IS THIS A DREAM? [DR. STONE]

By ndrln13_

88.4K 13.5K 1.2K

(FullName) gadis yang secara tiba-tiba berpindah dimensi tanpa dirinya sadari. Dirinya yang tadinya 3D beruba... More

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Epilog
Extra Chapter l
Extra Chapter ll
Extra Chapter lll
Extra Chapter lV
Extra Chapter V
Extra Chapter Ending

39

863 125 11
By ndrln13_

Note: Typo, non baku, spoiler, tinggalkan Vote dan Komen.

-
-
-
-
-
-
-
-
»»-------------¤-------------««

Kapal mereka kemudian mulai menepi di pantai dan melanjutkan perjalanan menggunakan motor karena kapal mereka tidak muat mengarungi sungai karena ukuran.

Mereka menggunakan jalan pintas yang ada di daratan meski tantangan yang diberikan juga lebih ekstrim.

Setelah kesulitan berkendara di hutan mereka harus menuruni tebing yang cukup tinggi dan curam.

Karena tak memungkinkan untuk didaki mereka menciptakan lift dengan menggunakan sistem katrol.

"Seru! Kendaraan baru lagi!!"

"Seru apanya! Rute ini brutal! Dari pegunungan hingga tebing curam!"

"Ini cuma di awalnya, setelah ini kita pakai motor."

"Kau menyebut ini lift. Tapi, ini cuma kereta gantung vertikal."

Setelah menempuh perjalanan yang jauh dengan beberapa drama karena trek yang sulit akhirnya mereka sampai di Araxa.

"Ha ha! Aku bisa melihat dan menciumnya! Bebatuan dan logam langka yang diperlukan untuk roket kita ada didepan! Bertumpuk-tumpuk!!" Seru Ryusui ditengah acara makan karena letih berkendara.

"Edaan banget. Tapi, apa peti harta alami berisi batu rahasianya agak terlalu mudah?" Tanya Chrome.

Kemudian Chelsea menunjukan caranya dengan menggunakan saringan lalu memasukan air dan pasir kemudian di gesek-gesek. Caranya sama kaya mencari emas di sungai, kurang lebih begitu.

"Kerikilnya terpisah sendiri!"

"Biji batuannya dipilah oleh gravitasi. Seru, kan? Bagian yang lebih tumpul terkumpul. Di sisi lain, lihat?"

"Ya, seperti mendulang emas!!"

"Itulah yang bumi lakukan. Lebih dari ribuan tahun membangun jalur ajaib ini di Araxa!!"

Setelah beberapa perbincangan mereka kemudian mulai membangun kota logam.

Mereka semua mulai bekerjasama untuk membangun benteng utama yang menjadi landasan kota logam nanti sekaligus pertahan utama dari serangan Stanley nanti.

"Oy, (Name) kau juga harus bekerja bukan hanya melihat." Seru Chrome yang melihatnya santai-santai saja padahal yang lain sibuk nguli.

"Ga mau. Aku ini mandor ga perlu bekerja." Balas (Name) dengan santainya.

Senku lantas mengkode sahabat karibnya Taiju untuk menyeret (Name) untuk ikut bekerja. Karena (Name) pasti tidak akan bisa berontak jika ditahan oleh tenaga Taiju.

"Woy!! Anjer lepas!! Senku sialan kau!! Huaahh!!" Pekik (Name) pasrah karena tak bisa melawan.

"Yosh (Name) saatnya kau bekerja."

"Cih, baik lah. Tapi lepaskan aku."

Kemudian (Name) mengerjakan tugasnya dengan tidak ikhlas asal nembok dan nyusun. Kadang juga pura-pura bekerja saat Taiju melihat kearahnya.

'Harusnya ada gorengan sama kukubima biar the power of kuli ku meningkat.' Batin (Name).

Sebelum ketempat Tsukasa dan Hyoga yang sedang berada di tenda untuk mengobati luka mereka (Name) bertemu dengan Senku yang sedang menggulung tali.

Senku yang menyadari ada seseorang yang menghampirinya. Seringan dari (Name) membuat Senku juga ikut menyeringai seolah paham kode yang diberikan.

"Ah, apa yang akan kau laporkan?"

"Soal Xeno. Kau sudah menyadarinya, kan? Soal sinyal radio kita yang diretas."

"Ya. Cakarnya bermagnet jadi sangat kemungkinan jika dia melakukanya."

"Dia mengirim sinyal morse dengan itu dan disadari oleh Stanley. Dan ini bukan kali pertama saat di Ekuador. Lebih tepatnya saat dia diikat dibelakang diam-diam dia mengirim pesan morse pada Stanley dengan entah bagaimana caranya."

Mendengar penjelas dari (Name) membuat sang ilmuan jenius tersebut terkekeh pelan.

"..."

"Kalau begitu waktu kita hanya sebentar. Kita akan mempercepat rencana."

Sebelum Senku pergi ia sempat menepuk-nepuk pelan kepala (Name) saat posisi mereka bersebelahan.

(Name) tersentak kaget saat diperlakukan seperti itu. Sedangkan disisi lain Senku tersenyum puas saat melihat ekspresi kaget dari (Name).

"Tsu-Chan!!! aku datang!!" Pekik (Name) yang membuka tenda lebar-lebar. "Wow~"

Didalam tenda terdapat dua orang yang sedang mengobati luka masing-masing tanpa enggan saling membantu satu sama lain.

Sebagai sepupu yang baik (Name) membantu mengobati luka Tsukasa dan sang empu juga tidak masalah.

"Kau tidak membantu yang lain?" Tanya Tsukasa untuk memecah keheningan.

"Bagianku sudah selesai. Jadi tidak ada salahnya aku kemari, kan? Lagipula di luar panas mending disini teduh."

"..."

"Yosh selesai!! Hyoga sekarang giliran mu." Seru (Name) dan mendekat kearah pria berambut putih tersebut.

"Tidak, aku bisa sendiri."

"Jangan banyak bacot. Udah diem sini atau aku tambah lukamu." Ucap (Name) sambil membawa pisaunya dan tak lupa aura hitam dibelakangnya yang membuat Hyoga mengidik ngeri dan pasrah saja.

"Menurutmu akan jadi bagaimana pertarungan melawan Stanley ini?" Tanya Hyoga pada Tsukasa. (Name) lebih memilih untuk menyimak saja.

"Luka tembak yang di torehkan dibahunu masih belum sembuh. Begitu juga denganku. Dan petarung kita hanyalah Kohaku, Ukyo, (Name) dan Max." (Name) mendengar namanya ikutan disebut menunjuk dirinya sendiri. 'Wah bahaya nih.'

"Ya. Melawan tim elit militer Amerika bersenjata lengkap. Kesempatan menang kita dalam pertarungan biasa sama sekali tak ada."

"..."

"Ngomong-ngomong soal bertarung. Mungkin dari pihak Stanley ada yang cocok setara untuk berhadapan denganmu." Ucap (Name) yang sedari tadi nyimak.

"Setara denganku?"

"Ya, saat di kastil Xeno dia memang jarang menunjukan kekuatannya tapi dia cocok denganmu. Gadis berambut ikal berbadan kekar."

Mereka dari tadi terus melempar Medusa dengan jarak sejauh mungkin dari benteng tapi lemparan mereka tidak stabil dan malah sering berbelok.

"Lemparan seperti itu tak cukup untuk melawan geng Stanley!"

"Orang akan ditembak jauh sebelum musuh datang memasuki jangkauan."

"Jika ada Kirisame kita serahkan saja padanya."

Selain rencana melempar Medusa, Chrome memiliki rencana cadangan dengan memasang jebakan suara dari rekaman telpon jika ditarik jarak jauh.

"Oohh!!"

"Kau suka jebakanku? Aku sudah turunnya di sini, di sana, semuanya!" Ucap Chrome dengan bangga.

Tapi tiba-tiba ada kapibara yang lewat dan tak sengaja menyandung tali dan membuat telpon berbunyi. Chrome yang melihatnya terkejut.

"Aku memprediksinya salah tebak. Kalau sebaiknya mempersiapkan jebakan ekstra, untuk jaga-jaga." Ucap Kohaku.

"Ya, strategi kita bertarung pada jumlah. Berapa banyak jebakan yang bisa kita siapkan? Untuk mengaktifkan kembali perangkat Medusa kita butuh berlian baru."

Alhasil mencari berlian kemudian didirikan yaitu Chelsea, Taiju, Tsukasa, dan Carlos.

Di tempat Kaseki dirinya sedang frustasi berat karena tidak bisa mengeluarkan baterai dari Medusa karena terlalu kecil.

"Oho ho! Potongannya terlalu kecil!!" Seru Kaseki frustasi.

"Aku bahkan berpikir kita tak mungkin membuka tanpa merusak!" Ucap Chrome bahkan rohnya sudah keluar.

"Kabar buruknya jadi makin buruk, karena harus menggangu berlian-berlian kecil ini." Ujar Kohaku yang malah kesal dan berakhir menghancurkan sisa bongkahan ditangannya.

"Akhhh sial. Lagi-lagi hancur ini bukan salah kita yang tak bis ganti baterai. Salahkan alatnya yang terlalu kecil." Keluh (Name) dan berakhir membanting medusa yang setengah hancur.

"Bahkan Joel, teknisi arloji pro. Kesulitan saat menghadapi benda ini." Balas Ukyo yang sedari tadi menyaksikan kefrustasian.

"Kita takkan punya cukup untuk bisa membuat senapan mesin. Dalam waktu yang kita punya sebelum musuh datang siapa yang tahu apa kita bisa buat satu atau dua."

Mereka kemudian meninggalkan Kaseki agar bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Ukyo kemudian meluncurkan panahnya yang dikaitkan Medusa dan juga tali.

"Jadi di sini kita akan melihat cahaya dan mendengar suara fwuum!!"

"Ya, kalau kita punya baterai berlian baru."

"Hebat! satu saja sudah cukup kalau oke bisa menembak pandang itu sampai ke dekat mereka!"

"Kurasa tidak akan semudah itu."

"Sayangnya, kita harus tahu dulu posisi Stanley dan orang-orangnya. Dan begitu mereka sampai cukup dekat kita akan menerima peluru mereka."

"Itu memberiku ide cemerlang! Karena hanya ada satu Medusa. Aku bisa membawanya berlari dan menyerang mereka!" Seru Taiju yang memiliki rencana gila yang diluar nalar.

"Apa kau menyarankan misi bunuh diri semu, Taiju?!" Pekik Gen.

"Betul, karena kalian bisa membangkitkan ku kembali!"

"Mereka 10 miliar persen akan menembak kamu sebelum kau bisa mendekat."

"Beberapa peluru tak akan menghambatku!"

"Peluru? Tidak, satu tembakan di kepala saja bisa menghabisi." (Name) kemudian memotong ucapan Tsukasa tiba-tiba. "Ha'i Tsu-Chan jangan dilanjutkan itu mengerikan."

"Aku dapat inspirasi. Langkah pasti menuju kemenangan. Kita semua akan membatu." Ucap Chrome yang memberi tahu idenya.

Karena mereka tertarik dengan ide gilanya Senku meminta Chrome menjelaskan lebih rinci tentang rencananya.

"Begitu geng Stanley muncul. '300 meter. 1 detik!' salah satu dari kita hanya perlu bersembunyi di tempat yang sangat jauh. Lalu, setelah semuanya berakhir dia akan datang dan membangkitkan kita semua!" Jelas Chrome.

"Itu cukup gila untuk bisa berhasil."

"Dengan strategi itu kita takkan kalah!"

"Hahaha seperti biasa, Chrome. Kau selalu mendapatkan ide disaat terdesak."

"Hmph! Hanya ada satu masalah kecil yang harus dipecahkan. Rencana itu akan berantakan kalau orang yang diperintahkan memegang Medusa tertembak sebelum memberi perintah. Yang paling buruk, Stanley bisa saja merampas perangkat itu."

"Itu bisa jadi masalah. Tapi tak ada yang tak bisa diselesaikan dengan sains."

Kemudian mereka mendirikan menara tinggi yang akan menjadi benteng Medusa.

"Di menara pengawas kita. Kita punya Medusa dan speaker. Speaker yang terhubung dengan microphone yang tersebar di seluruh benteng. Begitu kitabegitu kita diserang. Seseorang cukup berteriak di salah satu microphone ini!"

"Hah! Benda keji yang hampir menyapu bersih umat manusia. Sekarang justru menjadi dewa penjaga kita!!"

Menara untuk rencana pembatuan sudah berdiri hanya tinggal menunggu baterai Medusa diperbaiki.

Kaseki juga sudah mendapat kemudahan membuka bagian baterai tanpa menghancurkan seperti sebelumnya.

Gen menyarankan kalau mencoba cara Joel mencopot pasang baterai dan perangkatnya nyala lagi meski hanya sedetik.

"Sudah kucoba, tak berhasil."

"Wajar sih, karena mereka ini usianya sudah ribuan tahun."

"Benar. Medusa yang dipakai Joel adalah satu-satunya masih agak baru."

Senku memberikan kata penyemangat membuat yang mendengarnya syok berat karena ini merupakan fenomena langka bagi mereka.

Kaseki kemudian menyadari ada yang janggal diantara berlian buatannya da berlian pada Medusa. Kemudian dia membelah berlian Medusa pada bagian retakan dan menjadi belahan yang sejajar.

Senku dan Xeno juga menyadari bahwa retakan itu sangatlah penting sekarang Kaseki bisa membuat baterai yang sama dengan Medusa.

"Oh, yah. Sekarang aku lihat bentuk struktur yang seharusnya!"

"Hebat! Dan sekarang tinggal pertarungan melawan waktu!."

Untuk saat ini mereka tak bisa memberi tahu informasi pada Joel karena bisa saja Stanley mengetahui keberadaan mereka.

Seseorang yang ditugaskan bersembunyi jauh dan menjadi kunci membangkitkan yang lain adalah Suika.

"Sembunyi? Suika ahli dalam hal itu!"

"Belum lagi. Akan lebih aman kalau kau menjauh dari pertarungan."

"Hmph! Dan jangan khawatir karena Francois akan membantumu!"

"Dengan bantuan saya master Suika tak punya masalah."

Setelah itu Francois dan Suika pergi menjalankan misi mereka.

(Name) menatap Suika dengan tatapan sulit dimengerti dan ternyata ada yang menyadari tatapannya.

Setelah berita Suika dan Francois bentrok akhirnya mereka mengetahui letak musuh berada.

"(Name) aku ingin kau jangan ikut dalam perang ini." Ucap Tsukasa membuat (Name) tersentak.

"Hah? Kenapa? Hey Tsu-Chan jangan-jangan kau meremehkan ku?"

"..."

"Jawab aku Shishio Tsukasa! Jika alasanmu hanya karena kau takut aku mati. Hah! Aku tidak akan mati hanya karena peluru."

Bukannya menjawab pria tersebut malah pergi meninggalkan dirinya dan Hyoga karena dipanggil oleh Senku.

"Cih, lupakan saja. Aku kesal tak peduli lagi dengannya."

Hyoga hanya bisa mendengarkan (Name) terus mengumat meluapkan emosinya jika dia berbicara pasti gadis ini bakal makin emosi.

"Sudah?"

"Hmm."

"..."

"Sepertinya kau dipanggil untuk menyusul Kohaku. Tolong ingatkan si Tsukasa itu untuk tidak lengah. Si bodoh itu kadang suka lupa sekeliling jika menemukan lawan yang sesuai dengannya."

"Ya, akan ku sampaikan." Balas Hyoga yang mulai berjalan menjauh dari (Name)

"Kau juga hati-hati. Jangan mati duluan."

"..."

Tapi bukan (Name) namanya yang menuruti perintah. Dalam dirinya sudah melekat kata 'larangan adalah perintah' jadi perintah Tsukasa hanyalah angin baginya.

"Senku."

"..."

"Aku akan pergi meski kau bilang tidak."

"Ulur waktu selama mungkin. Aku tidak yakin mereka bisa bertahan lama."

Sebuah senyuman merekah di bibi (Name). "Baiklah. Arahan diterima."

"Ah, sebelum itu ada yang ingin kutanyakan padamu, Senku."

"Apa? Cepat katakan aku sibuk."

"Apa kau percaya tentang dunia lain, dunia pararel, atau sejenisnya?"

"Hah? Untuk apa pertanyaan itu disaat begini?"

"Oh, ayolah. Jawab saja. Percaya atau tidak?"

"Percaya atau tidak itu tergantung keyakinan. Kalau diriku mungkin percaya karena alam semesta ini luas dan tidak ada yang tahu apa saja yang ada didalamnya."

"Begitu, ya? Okey, makasih jawabnya meski kurang menyakinkan."

"Hah? (Name) berjanjilah jangan mati."

"Hahaha. Tentu saja. Aku janji!"

(Name) masuk kedalam hutan tanpa mendengar seruan dari Gen untuk kembali.

Tujuannya mudah hanya perlu mengikuti apa yang ia dengar. Saat posisi dekat dengan geng Stanley (Name) bisa mendengar dengan jelas suara tembakan dan teriakan Kohaku.

Meski pura-pura tidak mendengar itu sangat terdengar jelas ditelinga nya. 'Sial, lagi-lagi gagal. Setiap ingin mengubah keadaan selalu saja sesuai alur'. Batin (Name) kesal.

(Name) bersembunyi di kegelapan malam. Suasana ini menguntungkannya. Geng Stanley berada didepannya jaraknya kurang dari 100 meter.

Dari atas pohon (Name) mengeratkan anak panahnya sebelum melesat kearah mereka.

Stanley yang menyadari hal itu langsung menyuruh anak buah lainnya untuk menunduk.

"Hah? Apa ada penyerangan lagi? Bukannya kartu as mereka sudah keluar semua?" Tanya Maya.

"Archer? Darimana?"

"Bentuk anak panah ini berbeda dari sebelumnya." Ucap salah satu prajurt.

"Berbeda?"

"Ya, saat di kastil waktu itu anak panah yang membawa alat itu polos. Sedangkan yang ini tidak."

'(Name)!' batin Suika dan Ginro.

(Name) menyering saat Stanley menelaah sekeliling dengan pengalamannya yang tajam.

Dari kegelapan Stanley melihat sebuah seringan mengejek dan itu membuatnya terasa tertantang.

Stanley mengeluarkan senapannya dan menembak kearah (Name) dan membuat para prajurit disana terkejut. (Name) dengan mudahnya menghindar karena sudah memprediksi akan hal ini.

"Kapten kenapa kau tiba-tiba menembak?"

"Ada seseorang disana tapi sepertinya seranganku dihindari olehnya."

'Eh? Ada yang bisa menghindar dari serangan Stanley?' batin para prajurit.

Karena tak ingin membuang-buang waktu Stanley menodongkan pistolnya ke arah kepala Ginro yang membuat sang empu langsung banjir keringat.

"Kaluar kau. Atau rekanmu hanya tinggal tubuh tanpa jiwa."

Mau tak mau (Name) harus keluar dari persembunyiannya. "Cih, menyebalkan. Padahal aku ingin lebih lama bersembunyi."

"Ehh?! (Name)?!" Pekik Maya terkejut berbeda dengan Stanley yang malah tersenyum dengan aneh.

"Aloha! Kita bertemu lagi." Sapa (Name) santai dengan duduk di dahan pohon dengan kaki diangkat satu serta tangan yang satu menopang pipi dan satunya melambai-lambai.

"Tunggu kau bilang, kau bukan petarung dan hanya seniman kapal saja?"

"Oh iya!! Ginro lukisanku yang di perseus gimana? Dihancurin? Jika lukisanku kenapa-kenapa kau harus membayarnya dengan nyawamu!!"

"Kenapa kau malah mementingkan lukisanmu dari pada nyawa kami!!" Pekik Ginro tidak terima.

(Name) menutup telinganya seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh sahabat sesatnya.

Tiba-tiba seluruh senapan mengarah padanya. "Wah, wah, sambutan yang bagus langsung mengangkat senjata."

"Katakan apa yang kau lakukan disini?"

"You ask? You wonder?"

Para prajurit yang kesal kemudian menembak (Name) tapi dengan mudah (Name) menghindar meloncat ke dahan pohon yang lain.

"Hahaha. Tembakan lemah itu tak akan mempan. Hey, Stanley. Apa kau tak kesal gagal membidikku atau tidak penasaran bagaimana caraku menghindar?"

Sorot tajam yang dilayangkan Stanley tidak membuatnya takut. "Kejar aku jika kau ingin jawabannya."

Para prajurit yang ingin menangkap (Name) ditahan oleh Stanley dan dirinya kemudian langsung menyusul (Name).

Mereka seperti kejar-kejaran di Naruto yang melompat dari satu pohon ke pohon yang lain.

Bidikan Stanley hampir mengenai punggungnya untung saja ia bisa cepat melepas mantelnya yang bisa menjadi peralihan.

"Hentikan kejar-kejaran bodoh ini."

"Ga mau. Kecuali kau turunkan senjata!!"

"Baiklah jika itu yang kau mau."

(Name) mengerut heran kenapa Stanley menurutinya ditambah lagi jarak mereka dengan geng Stanley masih cukup dekat belum setengah kilo meter.

"Cih, hanya segini? Menyebalkan."

"..."

Dor...

"Woy!! Katanya ga akan nembak kok malah nembak tiba-tiba!!" Pekik (Name) tidak terima untung saja Stanley hanya menembak satu peluru.

"Bagaimana bisa kau menghindar dari jarak sedekat ini?"

"Apa yang kudapat sebagai imbalan jawaban?"

"Akan ku bunuh dengan tanpa rasa sakit."

"Bohong! Kau pembohong. Tidak ada yang namanya mati tanpa rasa sakit."

"..."

"Jika kau ingin tau ayo bertarung dengan pisau kau punya, kan? Setelah itu kau pasti tahu jawabannya."

"Baiklah. Akan ku akhiri dengan cepat."

"Hahaha baiklah mari kita lihat."

Pertarungan sengit dan mendebarkan kemudian terjadi Stanley awalnya kaget karena gadis didepannya sangat lihai menggunakan benda tajam tapi langsung menetralkan ekspresi dan seperti ia menikmati pertarungan.

Sedangkan disisi lain Maya merasa Stanley terlalu lama akhirnya menyusulnya.

Dan saat ia sampai yang ia lihat pertarungan pisau yang sengit dan belum ada luka gores dari kedua belah pihak. Sedangkan sebelum Maya datang (Name) sudah mengetahuinya.

"Maya menuju kemari."

"..."

"Sepertinya kau tidak percaya. Ya sudahlah lihat saja nanti. Mungkin kurang dari satu menit dia akan muncul dari arah sana." Ucap (Name).

Dan ternyata benar sesuai perkataan (Name), Maya muncul membuat Stanley paham alasan (Name) bisa menghindari serangannya.

"Sekarang aku tahu. Penglihatan dan pendengaranmu tidak seperti manusia normal lainnya."

"Hahaha seratus untukmu."

"Jadi karena itu alasan telingamu berdarah. Semakin tajam pendengaran semakin sensitif juga akan sebuah suara."

(Name) menyadari Maya yang ada dibelakangnya yang siap memukulnya. Karena tak mungkin untuk menghindar (Name) menarik ransel anak panahnya dan dijadikan tameng.

Benar saja (Name) terhuyung ke belakang bahkan sampai menabrak pohon dan kepalanya terbentur mengakibatkan darah segar mengalir.

"Wah, wah. Ini curang namanya." Ucap (Name) yang mencoba berdiri.

Stanley menatap tajam ke arah Maya karena mengganggu pertarungannya dan membuat sang gadis itu mengidik ngeri padahal niatnya hanya ingin membantu.

"Sekarang kau tak bisa menghindar." Ucap Stanley yang menodongkan pistolnya ke dada (Name). Kenapa tidak kepala? Karena Stanley ingin melihat seperti apa ekspresi (Name) dengan jelas.

"Tembak saja. Aku tidak peduli. Aku tidak akan mati hanya dengan satu peluru." Balas (Name) yang melirik Maya yang sudah tidak ada ditempatnya sepertinya sudah kembali ke yang lain.

"Eh, kau percaya diri sendiri. Sebelum ku tebak dimana kalian menyembunyikan Xeno?"

"Dia sedang bahagia disana menganalisis alat pembatuan. Mending jangan diganggu." Balas (Name) acuh.

"Kau menyebalkan."

Dor...

(Name) mengejap-ngejap matanya dan kemudian terkekeh pelan sebelum jatuh ketanah.

Stanley kemudian menyalakan rokoknya lalu berjongkok dan menanyakan sesuatu. "Kenapa kau malah tersenyum dan tidak takut ataupun terkejut?"

Bukannya menjawab (Name) malah mengambil rokok yang ada di mulut Stanley dan meremasnya.

Panas? Jelas tidak tangannya basah karena darah. "Aku tidak takut untuk mati. Cahaya pembatuan akan muncul dan ku yakin teman-temanku akan membangkitkan aku lagi."

"Dan jangan merokok ditengah hutan. Kau ingin terjadi kebakaran?"

"..."

"Yah. Misiku untuk mengulur waktu sepertinya berhasil, kan?"

Stanley hanya berekspresi datar dan kemudian berdiri lalu pergi meninggalkan (Name) sendirian.

"Selamat bertahan dari hewan buas." Ujar Stanley setelah itu menghilang di telan kegelapan.

(Name) menatap malas Stanley yang membuatnya ngeri. 'Benar juga. Disini banyak hewan buas. Sial aku lupa soal ini.'

Kesadarannya masih ada tapi tubuhnya seakan lumpuh. Rasa hangat dan bau anyir darah tercium jelas olehnya.

Samar-samar (Name) mendengar suara ledakkan dari arah benteng dan bagian akhirnya cahaya kehijauan dari cakrawala.

Perlahan semua orang dimuka bumi perlahan menjadi batu dan (Name) hanya bisa pasrah karena kali ini dirinya tidak bisa berpose estetik.

Saat sudah menjadi batu (Name) mau sok-sokan kaya Senku yang menghitung angka sampai miliaran. Tapi ternyata tak semudah itu konstelasinya selalu termakan alhasil malah terlelap.

-
Info:

Hari ini bakal dauble update sebagai perayaan tahun baru.

Bakal up chapter berikutnya sore.

Author ucapakan !SELAMAT TAHUN BARU!\⁠(⁠^⁠o⁠^⁠)⁠/

Liburan kalian kemana nih?

________________________________
Sponsor this uploader:
https://trakteer.id/Anain_art/tip

Continue Reading

You'll Also Like

214K 2.8K 79
ဖအေကနေ သားကိုသွားထားတဲ့ ဇာတ်လမ်းသာဖြစ်ပါတယ် ဖေအက သားကိုသြားထားတဲ့ ဇာတ္လမ္းသာျဖစ္ပါတယ္
723K 16K 82
Back at Hogwarts for their final year, but they are surprised to find more has changed than the new walls. New laws are being put into place, and th...
160K 3.9K 55
After your defeat, sonic decided to spare you.You became something of a anti-hero like shadow and help them on their adventures.The mad doctor now ha...
4.7K 224 8
i wasnt naive , i was a baby ( the walking dead season three - )