JUNI ( COMPLETE )

By sourmatchalatte

121K 5.4K 475

- Kinaya sudah memantapkan diri untuk tidak percaya dan bergantung pada apapun dan siapapun, Kinaya hanya per... More

1. FIRST IMPRESSION
2. QUESTIONS
3. BERANGKAT BARENG
4. NAMANYA MATCHA BUKAN RUMPUT
5. DIA ORANGNYA
6. ABOUT MAHARAGA
7. RUMAH SAKIT
8. PERINGATAN
9. HARUS JADI SIAPA SIAPA TITIK
10. BYE ABEL
11. MASUK SURGA?
12. ROOFTOP
13. THANK YOU, KINAYA.
14. LANGKAH PERTAMA
15. CALON MANTU
16. SAKSI DAN SIAPA?
17. ROMBONGAN
18. GOTCHA!
19. SEBUAH PESAN
20. GELISAH
21. AVEGAS VS GARDIONS
22. HEY, WAKE UP!
23. ALMOST DONE
24. UKS
25. KEDATANGAN AVEGAS
26. KINAYA VS ARKA
27. FINALLY, SAKIT GIGI.
28. SALTING
29. GERAK CEPAT
30. Devan Lagi
31. Treat Better
32. Asik, Official!
33. Dijodohin?
34. Abelia Dwijaya
35. Liontin Hijau
36. Teman?
37. Keluarga Bagaskara
38. Pertemanan Toxic
39. Masa Lalu
40. Nusantara vs Bangsa
41. Murid Baru
42. Preparation
43. SHADOW
44. DI MATA ORANG LAIN
45. BALIK DI SERANG
46. SI GADIS ASING
47. CAFE
48. INSIDEN
50. MENCARI CELAH
51. PERTAMA KALI
52. USAI
53. MENGHILANG
54. DI SEKAP & PELAKU SEBENARNYA
55. BENANG MERAH
56. SELFISH
57. DIAM
58. THE DAY
59. THE DAY 2
60. AMBIL WAKTU
61. BERBICARA
62. AKHIR DARI PERJUANGAN
EKSTRA PART
GIVE AWAY!πŸ’πŸ’πŸ’

49. BERANGKAT BARENG

1.1K 53 0
By sourmatchalatte

"Lo gapapa?"

Lisa menggeleng, "Gapapa Kak," Kemudian ia berusaha berdiri namun akhirnya limbung. Sontak Gio menahan tubuhnya dari samping.

"Eh eh,"

"Shhh,"

Melihat Lisa yang sepertinya kondisinya kurang baik, Gio bimbang untuk menawarkan tumpangan atau tidak.

"Lo gue anter aja deh,"

Lisa terkejut kemudian menggeleng, "Ga usah Kak gapapa,"

Gio berdecak, "Udah ayo buruan."

Lisa mengangguk kemudian berjalan pelan pelan ke arah mobil dengan lengan yang masih di pegang oleh Gio.

Tanpa di sadari seseorang tersenyum sinis melihat kejadian di sebrangnya.

"Rumah lo dimana?"

"Ga jauh dari sini Kak, nanti pertigaan di depan belok ke kiri."

Gio mengangguk, "Sakit banget ya kaki lo?"

Lisa tersenyum canggung dan mengangguk, "Lumayan."

"Lain kali lo kalau nyebrang liat liat, untung gue masih bisa ngerem mendadak."

Lisa mengangguk, "Maaf Kak, aku buru buru banget soalnya udah di tungguin Ibu dirumah."

Gio mengangguk tidak membalas, sebenarnya jika bukan karena rasa tidak enaknya karena menabrak Lisa, Gio tidak mungkin membiarkannya menaiki kendaraannya. Rasanya aneh membiarkan orang asing duduk di sampingnya.

Lisa menoleh ke arah samping, menatap Gio dari samping yang sedang fokus memperhatikan jalan di depannya. Kini ia sadar apa yang di katakan oleh siswi sekolah memang benar. Pria di sebelahnya ini punya sejuta pesona yang entah tidak bisa di jabarkan. Terkadang ia iri terhadap Kinaya yang berstatus kekasih pria di sebelahnya ini. Kinaya punya keluarga utuh, hidup terjamin, dan di kelilingi oleh orang orang yang menyayanginya. Terlebih membuatnya iri adalah Kinaya pacar dari seorang Gionendra Brama Adinata.

Jika ada kesempatan Lisa ingin sekali menempati posisi itu, merasakan bagaimana bahagianya.

"Rumah lo yang mana?"

Lisa tersentak dari lamunannya, kemudian menyadari jika mereka hampir sampai. "Itu di depan Kak."

Gio mengangguk.

"Bisa lo turun sendiri?"

Lisa menoleh, kemudian menunduk ragu. "Kayaknya ga bisa Kak, sakit banget kaki aku."

Gio membuang nafasnya kasar, kemudian keluar dari mobilnya.

Lisa tersenyum ketika tau jika Gio berniat membantunya.

"Ayo," ucap Gio membuka pintu mobil penumpang.

Lisa mengangguk dan mencoba berdiri pelan pelan. Seperti tadi Gio membantu Lisa dengan memegang lengan dan bahunya.

Pintu di buka dari dalam, seorang wanita yang wajahnya berkisar usia 40 tahun. Mungkin Ibunya, pikir Gio. "Loh kamu kenapa Lisa?"

"Ini Bu, aku tadi jatoh di jalan."

Wanita itu kemudian mengambil alih Lisa dan menuntunnya menuju sofa ruang tamu.

"Kenapa bisa?"

"Tadi aku nyebrangnya ga liat liat Bu."

Wanita itu menoleh ke arah Gio, dan tersenyum. "Ini siapa?"

Gio tersenyum kemudian mencium punggung tangan wanita itu. "Saya Gio Bu, maaf sebelumnya tadi saya ga sengaja nabrak Lisa."

"Saya Rina Ibunya Lisa."

"Oh iya iya, duduk dulu Nak."

Gio mengangguk dan mendudukkan dirinya di sofa yang jaraknya cukup jauh dari Lisa.

"Maaf ya Gio Lisa ngerepotin,"

"Gapapa Bu, saya minta maaf ya sekali lagi."

Rina mengeryit dahi bingung, ketika menyadari raut wajah bahagia putrinya ketika melihat Gio. "Lisa ini siapanya Gio?"

Gio menyatukan alisnya bingung. Siapanya? Gimana maksudnya?

"Maaf Bu?"

Rina tersenyum, "Jujur aja gapapa,"

Gio makin bingung dengan ucapan yang di katakan oleh wanita di depannya. Jujur? Kemudian Gio menoleh dan terkejut ke arah Lisa yang sedang menunduk dengan pipi merah. Lah kenapa dia?

"Lisa adik saya di sekolah Bu, ga ada hubungan apa apa."

Rina sempat terkejut namun dengan cepat mengubah raut wajahnya. "Oh di kirain," lalu menoleh ke arah putrinya yang masih setia menunduk.

"Kalau gitu saya pulang dulu ya Bu."

"Kenapa buru buru?"

"Saya ada janji sama tunangan saya. Sekali lagi saya minta maaf karena saya Lisa jadi terluka." Pamit Gio. Rina hanya mengangguk dan berjalan ke depan mengantarkan Gio sampai depan pintu.

Sementara dalam diam Lisa tersenyum kecut dengan tangan meremat celana bahan yang sedang ia gunakan. Hatinya merasa tercubit ketika Gio dengan tegasnya mengatakan bahwa mereka berdua tidak memiliki hubungan apa apa, dan apa tadi tunangan? Apa Gio dan Kinaya sudah berjalan sejauh itu? Bahkan sekedar pamit dan menoleh ke arahnya saja tidak Gio lakukan. Ia seperti tidak terlihat disini.

"Ayo Ibu antar ke kamar kamu,"

Lisa menoleh ke arah Ibunya, rupanya Gio sudah pulang.

Lisa mengangguk, "Makasih ya Bu."

Rina mengangguk dan menuntun kembali putrinya menuju kamarnya.

"Kamu kenapa?"

"Gapapa Bu,"

Rina mengelus rambut putrinya sayang, "Kamu anak Ibu, mana bisa kamu bohongin Ibu."

Lisa menoleh ke arah Ibunya yang sedang duduk bersamanya di pinggir ranjang. "Lisa salah ga Bu kalau pengen bahagia?"

Rina terkejut mendengar pertanyaan putrinya, "Kamu memang selama ini ga bahagia?"

Lisa tersenyum kecut, dan mengarahkan pandangannya ke arah lain. "Aku bahagia sama Ibu, tapi maksud aku bahagia yang lain. Punya temen yang sayang sama aku, bisa beli apa aja yang aku mau, terus aku juga mau ngerasain gimana rasanya punya... Pacar," ucapnya dengan nada pelan di akhir kalimatnya.

Rina berkaca kaca melihat keadaan putrinya sekarang, terlalu banyak yang mereka lalui hanya berdua membuatnya memaksa Lisa untuk bisa kuat sebelum waktunya.

"Ibu minta maaf kalau kamu belum bisa ngerasain semua itu karena Ibu, untuk masalah teman memang sekolah kamu bagaimana?"

"Mana ada Bu yang mau temenan sama aku, bahkan aku kalau ke kantin aja sendiri."

Rina menghela nafas, kemudian memegang erat kedua tangan putrinya. "Lisa... Maafin Ibu."

Lisa menggeleng, "Bukan salah Ibu."

Rina memeluk putrinya erat, membiarkannya menangis kencang. Ia merutuki dirinya sendiri karena ke egoisannya yang membuat putrinya seperti ini.

Rina menguraikan pelukannya, mengusap sudut mata putrinya. "Ga boleh sedih lagi, pokoknya kamu harus bahagia."

Lisa mengangguk yakin dan tersenyum manis menatap Ibunya. "Aku janji aku akan berusaha dapetin kebahagiaan yang aku mau."

"Aku janji Bu...."

Rina mengangguk dan kembali mendekap putri tersayangnya. Walaupun dalam hati merasakan kejanggalan atas ucapan putrinya.

****

Kinaya menggeram kemudian meremas ponselnya erat. Pesan yang baru saja di masuk membuat perubahan moodnya naik drastis, ternyata perlahan penyebab kegelisahannya berangsur memberikan jawaban.

Tak terasa ia menitihkan air mata, mengapa rasanya sesak sekali.

Bergegas ia menghubungi seseorang namun tidak juga mendapatkan jawaban meski sudah dering ke tiga.

"Argh!"

Kinaya melempar ponselnya ke arah sudut balkon menyebabkan ponselnya hancur tidak berbentuk. Kemudian ia menarik nafas dan membuangnya perlahan, begitu saja berulang kali.

Setelah di rasa sudah kembali tenang, ia kembali masuk ke dalam kamarnya. Berusaha membuang jauh pikiran dan pra duga yang semakin membuatnya semakin sakit.

"Ini cuma satu dari seribu, just calm down."

****

Kinaya saat ini sedang berlari terbirit birit menuju kelasnya, ini pertama kalinya selama ia bersekolah disini datang dalam keadaan terlambat.

"Astaga Kin! Lo dari mana aja?" Tanya Amara yang melihat Kinaya baru saja duduk di tempatnya.

Anna menoleh ke belakang, "Kin lo gapapa?"

Kinaya mengerutkan keningnya mendengar ucapan Anna, entah kenapa rasanya ada sesuatu dari pertanyaan tersebut.

"Gapapa gimana?"

Kinaya semakin bingung ketika melihat ketiga temannya yang menampilkan raut wajah yang tak bisa di artikan.

"Kenapa sih?"

Ragu ragu Amara memberanikan diri untuk bertanya, "Lo berangkat sama siapa?"

"Gue naik ojek online, Gio gatau kemana. Gue telpon ga di angkat."

"Emm.."

"Kenapa?"

"Gio udah dateng, tapi..."

Gio sudah datang? Mengapa tidak menghubunginya? Bahkan jika tau Gio lebih dulu berangkat ke sekolah, Kinaya tidak perlu menghabiskan waktu untuk menunggu tanpa kepastiannya di rumah.

"Tapi?" Tanya Kinaya tidak sabar.

"Dia dateng sama Lisa," celetuk Melody yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari ke dua temannya.

Melody meringis.

"Gue juga gatau, tiba tiba mereka dateng dan bikin sekolah heboh."

Kinaya mengangguk dan menatap Lisa yang sedang membuka bukunya dengan tersenyum yang merekah.

"Santai aja, kalian udah tau kan?"

Mereka mengangguk namun tetap tidak menghilangkan raut khawatirnya. "Lo bener gapapa?"

Kinaya tersenyum, "Bohong kalau gue bilang gue gapapa, tapi emang pasti bakal kejadian kan?"

"Tapi apa ga sebaiknya lo jelasin ke Kak Gio?"

"Gio udah gue kasih peringatan sebelumnya dari jauh hari. Memang harusnya ga gue kasih tau kan? Gue pengen tau apa yang bakal Gio lakuin. Keputusan gue bergantung sama keputusan Gio ngejalanin ini."

Mereka mengangguk mengerti, ah jadi Kinaya sengaja tidak menceritakan kepada Gio untuk membuktikan kepada dirinya sendiri, langkah apa yang akan di ambil oleh pria itu ketika di hadapkan oleh situasi saat ini.

****

Sedangkan di kelas 12 IPA 2.

"Lo kenapa bisa berangkat bareng sama Lisa?"

Gio menoleh ke arah Devan yang sejak tadi tidak berhenti menanyakan pertanyaan yang sama. "Gue jemput dia karena semalem gue ga sengaja nabrak dia."

"Hah?!"

"Serius lo Gi?"

"Kok dianya masih hidup?"

Damian memukul kepala Devan dari belakang. "Sembarangan banget mulut lo!"

Devan melayangkan tatapan protes, "Loh salahnya dimana?"

"Ya lo masa nyumpahin orang mati. Udah gila ya lo?"

"Heh! Mana ada gue nyumpahin, gue kan cuma nanya."

Jere yang pusing melihat kedua temannya yang sedang berdebat karena hal sepele pun berusaha menengahi. "Udah udah, kenapa jadi lo berdua yang ribut sih."

"Terus gimana Gi? Kok bisa?"

"Jadi semalem pas balik dari markas gue ga sengaja nabrak dia pas dia lagi nyebrang, sebenernya bukan nabrak juga sih. Soalnya yang salah dia, kenapa juga nyebrang ga liat liat. Akhirnya karena kasian gue anterin dia balik, terus tadi pagi dia ngehubungin gue minta tolong karena kaki dia masih sakit, dan jarak dia buat naik bus lumayan jauh."

Mereka mengangguk, "Tapi doi gapapa kan?" Tanya Jere.

Gio mengangguk, "Cuma ke kilir aja, sama luka kecil."

"Oh terus Kinaya kenapa ga masuk?"

Gio mengerutkan keningnya, "Emang dia ga masuk?"

"Lah? Buktinya lo berangkat sama Lisa doang Kinayanya ga ada."

Diam. Sial! Guo lupa mengabarkan kekasihnya jika ia tidak bisa menjemputnya hari ini. Jangan jangan Kinaya masih menunggunya dirumah. Buru buru ia mengecek ponselnya dan benar saja! Banyak chat masuk dan panggilan tak terjawab dari Kinaya. Sial! Gio merutuki kebodohannya kali ini. Bagaimana ia bisa lupa!

Kinayang
Gi hati hati ya aku tunggu di depan aja
Aku bawain kamu sandwich kaya biasa
Kamu dimana?
Gi?
Udah mau telat, kamu dimana gi?
Are you okey?
Kamu ga masuk?
Gio?
Aku berangkat duluan ya, maaf gi soalnya aku ada ulangan harian
Maafin aku ya
Kamu hati hati
Aku naik ojek online
Aku jalan ya
Aku udah sampai sekolah
Kamu dimana?

"Gi!"

Gio terkejut ketika mendapatkan tepukan pada bahunya, "Lo kenapa bengong?"

Gio menggeleng.

Damian mendengus kemudian tiba tiba memicingkan matanya, "Jangan bilang... Lo lupa jemput Kinaya."

Melihat keterdiaman Gio membuat ketiga temannya melototkan matanya, "Gi! Lo gila ya?"

Gio meringis, "Gue lupa ngabarin,"

Mereka semua menggeleng heran juga tak percaya, "Buru buru deh lo abis ini nyamperin dia biar dia ga salah paham, pasti dia udah denger duluan dari temen temennya kalau lo berangkat bareng Lisa."

Gio mengangguk kemudian kembali mengubungi Kinaya namun tetap saja, pesannya tidak di buka walau sudah terkirim.

Sedangkan Bara yang sedang duduk tenang di bangkunya sedari tadi mendengarkan obrolan teman temannya hanya tersenyum sinis.

****
Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

178K 21.1K 13
❝Siapa sangka sebuah permainan bisa berujung mempertemukan sebuah ikatan cinta? Inilah yang di sebut takdir. Tak peduli apa sebabnya ataupun akibatny...
197K 9.6K 48
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ "Saya, Shehrnaz Fazila Putri. Saya mencintai leader pasukan Erudite. Maka dari itu, saya akan menerima tantangannya u...
1.5M 90.6K 65
{ sudah completed kembali } CLARESTA REA ANANTA, putri bungsu dari keluarga BAGASKARA yang tak pernah di anggap kehadiran nya. Mempunyai dua orang Ab...
41.1K 1.2K 51
[Di harapkan follow sebelum membaca] Kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Tidak ada satupun orang di muka bumi ini yang bisa mencapai kata sempurn...