mainan keren untuk aku mainkan. Dan aku punya otak yang cukup brilian untuk mengajarnya. Karna ya, aku lebih tua beberapa tahun darinya."

"Lalu?"

"Aku pindah. Dan karena beberapa hal keadaan memburuk."

"Church?" Aku mengganti topik.

"Kami pergi ke gereja yang sama. Memangnya kenapa?" Harry segera menyusul mobil yang sudah maju di depan kami.

"Tidak apa-apa. Hanya ingin lebih mengenal Peter Collins."

"Well, itu juga membuatmu lebih mengenal Harry Styles," guraunya dan aku tertawa. Kurasa dia bukanlah ide yang begitu buruk. "Kelihatannya kau mengenal Peter dengan baik. I thought you're a kind of person who won't visit sick people. You're...pretty badass," Harry menyipitkan matanya dan aku tertawa lagi.

Badass.

Aku tertawa lebih kencang.

"Apa itu begitu lucu?" Ia bingung tapi tertawa kecil.

"Aku mengingat Peter."

"Ya, dari tadi memang kita membicarakannya."

"He said i'm a badass bitch from hell," aku tertawa tanpa humor. Aku bingung dia memujiku atau memgangumiku. Sama saja.

"Why did he say that?"

Aku mengangkat bahu, "maybe because i am."

*

*

*

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 96.9K 28
[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aku Rafka. Pekerjaanku sebagai gigolo di sebuah club malam. Dari luar aku tampak menikmati pekerjaanku. Jika kau pe...
41.4K 3.5K 12
Ini cuma cerita konyol dari dua orang yang bertemu secara tidak sengaja lalu jatuh cinta pada pandangan pertama. Klise banget? I know. Kenalan tanpa...
50.2K 977 6
Setelah melihat kematian kakaknya, Light, di depan mata, Thunder berubah menjadi malaikat kematian. Bertahun-tahun ia tenggelam dalam nerakanya. Samp...
99.2K 4.4K 12
Anak kedua klan Murphy, Queen, memilih menjadi mandiri dan melakukan segalanya seorang diri. Bahkan Queen tidak membagi perasaannya pada siapapun, wa...