Disabilove

By Velable

14.2K 1.9K 273

"Sok-sok'an jadi ketua geng motor, naik motor aja masih gleyar-gleyor!" "Sini, Bil, gue bonceng. Bilang aja p... More

Prolog
1. HTS
2. Topeng Dirta
3. Sesak
4. Jangan Jadi Lemah
5. Meet Zela
6. Debar
7. Resmi
8. Jenguk Ayah
9. Jeritan Malam
10. Confession
11. A Day with Pacar
12. Arena
13. Shock
14. Pertolongan
15. Gadis Genit
16. Kenangan Terindah
17. Perdana
18. Melepaskanmu
19. Night with You
20. Khawatir
21. Putus?
22. ILY
23. Hancur
24. Sebuah Surat Dari Masa Lalu
25. Tragedi
26. How They're Separated
27. Bertemu Lagi
28. Diambang Kebingungan
29. Bertahan Terluka
30. Trapped
31. Hikmah di Balik Sebuah Musibah
32. Petunjuk
33. Manusia Bodoh
34. Menguak Misteri
36. Senjata Makan Tuan
37. Time Will Heal
38. Hujan dan Junior
39. Hujan dan Junior (2)
Trailer
40. Slowly Changed
41. What If
42. Yang Dinanti Tiba
43. Born To Be Alone
44. Unexpected Propose

35. Pulang Bareng

234 41 4
By Velable

Playlist | Apa Kabar Sayang - Armada

Happy reading :)

🌼🌼🌼

"Kak, lihat, deh." Zela menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan sebuah foto kucing lucu berbulu putih lebat. "Cute, 'kan?"

"Iya, mirip kayak kamu."

"Maksudnya aku mirip sama kucing, gitu?"

Dirta menggelengkan kepala panik. "Bukan. Maksud aku imutnya mirip kayak kamu," ucapnya membenarkan. "Kucing kamu?"

"Belum resmi, sih, Aku baru lihat-lihat soalnya ada temen yang nawarin. Menurut Kak Dirta, aku beli jangan?"

"Terserah kamu. Kalau kamu emang mau pelihara kucing, aku nggak berhak larang asal kamu harus bisa tanggung jawab, gimana? Bisa?"

Zela menangguk-angguk. "Bisa, dong!"

"Bagus, deh. Emang nggak ada hal yang nggak kamu bisa, sih."

"Kalau nanti udah fix dan deal, anterin Zela, ya, Kak?"

"Boleh," jawab Dirta seraya mengusap rambut halus Zela.

Mereka baru saja tiba di kampus setelah sebelumnya Dirta menjemput Zela terlebih dahulu. Kebetulan jadwal kuliah mereka hari ini dimulai pada jam yang sama jadi bisa sekalian berangkat bersama.

Tatapan Dirta yang awalnya berlabuh pada sosok imut Zela beralih saat mendengar bisik-bisik dari beberapa anak yang ada di sana. Dirta mengedarkan mata dengan perasaan bingung. Memangnya ada hal menarik apa sampai beberapa mahasiswa rela menjeda langkah mereka? Lalu, tiba-tiba saja tatapannya terpaku pada seorang gadis yang sedang berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya. Agaknya semua mata tertuju ke arah yang sama, yakni ke arah gadis itu.

Namun, apa yang menjadikan pemandangan itu menarik sampai menyita banyak atensi mahasiswa yang berlalu lalang? Oh, Dirta paham! Semua itu karena mereka semua menantikan pertunjukkan yang akan dimulai oleh anak pemilik kampus ini. Yup, siapa lagi kalau bukan Junior Aksara. Matanya memandang bolak-balik ke atas lalu beralih ke bawah. Reflek Dirta begitu cepat saat sadar apa yang akan Junior lakukan. Sembari berlari tunggang-langgang Dirta melepas jaket denim yang sedang ia pakai. Begitu jarak antara dirinya dan gadis bertongkat yang tak lain adalah Nabila, Dirta menarik pergelangan tangan gadis itu dan membentangkan jaketnya ke atas kepala. Detik berikutnya suara guyuran air terdengar begitu keras. Masalahnya adalah itu bukan sembarang air. Dilihat dari warnanya saja air itu sudah dioplos dengan tepung, telur, dan aneka bahan lainnya yang bisa digunakan untuk membuat kue.

Semua mata terpaku menatap apa yang tersaji di depan mata. Begitu juga Zela yang membeku untuk beberapa saat. Bahkan ia tidak sadar kapan Dirta sudah tidak lagi berdiri di sebelahnya.

Di sisi lain, Junior yang berdiri di atas rooftop menatap ke bawah dengan kedua telapak tangan terkepal kuat. Matanya menyorot tajam ke arah dua insan yang kini selamat dari rencana indahnya. Huh, jadi ini yang dibilang tidak mengenal si gadis cacat itu? Junior memang tahu bahwa Dirta adalah cowok baik, tapi biasanya cowok itu tidak akan repot-repot melibatkan diri seperti ini jika dia sedang bermain-main dengan targetnya.

"Are you okay?" Dirta bertanya pada Nabila yang masih terpekur di tempat. "Baju lo nggak basah, tapi celana lo kecipratan sedikit."

"A-aku nggak pa-pa."

Mengangguk, Dirta mengibaskan jaketnya yang sudah tidak rupa bentuk dan warnanya. Ia menghembuskan napas lelah. Melempar jaket denim tersebut ke tong sampah terdekat.

"Kak! Kak Dirta nggak pa-pa?"

Suara bertanya dengan nada kepanikan itu membuat Dirta dan Nabila menoleh serentak. Nabila masih ingat gadis ini. Siapa namanya? Sela? Ah, Mela? Entahlah, yang jelas gadis ini adalah gadis yang sama yang ia lihat saat itu sedang bersama Dirta di perpustakaan.

"Ya ampun! Kak Junior keterlaluan! Sikapnya benar-benar nggak mencerminkan sikap seseorang yang udah dewasa."

"Udah. Kenapa jadi kamu yang ngomel-ngomel?"

"Coba lihat?! Gara-gara Kak Junior jaket kamu jadi kotor, 'kan?!"

Nabila membuang muka. Kalau boleh jujur, Nabila lebih memilih disiram dengan air tadi daripada harus melihat dengan jarak sedekat ini bagaimana interaksi Dirta dengan gadis lain. Nggak salah, 'kan, kalau dia emosi? Walau bagaimanapun juga Dirta ini masih pacarnya. Tidak pernah ada kata putus yang membuat status mereka berubah menjadi mantan.

"Thanks udah nolongin gue," kata Nabila menginterupsi. "Lain kali lo gak perlu repot-repot."

Kalimat bernada datar itu membuat Dirta terkejut. Matanya mengikuti langkah yang diambil Nabila sampai gadis itu tak terlihat lagi.

"Kamu kenal sama dia, Kak?"

"Kak? Kak Dirta?!"

"Hah? Apa?!"

Zela menghela napas kasar. "Enggak. Ck, tuh, 'kan, kamu jadi nggak rapi gini. Nanti kalo gak dibolehin masuk kelas gimana coba?"

"Aku masih ada jaket di mobil."

🌼🌼🌼

Suasana di kelas tidak seperti biasanya. Meskipun dosen pengampu mata kuliah pada jam itu belum masuk ke dalam kelas, tetapi aura seram terasa mendominasi ruangan tersebut. Padahal air conditioner sudah dinyalakan. Namun, ada beberapa orang yang merasa kegerahan. Penyebabnya adalah sorot mata tajam bak setajam elang dari seorang Junior. Mahasiswa lain berpikir bahwa alasan di balik kilatan tersebut adalah kegagalan misi yang dilakukan Junior. Padahal ada alasan lain di balik itu.

Edo menatap kedua temannya bolak-balik. Tidak biasanya mereka saling diam begini.

"Daripada diem begini mending bolos aja, hayuk?"

Sepersekian detik belum ada respon apa pun. Sampai kemudian bangku yang diduduki Junior berderit keras. Cowok itu berdiri, menatap Edo lurus. Edo yang ditatap langsung paham arti dari tatapan tersebut. Langsung saja dia bangkit dari posisinya lalu beralih menatap Dirta.

"Kuy, Ta," ajaknya.

"Skip gue."

Edo menahan napas sejenak. Detik berikutnya dia berderap mengikuti Junior yang sudah hilang ditelan pintu. Bisa gawat jika dia ketinggalan lalu tiba-tiba dosen masuk ke kelas. Akan gagal rencananya untuk membolos.

"Junior, tunggu gue ...!" teriak Edo dengan dramatis.

Saat langkah keduanya sudah sejajar, Edo kembali berkata, "Lo sama Dirta ada masalah apa? Jangan bilang cuma karena tadi Dirta gagalin rencana lo?"

"C'mon, man ... lo tau, 'kan, Dirta itu tabiatnya gimana? Wajar, lah, dia bersikap gitu. Lagian juga dia pernah bilang sama lo, 'kan, kalau jangan nyakitin si cacat itu. Kasian, Ju. Buat jalan aja dia udah susah. Lo jangan nambah susah hidup dia, lah."

"Bukan itu alasannya."

"Hah? Terus apa, dong?"

"Si cacat itu ceweknya Dirta," jawab Junior.

"Wah, ngaco lo, ya? Jelas-jelas ceweknya Dirta si Zela. Gimana bisa ceritanya jadi si cacat itu."

"Panjang ceritanya," kata Junior. "Intinya mereka dulu itu pacaran terus ada satu momen mereka kecelakaan bareng sampai akhirnya semuanya jadi kayak sekarang."

Edo menelengkan wajah untuk menatap Junior. Ekspresinya terasa sangsi akan semua penjelasan yang baru saja dipaparkan itu. "Lo nggak lagi halu, 'kan, Ju?"

"Terserah lo mau percaya atau nggak. Gue bisa buktiin nanti, liat aja."

Edo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Selama dia mengenal Dirta, setahunya pacar Dirta, ya, Zela. Bukan justru si cacat yang ia lupa namanya itu. Sebenarnya ada misteri apa antara Dirta dan si cacat itu sampai-sampai mampu meretakkan hubungan persahabatan antara Dirta dan juga Junior? Kalau memang benar apa yang dikatakan Junior bahwa si cacat itu adalah pacar Dirta, lantas bagaimana dengan Zela?

🌼🌼🌼

Awan gelap menggelantung di langit sore itu siap tumpah kapan saja. Meski petang masih akan tiba beberapa jam lagi, tapi keadaan gelap membuat suasana menjadi seperti senja sudah akan menyapa. Nabila menatap resah pada ponselnya yang kehabisan daya. Bagaimana ini? Sopirnya belum datang menjemput dan ia tiadak bisa memberi kabar pada orang rumah. Kalau begini bisa-bisa dirinya harus kehujanan atau paling tidak menunggu sampai hujan mereda.

Nabila menoleh cepat saat mendengar suara klakson mobil. Ia kira itu adalah sopirnya, tapi ternyata bukan. Itu jelas bukan mobil yang biasa digunakan untuk mengantar jemputnya. Nabila tidak tahu mobil milik siapa sampai akhirnya kaca mobil bagian pengemudi mulai diturunkan.

"Mau pulang? Bareng gue aja."

Belum ada respon. Nabila masih terpaku di tempat dengan bibir terkatup rapat.

"Ayo bareng gue aja, keburu hujan."

"Nggak," respon Nabila setelah berhasil menyadarkan diri. "Nanti pacar kamu marah kalau lihat cowoknya pulang bareng sama cewek lain."

"Dia udah pulang duluan, kok, jadi aman. Yuk!"

Berdecih dalam hati adalah hal yang pertama Nabila lakukan saat mendengar kalimat barusan. Itu maksudnya kalau ceweknya belum pulang dia tidak akan menawarkan bantuan berupa tebengan ini begitu? Cih, dari awal juga Nabila tidak mengemis bantuan. Dia saja yang sok-sok'an berinisiatif membantu. Namun, saat Nabila memindai pandangannya ke atas dan juga ke sekitarnya, ia mulai dilema. Satu sisi ingin menolak bantuan yang sepertinya agak terpaksa itu atau justru menerima karena tidak mempunyai pilihan lain.

"Udah gak usah kebanyakan mikir. Ayo."

Tubuh Nabila berjengit saat kulitnya bersentuhan dengan kulit lain. Kapan cowok itu turun dari mobil?

"Aku bisa sendiri," ucapnya sambil mengelakkan tangannya yang dipegang.

Sepanjang perjalanan, mobil itu hanya diisi hening. Tidak ada perbincangan yang terjadi. Hanya saat Dirta bertanya alamat rumahnya Nabila mau membuka suara. Selebihnya ia memilih diam dan membuang tatapan ke arah jalan. Sampai mobil yang membawanya sampai di halaman rumah.

"Thanks," ucapnya tanpa menoleh sedikit pun. Mengabaikan Dirta yang sudah menolongnya.

🌼🌼🌼

Alhamdulillah bisa update lagi dan alhamdulillah masih dipertemukan dengan idul fitri tahun ini

Minal aidzin wal faidzin guys🙏🏻mohon maaf lahir & batin semuanya

Saya selaku penulis amatiran memohon maaf apabila ada kalimat yang menyakiti atau menyinggung perasaan kalian secara tidak langsung, sering ngegantung kalian, janji update rutin padahal aslinya enggak, intinya saya mohon maaf lahir dan batin

Semoga kita semua masih diberi kesehatan dan umur yang panjang sehingga bisa berjumpa dengan ramadhan dan idul fitri di tahun mendatang

Di malam takbiran ini, kalian sibuk apa nih?

#Salamtoleransi untuk yang non-muslim ya🙏🏻

See ya, velable

Continue Reading

You'll Also Like

997K 31.3K 43
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.7M 72.7K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 68.8K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
857K 6.3K 11
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...