Fall on Deaf Ears [COMPLETED]

By anafeey

23.7K 3.8K 5.6K

Hujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉... More

1. Nameless •
• The Characters〃
2. Confusing •
3. Moved Out •
4. Different •
5. Don't Get Me Wrong •
6. At Least •
7. Prestige? •
8. Accompany Me •
9. Let Me Tell You •
10. Don't Lie •
11. Triggered •
12. Play Silly Buggers •
13. The Funeral •
14. You Caught My Eyes •
15. Where We Started •
16. Is it True? •
17. Hard to Resist •
18. Leave No Trace? •
19. Hush •
20. Delirious? •
21. Clear as Mud •
22. What If? •
23. I Saw You •
24. Too Young I•
25. Too Young II •
26. Ex •
27. Revenge •
28. No One's Perfect •
29. Hidden •
30. Astonished •
31. Vaguely •
33. Between Us •
34. The Rain •
35. Dilemma •
36. Overboard •
37. Make a Blunder •
38. Bold Decision •
39. Back to You •
40. There's No Shelter •
41. I'm Not Sure •
42. Dumpstruck? •
43. Wears Me Out •
44-45. I'm All Ears [END] •

32. Scariest Feeling •

58 3 0
By anafeey

Perasaan Paling Menakutkan

Pun di saat yang bersamaan ia semakin kesal dengan bibi, paman, nenek, dan kakeknya itu. Ia lantas seperti membenci semuanya sejak hari itu. Jika ingin mengucapkan sepatah kalimat tentang cinta, mungkin Revan kecil akan kebingungan karena selama ini yang ia terima hanyalah ungkapan berkonotasi negatif seperti; penyangkalan, penolakan, pembatasan, keraguan, pengabaian, dan penghindaran.

"Kenapa nilaimu turun!" kesal Anggita dan ia sangat marah akan perubahan hasil nilai anaknya itu di sekolahan.

"Hiks, maaf, Bu. Revan akan belajar lagi."

"Sudah ibu bilang, kan. Kau harus jadi anak yang rajin. Kau tak perlu memikirkan ibu atau ayah, yang penting kau harus rajin belajar supaya tidak bernasib seperti kami. Ibu kecewa denganmu, Van."

Deggg....

Ibu dan ayahmu mungkin tak bisa memberikanmu les atau apapun itu seperti teman-temanmu, tetapi yang terpenting kamu harus bersyukur karena bisa sekolah. Peringkat memang bukan segalanya, Nak, tetapi nilai yang bagus akan membuatmu bahagia. Tenang saja, ibu dan ayah akan menyekolahkanmu bagaimanapun caranya." Terlihat oleh Revan kalau ibunya kini menangis di hadapan dirinya.

"Maaf, Revan seharusnya fokus." Revan pun kini meneteskan air matanya dengan posisi wajahnya yang menunduk. Revan pun hanya bisa takut saat ibunya sudah murka dengan dirinya.

"Kita bukan orang kaya, Nak. Lihat, ayahmu juga tak pernah pulang, dan ibu hanya punya kamu di sini. Hanya punya kamu. Makanya kau harus jadi anak yang kuat dan mampu berdiri sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain! jangan mudah percaya pada orang lain. Ini saran ibu, semoga kau memahami," tukas Anggita kemudian berlalu ke luar mengambil beberapa jemuran di depan rumah karena memang sudah sore. Revan yang diperlakukan dengan demikian pun kemudian hanya bisa menunduk dan langsung diam seharian memikirkan segalanya.

"Baik, Bu."

"Kau harus makan dan rajin belajar."

"Iya," jawab Revan singkat. Pikirannya pun berkecamuk karena ia mungkin akan semakin kesepian karena segalanya dituntut sempurna sementara dirinya  juga kewalahan memahami segalanya.

"Kalau kata bu guru, anak pertama akan selalu mengalah. Jadi, aku mungkin akan seperti itu," gumam Revan kecil dan ia lantas melanjutkan aktivitasnya itu. Tanpa disadari, John pun mendengar percakapan Anggita dengan Revan.

"Hiks, mengapa ayah dan ibu tidak seperti paman dan bibi?" Ya, begitulah yang ada di pikiran John. Karena, setiap kali John mendapatkan nilai rendah pun orang tuanya tetap memberikan hadiah, tapi selama ini yang ia lihat Revan tak pernah mendapatkan itu meskipun ia lebih berprestasi darinya." Apa selama ini ayah dan ibu meremehkan kemampuanku?" batin John yang mana kini beringsut dari sana dan menemui ibunya entah apa yang ia katakan pada wanita itu.

Flashback off

"Aku melihatmu saat itu, John. Sejak hari itu kau juga membenciku, bukan? Ingat John! Selama ini aku hidup dalam kesendirian, meskipun aku nampak sempurna di matamu tapi nyatanya tidak. Tidak sama sekali, aku kesepian setiap saat, aku kesepian! Di saat semua teman-temanku punya keluarga harmonis tetapi aku tidak sama sekali. Kalau kau ingin berlomba tentang pencapain prestasi kita, kita bisa melakukannya bersama–sama tanpa memandang kita anak siapa. Tuhan itu adil!" timpal Revan yang mana membuat John semakin kesal padanya.

"Hentikan, Van!" John pun menghela napas panjang sambil memejamkan matanya.

"Beraninya kau mengatakan hal itu pada
anakku!" getak Irza yang mana malah membuat John seketika menggeleng heran.

"Ayah! tidak usah sok peduli denganku. Kali ini Revan memang benar!" tegas John yang mana membuat semuanya kaget dengan tindakannya itu.

Sementara Silfi, tangan ringannya itu un seketika mendarat keras ke pipi Revan.

Plakkk!

"Kau ini ya! dari dulu sering membuatku kesal."

Revan yang diperlakukan dengan seperti itu pun lantas menatap bibinya dengan tatapan semakin sengit.

"Ibu! Hentikan. Maaf, aku harus jujur, Bu.
Mengaku lah kalau kau, ayah, nenek, dan kakek yang telah membakar restoran Revan dan menyebarkan berita hoax tentang pemungutan liar saat seminar kemarin di Bali." Revan pun lantas melongo dengan apa yang dikatakan oleh John. Ia mengira akan membela orang tuanya itu bukan dirinya.

"Tidak! Bukan kami yang melakukannya!" bantah Silfi tapi dengan wajahnya yang nampak begitu panik.

"Haha, lihat semua! Bahkan nenek dan kakek pun tak peduli melihatku babak belur seperti ini. Aku sih tidak kaget, karena mereka juga sudah seperti itu sejak aku masih jabang bayi. Mungkin aku mati tenggelam pun mereka tak akan pernah peduli dengan cucunya. Yang ia pikirkan adalah harta dan harga diri. Rio! Hobbie! Kesini kalian!" teriak Revan hingga menggemakan suaranya mengenai seisi ruangan megah itu.

Kesabarannya kini sudah di ambang batas dan ia semakin kesal dengan kerabatnya itu. Eddy sebenarnya sedari tadi hanya diam menonton perdebatan itu, ia lantas sedang menerka kejadian masa lalu yang semakin menggantung di kepalanya.
 
"Hufth, orang tua lah yang membuat anak- anak mereka seperti itu." Kejadian di mana ternyata ia mengetahui betapa toksiknya keluarga Parvez dan Utari. Eddy juga jadi teringat sesuatu semasa ia kuliah. Ia pun lantas melihat betapa sikap Irza yang sangat keras kepala dan tak menyukai orang lain bahagia dan mungkin juga karena ulah Parvez dan Utari yang selalu pilih kasih dan menanamkan kebencian di sana kepada semua anak-anaknya.

"Kurasa ia menyesal karena tak berhasil membuat John, anaknya itu tak sama seperti dirinya," miris Eddy tapi seketika itu juga ia menyesal karena telah berburuk sangka dengan John dan kehilangan anaknya Genda sampai sekarang.

Di saat itu juga Hobbie membawa seorang pemuda yang saat di Bali menyamar menjadi mahasiswa sementara Rio membawa bukti rekaman CCTV yang berisikan sikap biadab Irza saat membakar VANREVCO.

"Ini Bang, sudah sangat jelas bagaimana
pamanmu itu yang membakar restoranmu. Sementara si oknum yang jadi mahasiswa ini sebenarnya karyawan yang ada di CBC namun telah dipecat karena melakukan penyalahgunaan dan demi membalas dendam perusahaan itu ia rela bekerja sama dengan pamanmu."

"Kalian semua dengar, ini juga masuknya kasus pencemaran nama baik. Aku tidak peduli kalian siapa. Aku mungkin akan dan sudah memaafkan kalian, karena bagaimanapun juga kalian adalah bagian dari keluargaku. Tapi, namanya hukum akan tetap bertindak. Lagian, acara tour saat ke Bali aku murni telah bekerja sama dengan pihak kampus dan mereka juga memastikan menerima kekurangan dari aku. Mereka mengakui kalau aku selama ini bertindak profesional dan jujur. Mereka tak peduli aku sedang kondisi baik atau buruk, karena mereka tahu proses panjangku selama ini. Jadi, mereka sangat memaklumi diriku."

"Anak sialan ini!" geram Irza seraya mengepalkan jemarinya hingga kubu-kubu jadi memutih.

"Tangkap saja mereka," titah Revan pada polisi yang juga sudah datang di sana.

"John! kenapa kau diam saja, Nak!" berontak Silfi dan Irza saat dirinya di cekal oleh polisi. John pun tak berniat untuk menatap orang tuanya itu, ia merasa beribu-ribu rasa malu.

"John maafkan nenek dan kakek," kata Parvez dan Utari.

"Kalian seharusnya meminta maaf pada Revan." Revan yang melihat hal itu pun lantas meneteskan air matanya sedih. Bahkan, di saat seperti ini kakek dan neneknya masih saja tak ingin bicara dengannya dan malah meminta maaf pada John. Tak salah, toh mereka juga salam sama John tapi kenapa anehnya Revan juga tetap tak dianggap.

"Rev, mereka hanya gengsi," imbuh Eddy
kemudian menepuk bahu Revan sambil tersenyum simpul.

"Tak perlu John, kakek dan nenek memang tak menginginkanku. Aku bukan cucu mereka. Ayo, kita pulang saja. Kalian tolong urus ini, aku mau ke Vanrevco.

Revan pun lantas menyeka air matanya, kemudian melenggang pergi dari rumah itu. Dadanya terasa sakit melihat kenyataan pahit itu.

"Tidak ...." lirih John saat semuanya kembali pulang. 

"Mengapa jadi seperti ini. Jangan tinggalkan aku, Kay," kata John seraya memeluk isterinya itu.

"..." Kayla pun lantas terdiam sejenak tetapi tetap membalas pelukan itu.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

993K 60K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
Someday By Ken

Fanfiction

31.6K 4.7K 26
Hari itu seharusnya menjadi hari paling bahagia bagi Park Minjung. Namun, di malam seharusnya ia menikmati hari pertama sebagai Nyonya Kim. Suaminya...
566K 72.1K 50
[SUDAH DIBUKUKAN] [COMPLETED] Kim Taehyung selalu mengatakan pada diri sendiri bahwa dia telah melakukan semua hal dengan amat baik. Ketika senja di...
6.7K 622 32
[COMPLETED] [AHRA SIDE [COMPLETED]] "Setidaknya, biarkan aku mempertahankanmu sampai saatnya kita harus berpisah nanti." Cerita tentang dua sejoli y...