How to Get 11 Out of 10 [Harr...

By livelifeloveluke

219K 21.3K 3.5K

Gwen Kruger. Gadis kaya raya manja yang sangat nakal dan sulit diatur, membuat ayahnya yang selalu sibuk beke... More

Prologue
01. The Perfect Plan
02. Young Slut
04. Harry, Harry Styles
05. The Damn Door
06. Program Introduction
07. Badass Bitch from Hell
08. Fake Numbers
09. "Deal"s
10. Pull Over
11. Central Park
12. Party (And) Fever - Part 1
12. Party (And) Fever - Part 2
13. The Girlfriend
14. Room 93
15. Francesca
16. Free for the Night
17. How to Hail a Cab - Part 1
17. How to Hail a Cab - Part 2
18. Brunch In a Car
19. 19 Abandoned Letters
20. Insolent
21. The Resignation - Part 1
21. The Resignation - Part 2
22. I Could Sue You
23. Jobs
24. Front Door
25. Reconsider
26. A Little Light
27. The Three Musketeers
28. Logo on the Key
29. Raconteur
30. Pillow Talk
31. Big News
32. Puffy Eyes
33. Dresses
34. Not So Prom Queen - Part 1
34. Not So Prom Queen - Part 2
Epilogue
Author's Note + Bonus Scenes + Explanation

03. I'm Here to Pick You Up

6.3K 590 41
By livelifeloveluke

G W E N

"Sial," adalah kata pertama yang keluar dari mulutku ketika aku sampai di Stonewall Road.

Apa ada yang ingat alamat ryancowman8070?

Oh itu dia. Aku melihat seorang laki-laki tinggi dan cukup tampan--maksudku tampan sebagai mahkluk polos-- berdiri di jalan setapak.

"Hey apa kau ryancowman8070?" Tanyaku dari jendela.

Ia terkejut, "apa maksudmu ryancowan0708?"

"Yep, kau orangnya. Masuklah petani pisang."

"A--aku bukan dia. Dia tetanggaku--"

"Get in to the car, " terdengar suara kesalku.

"Aku bukan Ryan Cowan, dia tetanggaku dan aku--"

"Just get in to the car!" Ulangku lebih keras. Seriously, apa dia bisa menahan pesonaku? Dia masih diam dengan mulut tebuka lebar hendak mengatakan sesuatu, tapi aku memotongnya, "Okay, g-string consumer, aku sama sekali tidak peduli apa kau ryancowan0708 atau ryancowman8070 atau kau sama sekali bukan Ryan Cowan, so JUST GET IN TO THE FUCKING CAR!"

Laki-laki itu tersentak membuat dia tampak persis seperti monyet Dora the Explorer, aku lupa nama monyet sirkus itu. Anyway, dia menurut dan segera masuk ke kursi penumpang di baris kedua. Aku menoleh kebelakang, ia menunduk dan mengenakan safety belt.

"Dumb-ass, for what the hell kau menggunakan safety belt. Take it off!" kataku padanya, ia terdiam dan menurut. Aku memanjat ke kursi belakang dan duduk di pangkuannya.

"A--a--aku."

"Aku menyuruhmu naik pohon tapi kau tidak melakukannya. Aku tidak main-main dengan itu," ujarku lalu aku langsung mendekat dan menjilat bibirnya. Aku mendengar ia mendesah pelan. Ia membalas ciumanku.

"Aku bukan Ryan Cowan," ia memiringkan kepalanya sehingga aku tidak bisa menciumnya lagi.

"Tapi kau bisa tau aku mencarinya. Godaan yang bagus," jawabku. Aku tak peduli dan membuka dua kancing kemejanya.

Aku bisa merasakan ketegangannya, "Aku sudah bilang aku tetangganya, aku tentu tau IM-nya."

"Hmm," balasku selagi mencumi lehernya. Dia cukup seksi, namun tidak cukup liar.

"Aku harus pergi."

Aku berhenti, "How dare you reject Gwen Kruger," katakku dengan nada tinggi menirukan nenek-nenek. Atau penyihir. Atau gabungan keduanya.

"Gwen Kruger?" Keterkejutan dari nada suaranya. "Bu--bukan Gwen Krueger da--dari Jefferson High kan?"

Ya, itu aku, brengsek.

"Kau--kau--legenda. Sangat terkenal bahkan di sekolahku--Aku punya pacar disa--" Ia tidak bisa menyelesaikannya ketika aku meletakkan telapak tangannya pada pahaku.

"Aku harus pergi," ia menarik tangannya. Fuck.

"Really?" Aku menyilangkan tanganku. Dadaku terekspos mengingat aku memakai tank top. Laki-laki itu menatap dadaku. Ia terlihat pasrah.

"Menyukai pemandangan? Atau ingin lebih?" Aku meraih ujung tank top ku hendak menariknya tapi ia menepis tanganku pelan.

"Ja--jangan, Gwen," ujar laki-laki itu terbata-bata. Dia akan menyesali kata-katanya tadi. "Aku benar-benar harus pergi."

Kau benar-benar menyebalkan.

Aku meletakkan jari-jariku diantara dagunya, "Kenapa, hmm? Aku jauh-jauh datang kesini dan kau harus pergi?! Beraninya kau!"

"Aku tidak mengundang--"

"Shut up," aku memperkencang cengkramanku pada dagunya, "memangnya apa yang ingin kau lakukan? Mabuk bersama ayahmu sambi bermain judi? Mengepak teh botol? Memeberi makan bebek-bebekmu? Mumunguti puntung rokok di hutan with losers? Memberi selamat atas operasi pengangkatan prostat ibu mu--"

"Wanita tidak punya pros--"

"I don't care! You know what? Sebaiknya kau tetap disini atau kau panggil ryancowman8070--"

"Cowan, dan bukan manusia sapi (cowman) lalu, 0708," koreksinya sambil menjilat bibir bawahnya. Ugh, bagaimana ada orang tampan tapi sangat polos.

Hold it, Gwen.

Aku mendengus, dia membuka mulutnya, "Aku ada pertemuan di ruang bawah tanah gereja. Aku--"

"God damn it! I dont care. Cepat lakukan. Sekarang," dengan cepat aku menciumnya, dengan lapar. Awalnya ia bingung, tapi aku memaksanya membuka mulut.

Dia mulai mengikuti irama mulutku dan melingkarkan tangannya di pinggangku. Hell Dude! Kau boleh juga.

Aku hendak menarik kaos biru tuanya sampai...

All that i can say was

Hmm, hmm, yeah, yeah

Hmm, hmm, yeah--

Aku menarik diriku darinya. Ia terlalu menikmati dan terus mencium leherku. Dasar munafik, tadi saja dia menolakku habis-habisan.

Pesona, jalang.

Aku menekan dadanya nengisyaratkan untuk berhenti, lalu mengangkat telepon. Tulisan 'Steven' muncul di caller ID.

"Ste--"

"PULANG SEKARANG ATAU SEMUA FASILITASMU KU-CABUT!"

What the actual fuck? Suara 'beep' terdengar mengartikan telpon di tutup. "Halo? Steven?!"

"Keluar dari mobilku!" Aku membuka pintu utuk laki-laki itu dan langsung menuju ke kursi pengemudi.

"Ta--tapi--"

Aku berteriak sebelum laki-laki itu mendekat. "JUST GET OUT FROM MY FUCKING CAR!"

Dia diam.

"NOW!"

Ia diam, dan aku tanpa basa-basi menyalakan mesin dan menyetir memutar.

"Kau mau bawa aku kema--"

"MAKANYA AKU SURUH KAU KELUAR! SEKARANG!"

"Lompat?"

"Aku sudah kehabisan waktu untuk berhenti. KELUAR!"

"Kau benar jalang!" Memang.

Dia membuka pintu dan meloncat keluar dan aku tak ingin ambil pusing untuk melihatnya jatuh di atas semen Stonewall Road yang sepi.

"Selalu pujian yang sama," gumamku.

***

"Kau benar-benar membuatku malu!"

"I--"

"Hold it, Gwen," Steven mengangkat satu jarinya dan aku langsung menutup mulutku lagi. Dammit. "Kau harus menjelaskan bagaimana semua ini bisa terjadi." Well, kau harus menjelaskan bagaimana semua ini dapat terbongkar.

Aku membuka mulut, sepenuhnya percaya diri dengan apa yang akan aku katakan, "I--"

"Aku belum menyuruhmu bicara." What the damn hell. "Sekarang."

"What?" tanyaku pelan, bingung.

"Explain, Gwen," Steven menaikkan suaranya.

Itu tidak rumit. Dengan santai aku menjelaskan semua rencanaku. Well, kecuali bagian aku menuju Stonewall Road. Aku menggantinya dengan bermain Kangaroo (hahaha, ya ampun) di Mac. Steven mendengarkan, dia bukan seorang yang akan menyelamu ketika kau bicara.

"Apa itu PPITM?" Shit.

"Itu singkatan dari--umm--Popping Poop In Two Minutes," aku melihat ke arah vas bunga. Dia yang sedari tadi berdiri, kini duduk. Mulutnya tebuka ketika aku mengatakan kepanjangannya.

"Dimana kau membelinya? Apa itu legal?"

"Aku dan dua temanku membuatnya sekitar satu tahun lalu. It's a really good product, right?" Aku menadah tanganku meminta pendapat dan tersenyum keren. Steven hendak bicara ketika teleponnya berbunyi.

"Kruger," jawabnya ke telepon lalu berdiri. "Ya... Aku bisa menyuruh asisten-mu membantu, yang lain juga...Aku tidak bisa, aku sudah mencoba, berulang kali. Aku sibuk...aku akan berutang sesuatu...tidak-tidak...Besok...Tunggu. Gwen, naik, dan tidurlah. Besok kita lanjutkan," ujar Steven dan aku berbalik, memutar mata dan naik ke atas.

Setidaknya, tadi kami tidak menyinggung tentang pencabutan fasilitas. Haha.

***

Well, the Next Day.

Aku menghindari tatapan Helen ketika masuk ke kelas. Oh, dewa-dewi di langit. Ujian pada kelas pertama?

Well, tadi pagi Steven bertanya lebih lanjut tentang PPITM. Ketika telepon berbunyi, ia langsung meminum habis jus jeruknya dan pergi ke kantor. Dan DIA MENYITANYA. Aku tau barang itu brilian, tapi dia bisa sajakan menyalin resepnya? Aku bisa memperbaiki tulisan tanganku untuk itu.

"Terlambat lagi untuk yang kesekian kalinya, Ms. Kruger. Bahkan saat kau akan ujian," ujar Mr. Lambert, guru kimia kami. Well, jangan 'kami'. Aku tak ingin dia ada dalam bagian hidupku, jadi mereka saja. Dia memberiku selembar kertas ujian.

"Ratu, tidak pernah terlambat, Mr. on-time Lambert. Semua orang berkumpul dulu untuk menyambutnya," jawabku santai dan menarik kertas itu dan melenggang ke kursi kosong di sebelah--yes! Murid pintar!

Aku duduk dan melihat kertasnya. "Since when did we learn these shits?" Gumamku, bingung.

"Potongan 5 menit untuk mengerjakan ulangan dan detensi sehabis pulang sekolah!" Nada suaranya tegas. Aku tidak tau ada apa dengan wajah buruknya itu tapi, sebagian murid melihatku, sebagian lagi fokus pada ulangan. Sepertinya ia marah. Siapa yang peduli?

Aku mengangkat jari kelingking, manis dan tengahku, dan menyatukan ujung jari jempol dan telunjuk bersamaan, menunjukan oke.

"Kerjakan ujianmu di ruanganku!"

"Apa ada pilihan lain?" Tanyaku santai. Mataku tak melihatnya.

"Aku akan mencegahmu mengikuti ujian akhir!"

Oh shit. Bunuh aku di rawa-rawa.

***

Aku keluar dari ruang kelas terakhir dan membolos detensi. Lagi pula, tidak ada yang tampan disana. Aku hampir bertemu Mr. Lambert, tapi aku segera berbelok ke toilet.

Dan kau tau selanjutnya; berlari ke lapangan parkir, bersembunyi di bawah powoh, berusaha menemukan George.

Aku sudah muak hari ini. Aku menghela napas. Seriously, siapa yang menciptakan sistem detensi bodoh semacam itu? Benar-benar membuang masa mudaku yang berharga.

Aku berjalan keluar gedung dengan wajah garang (tapi aku tetap keren), ketika Carmen meneleponku. Aku mengangkatnya.

"Gwen, aku tidak melihatmu hari ini. Kau absen?" Semburnya.

"Tidak, apa kau absen?" tanyaku balik.

"Bodoh, untuk apa aku berusaha mencarimu jika aku absen." Benar.

"First of all, aku tidak bodoh. Dan jika aku memang bodoh, kalu lebih bodoh. Second, what do you want?" ucapku cepat.

"Aku butuh tumpangan. Helen sudah pulang. Kalian juga tidak bertemu hari ini?"

"First of all, kami bertemu, tapi kami punya sedikit masalah. Second, tidak, aku tidak bawa mobil. Steven menghukumku," aku mendesah.

"Kenapa? Ah, shit. Aku harus naik bus." What a friend, dia bahkan tak bertanya apa masalah kami.

Aku memutar mataku, "Mana pacarmu rahasiamu dari Beyond High yang kau rahasiakan dari kami, huh?"

"Well, ada masalah dengan kakinya. Dia jatuh dari mobil semalam."

"Bodoh. Bagaimana bisa dia jatuh dari mobil. Itu sungguh konyol. Bayi enam tahun yang masih ingusan pun kedengaran lebih baik."

"Ya, padahal dia ingin pergi ke gereja kemarin. Sungguh." What?

"Apa dia tinggal di Stonewall Road?" Tidak, katakan tidak. Aku mungkin jalang tapi bukan penjilat.

"Dari mana kau tau?" Double shit. Baik Gwen, itu hanya insiden. Relax.

"Umm, yeah you know.. Aku hanya mencoba skill meramal-ku lagi."

"Yeah, whatever. Aku harus pergi bye."

Pagi bertengkar dengan Steven tentang PPITM dan mobil. Di sekolah ada Mr. Lambert dan soal ujian gilanya yang harus aku kerjakan sendiri, saat makan siang aku tak bisa membeli minuman lain selain air mineral, Steven mengambil dompetku, dan memberiku uang cash yang sangat pas (Steven, kau memberiku $5 bukan $50! Angka enol itu penting!), aku tidak melihat laki-laki tampan hari ini, aku juga tidak melihat Carmen—yang kulihat malah Gillian Seasons—dan ternyata orang yang kemarin aku ciumi adalah pacar Carmen, dan—presetan dengan semua ini—langsung saja ringkasan hari ini. Buruk. Kapital BURUK.

Oh, mungkin dia tidak. Laki-laki tampan berjalan ke arahku dengan rambut keriting bewarna coklat, mata hijau yang indah, dan kemeja, jeans, dan sepatu bermerek mahal.

Oh, aku harap dia bukan freshman atau sophomore. Junior, tak apalah. Dan dia berjalan ke arahku. Ya ampun di keren tapi aku lelah.

"Hai," dia memberiku senyum oh-ya-ampun.

"Kau bicara denganku? Okay--umm--hey," sapaku balik, dan terkekeh, "i know you're very hot and want to hook up with me, tapi aku sedang dalam mood yang buruk hari ini," jawabku datar. Bring the swag on.

"Hook up?" Dia tertawa, "Aku disini menjemputmu, Miss Kruger."

Menjemput? Seriously?

Oh, akhirnya mata Steven terbebas dari katarak.

Oh, akhirnya ada pekerja muda selain Bonita yang bodoh di bagian dapur.

*

*

*

Continue Reading

You'll Also Like

888K 74.2K 34
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ___...
2.8M 10.1K 1
Sudah jadi buku, dihapus 10 bab. Ga usah baca kalo ngerasa nanggung, apalagi ngegas-ngegas. Helooow, situ yang telat baca, kenapa merong ama eke? Ki...
6.4K 832 21
Kwon jiyong yang bekerja di perusahaan ayahnya merahasiakan identitasnya karena permintaan ayahnya . Ayahnya ingin menguji kemampuan jiyong dalam bek...
1.7M 133K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...