JUNI ( COMPLETE )

By sourmatchalatte

157K 6.2K 491

- Kinaya sudah memantapkan diri untuk tidak percaya dan bergantung pada apapun dan siapapun, Kinaya hanya per... More

1. FIRST IMPRESSION
2. QUESTIONS
3. BERANGKAT BARENG
4. NAMANYA MATCHA BUKAN RUMPUT
5. DIA ORANGNYA
6. ABOUT MAHARAGA
7. RUMAH SAKIT
8. PERINGATAN
9. HARUS JADI SIAPA SIAPA TITIK
10. BYE ABEL
11. MASUK SURGA?
12. ROOFTOP
13. THANK YOU, KINAYA.
14. LANGKAH PERTAMA
15. CALON MANTU
16. SAKSI DAN SIAPA?
17. ROMBONGAN
18. GOTCHA!
19. SEBUAH PESAN
20. GELISAH
21. AVEGAS VS GARDIONS
22. HEY, WAKE UP!
23. ALMOST DONE
24. UKS
25. KEDATANGAN AVEGAS
26. KINAYA VS ARKA
27. FINALLY, SAKIT GIGI.
28. SALTING
29. GERAK CEPAT
30. Devan Lagi
31. Treat Better
32. Asik, Official!
33. Dijodohin?
34. Abelia Dwijaya
35. Liontin Hijau
36. Teman?
37. Keluarga Bagaskara
38. Pertemanan Toxic
39. Masa Lalu
40. Nusantara vs Bangsa
41. Murid Baru
42. Preparation
43. SHADOW
44. DI MATA ORANG LAIN
45. BALIK DI SERANG
46. SI GADIS ASING
47. CAFE
48. INSIDEN
49. BERANGKAT BARENG
50. MENCARI CELAH
51. PERTAMA KALI
52. USAI
53. MENGHILANG
54. DI SEKAP & PELAKU SEBENARNYA
55. BENANG MERAH
56. SELFISH
57. DIAM
58. THE DAY
60. AMBIL WAKTU
61. BERBICARA
62. AKHIR DARI PERJUANGAN
EKSTRA PART
GIVE AWAY!💐💐💐

59. THE DAY 2

1.7K 71 1
By sourmatchalatte

Arka mematung mendengar ucapan Kinaya barusan. Ia menggeleng. Tidak mungkin. Ia berusaha tidak mempercayainya.

"Apa maksud lo?! Jangan sembarangan! Pembohong!"

Kinaya menggeleng, "Buat apa gue bohong? Ga ada keuntungannya buat gue sama sekali,"

Arka tertawa keras hingga membuat mereka yang ada di sana mengalihkan atensi ke arahnya. "Gue tau tujuan lo apa. Lo cuma sakit hati kan? Pengen bales dendam dengan ngejelek jelekin orang lain. Ga mempan!" Teriak Arka.

Arka menunjuk musuhnya satu persatu. "Lo semua! Ga akan pernah bahagia! Karena gue yang bakal ngehancurin kebahagiaan kalian! Hahaha!" Teriaknya sambil tertawa bak orang ke setanan.

Bukannya merasa terintimidasi, namun justru sebaliknya. Mereka prihatin melihat kondisi Arka yang berantakkan.

"Semuanya bener."

Mereka serempak menoleh.

Kening Leon mengeryit. "Apa maksud lo?!"

"Semuanya yang dibilang sama Kinaya itu bener. Kinaya ga bohong Ar."

Arka menggeram marah, ia menatap wajah Leon mencari kebohongan. Namun nihil. Arka tidak menemukannya.

Arka terkekeh sinis, "Oh jadi lo ngebela mereka? Lo berkhianat anjing!" Teriak Arka marah.

Leon menggeleng, "Gue ga berkhianat sedikitpun. Dari awal ngehancurin kebahagiaan orang lain demi kepuasan diri sendiri bukan tujuan gue. Tujuan gue cuma satu, jadi tameng buat lo."

Arka frustasi. Ia lelah mendengar omong kosong orang orang. Tidak bisakah mereka berhenti? Arka muak mendengarnya.

"Sebuah keharusan gue jadi melindungi lo, adik gue sendiri."

Deg!

Apa? Adik? Tidak hanya Arka. Mereka semua disana juga terkejut.

"Berhenti bicara omong kosong!" Teriak Arka hendak memberikan pukulan pada Leon, namun dengan sigap Leon menghindar. Kemudian ia melirik ke arah Shadow meminta sedikit bantuan.

Saga dan Aji maju untuk menenangkan Arka. "Lepas anjing! Bangsat lo semua! Lepasin gue!"

"Kenyataannya lo adik gue Ar. Kita satu Ayah, Tante Misa pacar Papa gue sebelum dia ketemu sama Mama. Tapi karena Tante Misa ga terima di tinggal sama Papa, akhirnya Tante Misa jebak Papa dan kemudian dia hamil lo. Tapi Papa gue juga gamau tanggung jawab. Karena di ancam akhirnya Tante Misa ninggalin Papa. Gue minta maaf. Mungkin dengan cara jadi tameng atas segala kesalahan lo, itu bisa menebus rasa bersalah gue. Tapi ternyata gue salah. Lo semakin ga terkendali."

"Pembohong! Lepasin gue anjing!" Arka berontak. Berusaha melepaskan genggaman Saga dan Aji.

"Bajingan lo Leon! Gatau terimakasih! Tanpa gue lo ga akan bisa jadi ketua Avegas! Anjing lo!"

Leon menggeleng, "Regan masih menjadi ketua Avegas sampai sekarang."

"Tapi dia udah mati!"

"Siapa yang bilang gue mati?"

Arka menoleh, lututnya seketika lemas. Disana, Regan. Berdiri tegap di apit oleh Biru dan Gio. Bagaimana bisa? Seharusnya Regan masih berada di gubuk tua dan sudah berubah menjadi bangkai. Siapa yang berani merusak semua rencananya? Liat saja. Leon akan menghabisi siapapun yang merusak rencananya.

"Buang jauh jauh pikiran lo."

"Gue baik baik aja. Kalau lo lupa, gue selalu punya orang baik di sekeliling gue. " Ucap Raga sambil melirik ke arah Biru dan yang lain.

Kinaya berjalan pelan menghampiri Arka, "Udah cukup main mainnya. Sekarang waktunya lo nanggung semua akibat dari perbuatan lo."

Leon mengangguk, "Kalau lo udah tenang, kita bicara."

Arka menggeleng, semuanya membuatnya bingung. Ucapan Kinaya, bahkan Leon yang mengucapkan bahwa ia adalah adiknya. Tidak mungkin kan. Tidak mungkin jika selama ini orang yang satu satunya ia percayai mengkhianatinya? Tidak mungkin. Seingatnya Ayahnya sudah meninggal ketika tidak lama ia di lahirkan. Sedangkan Ibunya hidup sendiri bahkan sampai ia berumur 13 tahun sewaktu Ibunya meninggal. Jika memang benar, mengapa pria itu tidak bilang bahwa ia adalah Ayahnya. Mengapa pria itu memilih diam.

Arka pasrah ketika di bawa oleh salah satu anggota Shadow. Begitu juga anggota Avegas yang lain.

Kinaya melemas. Ia merasakan jika beban pundaknya perlahan terangkat. Ringan. Tidak seperti biasanya. Ia membuang nafas lega.

Ia menoleh ketika seseorang memeluknya, "Hebat! Hebat!" Biru bergetar hebat ketika mengucapkannya. Ia tidak bohong. Ia salut pada Kinaya yang masih bisa menahan diri untuk tindak bertindak jauh.

Kinaya membalas dekapan Biru, menempelkan kening mereka berdua. Beralih pada Bara yang juga melihatnya dengan tatapan terharu. "Proud of you, baby girl. You deserve this."

Kinaya mengangguk. Bergumam mengucapkan kata terimakasih. Kemudian melakukan apa yang ia juga lakukan pada Biru.

Kemudian menoleh ke arah teman temannya. Ia memeluk mereka satu persatu.

Ia mengusap sudut matanya yang berair ketika berhadapan dengan tiga orang pahlawannya. "Makasih. Makasih banyak Jonatan, Jeremy, Melody. Terimakasih udah bantu gue untuk mengumpulkan data, rekaman cctv dan jejak digital yang lain. Terimakasih banyak."

Kinaya berjalan mendekati mereka, kemudian memeluk mereka satu persatu.

"Thank Jo, terimakasih udah mau bantu gue dari awal."

"Sama sama Kinaya. Selamat, hari ini. Lo hebat."

Kinaya mengangguk, beralih pada Melody yang terlihat juga meneteskan air mata. "Makasih udah Mel. Gue ga nyangka lo ada bakat hacker juga." Ucapnya dengan serak, namun di iringi nada bercanda.

Melody memukul punggung Kinaya pelan. "Karena gue ga terlalu jago berantem kaya cewek yang lain. Jadi lebih baik gue bantu Jo dan Jere, ada untungnya juga dulu gue sering ngehack instagram haters gue."

Kinaya tertawa pelan. Lalu berjalan menghampiri Jere. Memeluknya dengan erat. "Makasih Jer. Makasih udah selalu ada buat gue, makasih udah bantu gue sampai detik ini. Thank you." Lirih Kinaya di akhir kata.

Sedangkan Gio kembali merasakan sesak. Entah kenapa melihat Kinaya memeluk sahabatnya saat ini membuat hati Gio tidak nyaman. Apa lagi mendengar ucapan terimakasih Kinaya pada Jere. Seharusnya ia bukan yang menempati posisi selalu ada. Lagi lagi karena perasaan tidak enaknya pada orang lain. Ia menghancurkan kepercayaan gadisnya. Seharusnya ia yang mendekap Kinaya di saat gadisnya terjatuh, seharusnya ia yang menjadi sandaran dan tempat pulang bagi gadisnya. Seharusnya. Seharusnya. Banyak kata seharusnya yang menyerang Gio di kepalanya. Mirisnya, itu hanya kata yang tidak bisa ia lakukan.

"Sisanya bantu yang luka untuk ke rumah sakit, biar langsung di tangani dengan cepat.", Ucap Biru pada yang lain.

Mereka mengangguk, kemudian mulai membantu sama lain.

Biru menghampiri Regan yang sedang berbincang dengan Leon. "Thanks,"

Regan menggelengkan kepalanya. "Harusnya gue yang berterimakasih, kalau bukan karena lo dan anggota lo gue masih terjebak di hutan itu."

"Maaf terlambat."

Regan mengangguk, kemudian memeluk Biru sekilas.

Atensinya teralih pada gadis yang masih menghapus air matanya yang sejak tadi tidak mau berhenti.

"Halo?"

Mata Kinaya semakin memanas. "Lo jahat. Lo ninggalin gue sendirian juga kayak Raga."

"Kan ada Biru dan Bara yang jagain lo, gue minta maaf ya."

Kinaya menggeleng, namun tetap mendekap erat Regan. Setahun tidak bertemu membuat Kinaya sangat amat merindukannya.

Regan ikut menyatukan kening mereka.

"You did it. Selamat, adik." Ucapnya dengan intonasi rendah.

Dalam kening yang masih menyatu, Kinaya kembali menangis. "We did it."

Hal itu pun tidak luput dari pandangan Gio. Irisnya menatap Kinaya dengan pandangan nanar. Sesak. Hatinya sesak.

Biru menoleh ke arah Gio yang masih bergeming di tempatnya. Biru membuang nafasnya kasar, "Lebih baik kamu obati luka luka kamu,"

Gio menggeleng, "Gue mau ketemu Kinaya."

"Masih ada hari esok. Ga mungkin kamu ketemu Kinaya dalam keadaan berantakan."

Biru memanggil Bara, memintanya untuk membawa Gio pergi dari sini. Mau tidak mau Gio pergi dari sana.  Benar yang dikatakan oleh Biru. Tidak mungkin ia bertemu dengan Kinaya dalam keadaan kacau.

Anna, Amara, Melody, Abel dan Wanda berjalan mendekati Kinaya.

"Kin."

Kinaya menoleh.

"Nanti, setelah semuanya selesai. Kita ikhlas. Lo bebas."

Kinaya terharu. Para sahabatnya mengerti dirinya. Tidak ada yang bisa ia ucapkan selain terimakasih.

"Lo tetep ikut gue kemanapun." Ucap Kinaya pada Abel.

Abel menerimanya dengan senang hati. Abel tersenyum dan mengangguk. "Pasti."

****

Kinaya mendesah lega. Setidaknya ini yang bisa ia lakukan demi Raga dan juga Ayahnya. Kemarin sewaktu Jo mengabarkan Kinaya jika Ayahnya mengalami kecelakaan, dunianya seketika hancur. Dunia yang ia berusaha bangun kembali dalam satu tahun ini kembali hilang. Bahkan tidak tersisa sedikit pun. Rasanya Kinaya ingin menghilang. Bahkan rasa sakitnya kehilangan Raga belum pulih, namun ia kembali di berikan beban tentang percintaannya dengan Gio, bahkan Ayahnya ikut meninggalkannya.

Ia menangis. Kata kapan selalu memenuhi kepalanya. Ia lelah. Rasanya ingin menyerah.

Jika nanti suatu saat Ibunya kembali meninggalkannya rasanya ia mati saat itu juga.

Lagi lagi ia terkekeh sinis. Bukannya sudah hukum alamnya seseorang datang dan pergi? Untuk apa ia kecewa?

****

Saat ini Inti Gardions sedang berada di rumah sakit, mereka bersama sama mengobati luka mereka masing masing. Untuk keadaan Gio yang bisa di bilang sedikit parah. Namun bersyukur tidak ada luka dalam, bahunya memang memar bahkan terlihat jelas bercak kebiruan disana. Namun tidak ada luka dalam.

"Kenapa ga ada yang kasih tau gue kalau Bokap Kinaya udah ga ada?"

Hening.

"Jawab." Ucapnya sedikit dengan penekanan.

"Buat apa?"

Gio mendelik tidak suka ke arah Bara. "Maksud lo?"

"Ya buat apa kita ngasih tau lo? Toh belum tentu lo bisa dateng kan? Bukannya lo sibuk nemenin Lisa?"

Gio tersentak. Ia menatap Bara dengan pandangan terkejut. Bagaimana ia bisa tahu?

"Lo--?"

"Sewaktu di mobil dalam perjalanan ke rumah sakit dia berusaha telpon lo, walau ga di angkat tapi dia tetep berusaha. Pas panggilan di jawab, bukan suara lo yang keluar tapi suara Lisa. Lo pasti bisa nebak apa aja yang udah cewek tolol itu ucapin ke Adek gue."

Sial! Jadi Lisa sudah lebih dulu mengotak atik ponselnya sebelum ia rampas. Gadis itu sudah bermain main dengannya. Liat saja, tidak ada ampun kali ini. Kali ini persetan dengan perasaan ibunya!

Namun perasaan Gio kembali terusik ketika membayangkan perasaan kecewa Kinaya terhadapnya. Gadis itu ternyata menghubunginya dan berniat memberitahu. Seharusnya Gio di sana, di samping gadis itu. Memberinya kekuatan dan ucapan bahwa semuanya akan baik baik saja. Dan Gio selalu ada untuknya. Namun tidak ada. Ucapan itu tidak pernah bisa ia ucapkan. Kali ini Gio tidak akan mengulangi kesalahannya. Gio yakin. Gio berjanji. Tolong ingatkan dirinya lain kali.

"Ayah di makamin dimana Bar?" Tanya Gio pelan.

"Tepat di samping Raga."

"Besok tolong anter gue kesana."

Bara menggelengkan kepalanya. Kening Gio mengernyit. "Makam mereka bukan di indonesia Gi. Dan gue rasa lebih baik lo selesain masalah lo disini dulu sampai kelar. Lo bisa ke makam Ayah lain kali."

Gio mengangguk pasrah. Ia baru mengetahui jika makan Raga tidak berada di indonesia. Namun Gio tidak heran ketika mengingat keluarga Bagaskara dan mayoritas tinggal di luar negeri.

"Gue ga bisa diem aja kali ini. Besok bawa dia ke markas. Biar gue kasih kejutan."

Mereka tersenyum semangat. Ini Gio yang mereka kenal. Dan ini yang mereka tunggu tunggu setelah sekian lama.

Sedangkan Gio kembali terdiam, ia menatap langit ruangan. Pikirannya melayang jauh pada Jordan. Banyak kata maaf yang ia gumamkan pada Pria yang sudah ia anggap sebagai Ayahnya sendiri. Maaf karena telah mengecewakan karena sudah membuat putrinya terluka.

****
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 169 9
Jika kamu memang badai sekalipun, tetap ada mendung yang memelukmu erat.
1.8M 193K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
941K 55.2K 57
[Follow sebelum baca] "Kamu dimana?" Rheva menatap lurus ke depan tepat dimana sepasang remaja saling bermesraan. "Aku di rumah, sayang" jawab seseo...
11.3K 733 17
[0N-G0ING] Permainan konyol yang di perankan dirinya dan teman-teman nya malah membuat Kevin sendiri terjebak dalam permainan itu. "Truth or Dare?" T...