Adelene Dé Cloups

Door bonbonsusucoklat

41.3K 2.8K 47

Series 1 start : 30 Juni 2023 finish : --- Petualangan Adelene. Marga Dé Cloups adalah yang terkuat. Adelene... Meer

#01
#02
#03
#04
#05
#06
#07
#08
#09
#10
Baca ini!
Thanks
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#27
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42
#43
#44
#45
#46
#47
#48
#49
#50
#51
#52
#53
#54
#55
#56
#57
#58
#59
#60
#61
#62
#63
#64
#66
#67
FYI
#68
#69
#70
#71
#72
#73
#74
#75 (short story)

#65

346 26 0
Door bonbonsusucoklat

Bertemu Eliza

-Adelene Dé Cloups-

Satu malam mereka mengelilingi hutan Extermuct dengan suasana yang semakin mencekam saat gelapnya malam semakin menyelimuti, dinginnya udara membuat beberapa dari mereka sedikit menggigil.

"Kau kedinginan?" tanya Adelene pada Elmerda yang berjalan berdampingan dengannya.

"Sedikit."

Adelene menggenggam erat tangan Elmerda, menyalurkan rasa hangat dari dirinya kepada Elmerda.

Adelene menoleh ke belakang dan melihat teman-temannya yang saling berinteraksi satu sama lain. Ia tersenyum tipis melihat mereka yang sedari awal menemani dirinya berpetualang hingga sejauh ini.

"Berhenti," titah Ravi tiba-tiba. Telinga nya yang runcing itu bergerak sendiri menandakan ia mendengar sesuatu.

Semuanya berhenti dan menatap Ravi yang telah berubah menjadi wujud seorang Elf.

"Aku mendengar suara gemericik air, tidak jauh dari tempat ini." Ravi mengambil dahan kayu besar yang jatuh di dekat dirinya.

Melemparkan dahan kayu tersebut ke arah Puva dan Puvi yang mengerti dengan apa yang Ravi maksud dengan melemparkan dahan kayu tersebut.

"Kalian semua ikuti Ravi, goblin muft berada di sekitar kita."

Adelene hendak menolak. Ia urungkan saat lengannya sudah ditarik oleh Ravi dan juga Alesya yang berlari menuju sumber suara yang Ravi dengar. Disusul oleh teman-temannya yang lain, berlarian mengikuti Ravi menyusuri ilalang yang cukup tinggi dengan penerangan yang sangat minim.

****
Puva dan Puvi, dua orang peri penjaga yang berhenti melangkah saat tubuh Adelene dan lainnya tidak terlihat lagi termakan oleh lebatnya ilalang yang tumbuh.

"Sepertinya aku hampir terlambat," kata seseorang. Lebih tepatnya roh yang bernama Delmond.

"Kau memang selalu terlambat," balas Puvi geram.

"Kau seperti nya tahu kalau aku membutuhkan banyak energi untuk merubah diriku menjadi manusia." Delmond yang sudah berubah menjadi manusia dengan kaki yang sudah menapaki tanah.

Tidak seperti yang sebelumnya.

Puvi memutar bola matanya malas, "terserah kau saja. Coba pikirkan cara agar goblin jelek itu lemah dan kita dapat membawanya ke tempat Eliza langsung."

P

uva dengan wajah kesalnya berdecak, melihat kedua orang itu saling memandang sinis lantas tersenyum masam. Puvi yang terkenal pendiam saat dipertemukan dengan Delmond entah kenapa berubah menjadi sosok yang sangat menyebalkan dan mudah sekali marah.

"Berhentilah kalian atau kalian berdua yang mau aku segel?"

Puvi melotot tidak terima, "kau-"

"Diam lah Puvi, kau sungguh cerewet saat dekat dengan Delmond."

Delmond menatap Puvi sambil menjulurkan lidah untuk mengejek peri itu. Rasa-rasanya Puvi ingin memukul wajah Delmond.

Angin berhembus semakin kencang dengan aroma busuk seperti bangkai yang tercium oleh mereka. Pandangan mereka berfokus untuk mencari dimana sosok yang mereka incar sekarang.

"Delmond," panggil Puva yang berada di depan.

Delmond bersiap siaga untuk mengeluarkan kekuatannya saat Puva memerintah. Puvi menggerakkan jarinya dan mananya keluar dan menembus tanah.

Cahaya biru melesat ke arah mereka. Puva menajamkan matanya dan mulai mengibaskan tali yang baru saja ia keluarkan secara tiba-tiba. Cahaya biru tersebut terpental dan terpecahkan menjadi beribu cahaya biru kecil bak kristal.

"Delmond," panggil Puvi pelan.

"Sekarang!" titah Puva yang sibuk memecah cahaya yang ingin melesat ke arah mereka.

Puvi terbang dengan cahaya biru yang keluar dari dalam tanah diikuti dengan banyak batu-batu berwarna gelap. Delmond sendiri berjongkok dan meletakkan dua jarinya di atas tanah dan mulai mengeluarkan kekuatannya. Cahaya emas keluar dari tubuh Delmond hingga memberi penerangan hingga setengah dari bagian hutan Extermuct terang benderang.

Tampaklah dengan jelas sosok Goblin Muft yang berdiri di atas pohon dengan wujud aslinya yang sangat buruk.

"Dia tidak menggunakan kekuatan Eliza," kata Delmond.

"Aku tahu. Eliza masih sadar dan dia mengunci kekuatannya agar tidak terpakai oleh goblin jelek itu," balas Puvi.

Batu batu yang mengelilingi Puvi bercahaya merah terang dan dapat Puvi lihat Goblin Muft itu juga mulai merasakan panas.

"Puva ..."

"SEKARANG!"

Puva menghentikan pergerakan Goblin Muft sedangkan mempercepat gerakan Puvi dan juga Delmond yang sangat menguntungkan bagi mereka.

Cahaya emas yang berasal dari Delmond dapat memperlambat mana yang akan dikeluarkan Goblin.

Batu-batu merah yang diarahkan Puvi menuju Goblin tersebut mengikat tubuh Goblin Muft tersebut hingga tidak bisa digerakkan sedikitpun. Batu-batu tersebut mengunci pergerakan dan menyerap mana yang dipaksakan keluar oleh Goblin Muft tersebut.

Puva dengan cepat membuat Goblin Muft tersebut terbang dan menghentikan kekuatannya hingga waktu berjalan dengan normal. Delmond juga telah menghentikan kekuatannya dan hutan kembali gelap gulita.

Hanya saja Puvi bersandar pada pohon besar dan memegangi perutnya yang terasa mual.

"Dia mulai lagi ..." kata Puva pasrah.

"T-tunggu aku," kata Puvi dan setelahnya ia memuntahkan isi perutnya.

Puvi tidak tahan dengan bau busuk yang dikeluarkan oleh Goblin Muft tersebut. Selama diperjalanan menuju tempat Eliza berada, beberapa kali Puvi muntah.

Delmond telah kembali menjadi sosok roh yang bisa kemana saja tanpa berjalan. Ia langsung ke tempat tujuan dimana Eliza berada dan meninggalkan Puva yang harus kesulitan mengurus Puvi dan mengeluarkan kekuatan nya lagi untuk membuat Goblin Muft itu terbang.

Goblin Muft tersebut tidak dapat berbicara karena batu merah yang melilitnya.

Huekkk

Puvi muntah sekali lagi, memuntahkan isi perutnya tepat di gaun yang Puva kenakan.

"Puvi, akan ku bunuh kau setelah ini!"

***

Mereka telah sampai di dekat goa. Goa tersebut berada di dekat air terjun yang sangat indah dan juga tinggi. Hanya di tempat ini lah bulan terlihat dengan jelas dari bawah. Benar-benar surga yang tersembunyi di dalan hutan yang menyeramkan ini.

Eliza telah ditemukan dalam keadaan lemas. Masih bernyawa hanya saja gadis itu lemas karena energi nya ikut terserap.

"Bagaimana cara mengembalikan jiwa Eliza kepada pemilik aslinya?" tanya Joan tidak mengerti.

Mereka melihat Goblin Muft dan Eliza yang sudah bersampingan. Beberapa dari mereka menahan rasa mual karena bau busuk yang mereka cium sedari tadi.

"Delmond yang akan membacakan mantra nya," kata Puva.

Delmond yang sedang berdiam diri pun terkejut dan menatap Puva bingung.

"Kenapa harus aku?" tanyanya.

Tanpa mau melihat ke arah Delmond. Puva menjawab, "hanya kau yang mengetahui mantra nya, bodoh!"

Dengan helaan nafas walaupun Delmond tidak bernafas, ia berdiri dan berada di tengah-tengah Goblin Muft dan juga Eliza. Mengucapkan mantra yang sama sekali Adelene dan lainnya tidak mengerti.

Untungnya, proses pengembalian jiwa Eliza berlangsung tidak lama. Eliza perlahan sadar dan mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Lalu, batu itu berada dimana?" tanya Adelene.

"Saat aku menemukan batu itu, aku tidak bisa memegang nya dan saat itu juga Goblin Muft menyerap jiwaku, sekarang batu itu telah kembali ke dalam air terjun."

Eliza berjalan pelan dan duduk di atas batu. Adelene, Elmerda, Ravi dan Alesya mengikuti Eliza. Para pria, dua peri san Veronica sibuk dengan dunia mereka.

"Elmerda cobalah untuk memanggil batu tersebut," kata Adelene.

Mereka mengangguk mengiyakan. Adelene menepuk pundak Elmerda memberikan dukungan kepadanya.

Sebelumnya, Elmerda menghirup nafas dalam-dalam dan menghembusnya perlahan dan menutup matanya dan mulai memanggil batu tersebut.

"Lou."

"Lou."

"Lou."

Tidak ada yang terjadi. Elmerda membuka matanya perlahan, melihat sekelilingnya dan tidak ada apapun yang terjadi.

Elmerda menatap Adelene merasa bersalah. "Tidak ada apapun yang terjadi," katanya dengan suara lirih.

"Tunggulah sebentar lagi."

Adelene dengan rasa was-was, ia menunggu keajaiban terjadi pada air terjun ini. Beberapa menit menunggu, benar-benar tidak ada yang terjadi. Hampir menyerah dirinya saat kedatangan batu tersebut tidak ada tanda-tanda apapun.

Adelene ingin beranjak dari duduknya, suara dari dalam air mulai mengalihkan perhatian Adelene.

"Apa ini ..."

Dari dalam air dengan pelan muncul tangan raksasa disusul dengan satu persatu tubuh besar seperti raksasa.

"Raksasa air!" teriakan itu berasal dari Joan dan lainnya yang mendengar suara air yang begitu kencang.

Raksasa air tersebut menatap Adelene dan Elmerda bergantian.

"Kau Adelene?" tanya raksasa tersebut membuat Adelene terkejut.

"Iya, aku Adelene."

Raksasa tersebut mengibaskan tangannya dan membuat mereka semua terkena air dan basah seluruh tubuh.

"Ini batu yang kau cari." Sebuah batu tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka.

"Elmerda ambillah!" perintah Adelene.

Elmerda terkejut sesaat dan ia mulai mengarahkan tangannya untuk mengambil batu tersebut. Benar saja, batu tersebut langsung bergerak dan jatuh begitu saja di tangan Elmerda.

Helaan nafas Adelene terdengar, ia merasa sangat lega sekarang.

"Terima kasih raksasa."

Raksasa tersebut mengangguk, "datanglah ke menara hitam yang berada tersembunyi di pusat benua." Sebelum menghilang, raksasa tersebut memberikan pesan kepada Adelene.

Adelene akan mengingat nya sampai ia dan lainnya berada di pusat benua.

Pencarian batu Lou telah selesai, mereka kembali ke kediaman Arlene dan Adelene pun menepati janjinya kepada Elmerda. Elmerda diperkenalkan oleh Adelene kepada Arlene secara langsung di kediaman Arlene.

Saat melihat hasil rancangan pakaian dari Elmerda, Arlene sungguh terpukau dan langsung menjadikan Elmerda anak buahnya. Saat itulah, Elmerda perlahan mengubah hidupnya dan sangat berhutang budi dengan sosok Adelene yang telah menempuh perjalanan kembali menuju istana kekaisaran Drovato.

Elmerda harap, mereka semua akan baik-baik saja.

Dibalik kaca, Arlene berbisik entah kepada siapa.

"Hidup gadis itu sangat abu. Aku harap dia akan baik-baik saja."

-Adelene Dé Cloups-

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

1.1M 104K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
38.7K 5.2K 60
[Fantasy & (minor) Romance] Bukan salahku menjadi seorang gadis ceriwis yang suka banyak tanya. Lagi pula, bertanya adalah kebiasaanku sejak kecil...
270K 25.3K 44
Han ji ya seorang gadis modern yang memiliki sifat tomboy dan pemberani tiba-tiba bertransmigrasi hanya karena menggangu orang pacaran. Han ji ya be...
92.8K 12.1K 54
| TAMAT- CHAPTER MASIH LENGKAP| Impian Remaja, adalah salah satu judul novel yang memuat tentang perjuangan seorang gadis bernama Savana sampai titik...