JUNI ( COMPLETE )

By sourmatchalatte

121K 5.4K 475

- Kinaya sudah memantapkan diri untuk tidak percaya dan bergantung pada apapun dan siapapun, Kinaya hanya per... More

1. FIRST IMPRESSION
2. QUESTIONS
3. BERANGKAT BARENG
4. NAMANYA MATCHA BUKAN RUMPUT
5. DIA ORANGNYA
6. ABOUT MAHARAGA
7. RUMAH SAKIT
8. PERINGATAN
9. HARUS JADI SIAPA SIAPA TITIK
10. BYE ABEL
11. MASUK SURGA?
12. ROOFTOP
13. THANK YOU, KINAYA.
14. LANGKAH PERTAMA
15. CALON MANTU
16. SAKSI DAN SIAPA?
17. ROMBONGAN
18. GOTCHA!
19. SEBUAH PESAN
20. GELISAH
21. AVEGAS VS GARDIONS
22. HEY, WAKE UP!
23. ALMOST DONE
24. UKS
25. KEDATANGAN AVEGAS
26. KINAYA VS ARKA
27. FINALLY, SAKIT GIGI.
28. SALTING
29. GERAK CEPAT
30. Devan Lagi
31. Treat Better
32. Asik, Official!
33. Dijodohin?
34. Abelia Dwijaya
35. Liontin Hijau
36. Teman?
37. Keluarga Bagaskara
38. Pertemanan Toxic
39. Masa Lalu
40. Nusantara vs Bangsa
41. Murid Baru
42. Preparation
43. SHADOW
44. DI MATA ORANG LAIN
45. BALIK DI SERANG
46. SI GADIS ASING
47. CAFE
48. INSIDEN
49. BERANGKAT BARENG
50. MENCARI CELAH
51. PERTAMA KALI
52. USAI
53. MENGHILANG
54. DI SEKAP & PELAKU SEBENARNYA
55. BENANG MERAH
57. DIAM
58. THE DAY
59. THE DAY 2
60. AMBIL WAKTU
61. BERBICARA
62. AKHIR DARI PERJUANGAN
EKSTRA PART
GIVE AWAY!πŸ’πŸ’πŸ’

56. SELFISH

1.5K 62 6
By sourmatchalatte

Gio yang berniat keluar untuk mencari udara segar justru harus menelan pil pahit ketika menemukan gadisnya sedang duduk berdua dengan seseorang yang ia tau sebelum ini. Sosok yang sama dengan pria yang berada di foto yang selalu seseorang kirimkan padanya. Gio berdiri tak jauh dari keduanya berada, bahkan ia mendengar percakapan mereka dari awal sampai selesai.

Apa Kinaya tidak bahagia selama bersamanya?

Tapi Gio pernah menanyakan apa Kinaya bahagia, dan ia menjawab dengan tulus bahwa ia bahagia. Bahkan Gio tidak menemukan kebohongan di matanya.

Ia tidak mengenali Kinaya yang saat ini ia lihat.

Biru pergi setelah melakukan adegan yang membuat hati Gio teriris. Gio memberanikan diri menghampiri Kinaya. Ia sudah tidak mau menunggu lebih lama lagi.

"Ay?"

Gio sempat melihat tubuh Kinaya yang menegang, namun dengan cepat tubuhnya kembali tenang seperti sedia kala.

Dengan berani ia duduk di sampingnya.

"Ay?"

Kinaya masih diam, ia memainkan cup minumannya.

"I'm sorry,"

Mendengar kata maaf dari Gio membuat Kinaya melirik. "For what?"

Gio menunduk. Wajahnya berubah menjadi sendu, "Untuk semuanya. Aku minta karena aku yang ga percaya kamu, aku yang bikin kamu sedih, aku yang nyakitin kamu, aku yang ngecewain kamu. Maafin aku. Maaf, aku tau salah."

"Yes, you are."

Gio mengangguk, meraih tangan Kinaya yang terbebas. "Maafin aku, please jangan menghindar lagi. Aku bingung cari kamu kemana mana, bahkan Bara ga mau kasih tau aku keberadaan kamu. Aku khawatir. Aku takut. Maafin aku sayang, jangan kaya gini. Aku ga bisa. Aku gamau." Ucapnya lirih.

"Are you done?"

Gio mendongak, terkejut mendapati reaksi Kinaya. Wajahnya kembali sendu, matanya berkaca kaca. Ia sadar Kinaya tidak akan memaafkannya begitu saja atas apa yang sudah ia lakukan. Sudah seharusnya ia tahu diri.

Ia mengelus pipi Kinaya lembut. Di tatap iris mata itu dalam, "Maafin aku ya sayang, aku tau aku salah, aku keterlaluan. Tolong kamu jangan kemana mana, tetep terus di samping aku. Maafin aku yang ga pernah ada buat kamu selama ini, maafin aku yang kurang sadar dengan hal hal penting di sekeliling aku. Maafin aku karena kamu harus ngelewatin semua ini sendirian. Maaf sayang."

Kinaya melepaskan tangan Gio yang bersanggar di pipinya. "Aku ngantuk,"

Gio tersenyum sendu, kemudian ia mengangguk. Mencoba menahan hatinya yang hancur karena mengetahui jika Kinaya masih menghindarinya. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, memeluk Kinaya erat walau ia tahu Kinaya tidak membalas pelukannya. Di kecup lama dahi gadisnya lembut. "Selamat tidur sayang, sekali lagi maafin aku."

Kinaya tidak membalas, bahkan ketika Gio melepaskan pelukannya ia dengan cepat berdiri kemudian pergi dari sana.

Gio memperhatikan punggung Kinaya yang berjalan menjauhinya, bahkan dalam gelapnya lampu malam. Ia masih bisa melihat jika gadis itu mengusap pipinya pelan.

Lagi lagi ia membuat air mata Kinaya jatuh.

Ingin seberapa banyak lagi, Gio?

****

Kinaya menangis di dalam selimutnya, air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya tumpah. Bahkan ia tidak sanggup ketika melihat wajah yang penuh luka itu, ingin sekali ia menyentuh wajah itu. Rasanya ia ingin berlari menghampiri pria itu dan mendekapnya. Namun ia berusaha mengedepankan egonya. Sama seperti yang Gio lakukan padanya. Kekanakan memang.

Ia meringis, membayangkan bagaimana pria itu menahan sakit perlakuan Arka, bahkan ia sama sekali tidak bisa membalas.

Melihat mata Gio tadi yang berkaca kaca membuat hatinya sedikit goyah. Selama mengenal pria itu, ini pertama kalinya Kinaya melihat Gio menangis. Namun ia takut, ia takut jika nanti akan kembali terulang. Ia tidak yakin nantinya akan sanggup.

"Aku juga minta maaf Gi. Maaf kalau nantinya untuk kamu aku ga coba untuk berusaha..." lirihnya.

Lama menangis membuatnya kelelahan. Membuat Kinaya akhirnya tertidur dalam keadaan wajah basah dan sembab.

****

Pagi ini terasa ramai sekali, biasanya hanya akan di isi oleh Inti Shadow dan para gadis. Namun kali ini kedatangan Inti Gardions membuat suasana di rumah ini terasa ramai.

Saat ini mereka sedang duduk di ruang tengah, tengah berkumpul bersama setelah melewati malam yang cukup bisa di sebut melelahkan. Bahkan Devan, Jo, Wanda dan Damian duduk di bawah beralaskan karpet berbulu, mereka sedang bermain kartu. Sedangkan yang lain duduk di sofa hanya mengamati.

"Oi Jer sedep bener pagi pagi masak mie," celetuk Saga.

Jere menyengir. "Mumpung si kanjeng belom bangun gue mau memanfaatkan waktu sebaik mungkin."

"Cih. Gue malah yakin banget dia udah bangun."

Jere melotot. "Lancar banget mulut lo ngomongnya."

"Eh kalian kalau mau makan ke belakang gih, kita jarang sarapan bareng soalnya." saran Aji pada Inti Gardions. Mereka mengangguk.

"WAH BAUNYA WANGI."

Jere tersedak ketika mendengar suara yang menggelegar. Dengan sigap Melody memberikan segelas air yang di sambut baik oleh Jere.

Saga tertawa mengejek ke arah Jere. "Mampus!"

"JEREMYYYYY MAUUU!"

Jere kembali terlonjak ketika suara itu kembali menggelegar. Kinaya berlari menuruni anak tangga menuju ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Jere. Sedangkan Jere sudah kelabakan di tempatnya, dengan sigap ia melindungi mangkuknya dan mengangkat mangkuknya setinggi mungkin.

"JERE!"

"JERE! BAGI!"

Kinaya berusaha meraih mangkuk di tangan Jere, sedangkan Jere memutar mutarkan tubuhnya dan mengahadang wajah Kinaya dengan telapak tangannya yang bebas. "Pergi lo! Pergi! Hush!"

"Itu bisa di bagi dua ya setan! Ga usah pelit deh lo!"

"Jauh jauh sana lo!" Jere kembali mendorong wajah Kinaya.

Kinaya mendengus, kemudian berhenti. Ia menatap wajah Jere dengan raut permusuhan. "Gue aduin Biru." Ucapnya kemudian berbalik dan pergi dari sana.

Jere gelagapan. Sial, jika situasi saat ini ia masih bisa membiarkan mienya di bagi dua, beda hal jika Biru sudah turun tangan. Bisa bisa ia tidak mencicipi sedikit pun mienya.

Belum sempat Jere menyangkal, namun Kinaya sudah lebih dulu menghilang dari pandangannya. "Ah astaga! Anak kambing!"

"Mampus!" Ejek Saga dengan wajah mengejek. Sedangkan yang lain tertawa melihat tingkah mereka berdua. Sejujurnya ini adalah hal biasa bagi mereka.

"Mereka kenapa?"

Aji menoleh ke arah Damian yang memasang raut penasaran. "Mereka selalu begitu. Kalau Jere masak mie udah pasti Kinaya selalu minta, dan Jere selalu ga pernah mau kasih. Alhasil ya begitu tuh, ga ada yang mau ngalah."

Namun bukan penjelasan Aji yang membuat Damian salah fokus. Kata selalu begitu yang membuat Damian bertanya tanya. Jadi ini bukan pertama kali?

Dan Gio mendengar sengat sangat baik ucapan yang keluar dari mulut Aji.

Semua yang berada disana masih tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Berbeda dengan Gio yang melihat hal itu dengan pandangan berbeda, tidak sadar kedua tangannya sudah mengepal. Ia sedikit gusar melihat keakraban Kinaya dan Jere. Bahkan bisa di lihat sepertinya mereka sudah sering berinteraksi. Terlihat bagaimana sikap Kinaya yang tidak melihat Jere seperti orang asing.

Mengapa jika di depan Gio mereka seperti dua orang yang tidak saling mengenal?

Sejak kapan mereka berubah menjadi dua orang yang sudah mengenal dekat?

Apa saja yang sudah ia lewatkan?

Lamunan Gio buyar ketika melihat Kinaya kembali, tentu saja dengan Biru di depannya.

Kinaya menatap Jere dengan tatapan mengejek, "Mampus lo." Ucapnya tanpa suara.

Biru berjalan ke arah Jere yang sudah pasrah di tempatnya. "Jer. Bagi dua."

Jere tahu, ucapan bukanlah sebuah permintaan, melainkan sebuah

Perintah.

Jere mendengus kemudian menatap Kinaya dengan jengkel. Ia mengangguk pasrah dan kembali duduk.

Kinaya berjingkrak senang, kemudian ikut mendudukkan tubuhnya di samping Jere. "Thank you, Jeremy." Ucapnya semanis mungkin.

Bukannya merasa luluh justru Jere semakin dibuat dongkol. Lagi lagi ia harus merelakan mie terenaknya untuk di bagi dua dengan perut gentong di sebelahnya.

Sedangkan Bara hanya menggelengkan kepalanya.

"Oh iya gimana selanjutnya?" Mereka menoleh ke arah Jo yang datang dengan mac book kepunyaannya.

Biru menoleh ke arah Kinaya meminta jawaban, menurutnya walaupun ia menjabat sebagai pengganti Biru. Namun pengecualian dalam hal ini semua kendali berada di bawah tangan Kinaya. Ia hanya akan bekerja di balik layar, dan memantau jika semuanya berjalan dengan sebagaimana seharusnya.

"Tenang aja, Arka juga ga akan tinggal diem kok ngeliat tawanannya lepas begitu aja." Ucap Kinaya tenang sambil melirik ke arah Inti Gardions.

Kinaya tersenyum samar, membebaskan Inti Gardions memang sudah menjadi rencananya, namun Kinaya tidak akan melakukan itu dengan cuma cuma. Harus ada keuntungan dalam setiap tenaganya.

Mereka semua mengangguk, pasti Arka sudah bertanya tanya kenapa mereka semua bisa lolos begitu saja. Karena saat Kinaya dan yang lain membebaskan Inti Gardions sewaktu mereka di sekap, Arka bersama dengan anggota Inti yang lain tidak berada di tempat.

"Terus cewek itu mau gimana?" Tanya Jo kembali.

"Buang aja lah," sahut Wanda gamblang. Ia sudah jengkel dengan Lisa. Ia pikir Lisa memang bersifat polos seperti yang terlihat, namun nyatanya semuanya hanya kedok.

Amara mengangguk dengan wajah serius, "Tau, mana nyusahin banget lagi."

Sebenarnya Kinaya bingung, membawa Lisa masuk ke dalam tempat ini tidak lah masuk ke dalam rencananya. Namun melihat ia tidak berdaya kemarin membuat rasa iba di dalam diri Kinaya muncul begitu saja.

Kinaya mengendikkan bahu acuh. Kinaya melirik Gio yang sedang duduk dengan mata tertuju ke arahnya. "Lo aja yang handle, kan lo yang paling ngerti."

Gio menyatukan alisnya bingung. Belum sempat menjawab gadis yang menjadi topik pembicaraan muncul. Ia berjalan ke arah mereka dengan raut wajah yang bingung.

"Ngapain berdiri disitu? Duduk." Ucap Anna jengah ketika melihat Lisa terus berdiri.

Lisa mengangguk, mengambil tempat di sebelah Biru. Karena hanya itu tempat yang tersisa. Ia sempat melirik ke arah Gio yang sama sekali tidak menatapnya.

Lisa berdehem. "Aku boleh tanya?"

"Lo ngomong sama siapa?" Tanya Devan dengan nada tak kalah ketusnya.

Benar benar dua pasangan itu.

Anna memandang sekeliling dengan pandangan ragu, "Aku dimana?" Cicitnya.

"Buta mata lo? Ya jelas jelas lo di ruang tamu. Ini.... Namanya.... Ruang... Tamu..." Ucap Melody kesal, kemudian menjelaskan sambil menggerak gerakkan tangannya membuat lingkaran. Seolah menjelaskan kepada seorang anak kecil yang baru belajar. Tingkah Melody membuat semua yang berada disana menahan tawanya.

"Bukan itu maksud aku..." Cicitnya kembali.

"Ya terus ape? Ngomong yang jelas makanya."

"Aku ada dimana? Dan kenapa aku bisa ada disini? Kalian bawa aku kemana?" Tanya Lisa beruntun. Ia benar benar bingung, ia benar benar tidak ingat apapun tentang kejadian kemarin. Ia hanya ingat ketika ia bangun, ia sudah berada di tempat ini.

Kinaya menoleh ke arah Lisa yang sedang duduk di kursinya. Terlihat ia sedang meremat jermarinya dan wajahnya yang selalu menunduk ketika berbicara.

"Sebelum kita jawab, lo ga ada yang mau di jelasin dulu gitu?"

Lisa mendongak, terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Kinaya. "Jelasin apa?" Ucapnya pelan.

Kinaya menarik sudut bibirnya ke atas. "Ga usah belaga tolol, semua orang disini udah tau."

Lisa terkejut, jadi mereka.....

Ia melirik ke arah Gio yang sedang menatapnya dengan tajam, ia kembali meremat jemari tangannya sampai tidak sadar jika tangannya terluka.

"Kamu pasti salah, aku sama sekali ga ada hubungannya sama masalah kemarin. Bahkan aku gatau kalau Arka bakal nyakitin kalian semua. Dan.. dan.. aku juga gata--"

Ucapan Lisa berhenti ketika mendengar gelak tawa dari Kinaya.

"Gue perasaan ga menyebutkan perihal masalah kemarin, bahkan gue ga menyebutkan satu nama pun. Lo sadar ga kalau lo kejebak sama ucapan lo sendiri?"

Skakmat! Lisa merutuki kebodohannya. Kinaya selalu saja memutarkan ucapannya hingga ucapannya menyerang dirinya balik.

Mereka menatap Lisa dengan pandangan tak percaya. Terlebih lagi Gio, sebenarnya ia sedikit ragu dengan ucapan yang menjelaskan jika Lisa memiliki sangkut paut dengan semua yang terjadi. Bahkan bekerja sama dengan Arka. Selama mengenal Lisa, Gio tidak pernah melihat gelagat aneh Lisa yang membuatnya berpikir bahwa Lisa mendekatinya hanya untuk memenuhi rencana busuk Arka. Selama ini ia terlihat seperti gadis polos dan lugu.

Brak!

Mereka semua terkejut ketika mendapati Lisa yang menggebrak meja dan memandang Kinaya dengan tatapan tajam.

"Kamu kenapa sih?! Kamu sengaja ya ngelakuin ini semua?! Kenapa? Aku salah apa sama kamu Kinaya!"

"Kamu jebak aku kan?! Jawab jujur! Aku tau ini semua akal akalan kamu biar aku terlihat salah!"

"Kenapa? Kamu ngelakuin ini semua karena kamu cemburu sama aku yang dekat sama Kak Gio?! Iya?! Kamu iri sama aku? Hah?!"

Lisa kembali berteriak dengan nafas yang terengah engah, bahkan wajahnya sudah memerah tanda ia marah. Kemudian ia kembali menunjuk wajah Kinaya dengan telunjuknya.

"Asal kamu tau ya! Kamu tuh emang pantes tau gak dapetin itu semua, kamu tuh emang pantes ditinggal! Kamu emang pantes untuk sendirian! Kamu pantes untuk di sakitin! Kamu pantes untuk dapetin itu semua! Karena kamu itu egois!"

Kinaya berdiri dan mencengkram erat rahang Lisa dengan cepat.

Bahkan mereka sampai terpekik terkejut karena gerakan Kinaya yang terbilang sangat gesit.

Gio hendak maju, namun di tahan oleh Damian. "Diem."

Gio menggeram. Bukan maksudnya ingin melindungi Lisa, ia hanya ingin Kinaya tidak terlalu melewati batasnya.

Lisa memegang tangan Kinaya yang sedang menekan rahangnya mencoba untuk melepaskan, bahkan ia sampai meringis merakan sakitnya cengkraman tersebut.

Kinaya mendorong tubuh Lisa sampai terjatuh di sofa, tentu saja dengan cengkramannya yang tidak terlepas. Kinaya menunduk, menatap tajam lawan bicaranya dari atas. "Mungkin lo lupa! Kalau gue pernah bilang, gue ga suka ada yang teriak di depan muka gue!"

Semua kembali terkejut mendengar teriakan Kinaya yang menyeramkan.

"Lo dengerin ini semua baik baik. Gue ga pernah iri sama lo. Bahkan ga pernah terlintas satu kata itu di otak gue. Kata kata itu seharusnya buat diri lo sendiri. Seharusnya juga dari dulu lo sadar diri, mau lo berusaha sampai kapanpun lo ga akan pernah ada di atas gue. Dan emangnya lo ga mikir? Ga ada satu hal pun di diri lo yang bisa ngebuat gue iri. Karena dari dulu sampe sekarang lo itu ga lebih dari sekedar sampah!"

Kinaya menghempaskan wajah Lisa dengan kasar. Kemudian menatap remeh Lisa yang sedang menangis. "Dan apa kata lo tadi? Gue cemburu sama lo?"

Kinaya tertawa keras. Namun tentu saja dengan wajah mengejek.

"Yang bener aja, yakali gue cemburu sama modelan kayak lo."

Kinaya kembali maju dan mendorong Lisa sampai bersandar ke punggung sofa. Bahkan ia menulikan suara tangisan Lisa di bawahnya. "Gue kasih saran, lo ga usah terlalu membanggakan diri dan berharap bisa punya hubungan jauh sama Gio. Lo tau kenapa? Karena dari dulu kunci kendalinya masih sama gue. Dan sampai kapan pun lo ga akan pernah bisa dapetin kunci itu." Ucapnya kembali dengan penuh penekanan, kemudian beranjak pergi dari sana.

Meninggalkan pasang mata yang melihatnya terkejut. Mereka yang sudah mengenal baik Kinaya akan merasa hal itu biasa saja. Namun berbeda dengan Inti Gardions bahkan Gio sendiri.

****
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

443K 16.8K 69
Pahami baik baik ^Jangan kebanyakan halu yup wkwk^ 'Ayo jangan lupa vote nya gaisπŸ’™' 'maap ini mungkin agak sedikit gaje ya maklumin lah ini cerita...
8.9K 1.4K 45
Bukan hal yang aneh jika nama Sean Moreno banyak disebut sebagai cowok yang paling boyfriendable oleh para siswi di SMA Garuda. Banyak yang mengingin...
1.5M 90.6K 65
{ sudah completed kembali } CLARESTA REA ANANTA, putri bungsu dari keluarga BAGASKARA yang tak pernah di anggap kehadiran nya. Mempunyai dua orang Ab...
5.6K 418 5
Hanya kisah Sean bersama Leukimia.