Disabilove

By Velable

14K 1.9K 273

"Sok-sok'an jadi ketua geng motor, naik motor aja masih gleyar-gleyor!" "Sini, Bil, gue bonceng. Bilang aja p... More

Prolog
1. HTS
2. Topeng Dirta
3. Sesak
4. Jangan Jadi Lemah
5. Meet Zela
6. Debar
7. Resmi
8. Jenguk Ayah
9. Jeritan Malam
10. Confession
11. A Day with Pacar
12. Arena
13. Shock
14. Pertolongan
15. Gadis Genit
16. Kenangan Terindah
17. Perdana
18. Melepaskanmu
19. Night with You
20. Khawatir
21. Putus?
22. ILY
23. Hancur
24. Sebuah Surat Dari Masa Lalu
25. Tragedi
26. How They're Separated
27. Bertemu Lagi
29. Bertahan Terluka
30. Trapped
31. Hikmah di Balik Sebuah Musibah
32. Petunjuk
33. Manusia Bodoh
34. Menguak Misteri
35. Pulang Bareng
36. Senjata Makan Tuan
37. Time Will Heal
38. Hujan dan Junior
39. Hujan dan Junior (2)
Trailer
40. Slowly Changed
41. What If
42. Yang Dinanti Tiba
43. Born To Be Alone
44. Unexpected Propose

28. Diambang Kebingungan

262 39 2
By Velable

Playlist | Easy on Me - Adele

Happy reading :)

🌼🌼🌼

"Kak! Kamu kenapa, Kak?!"

Seruan itu datang dari mama Nabila yang melihat anak gadisnya baru saja pulang dari kampus. Melihat Nabila yang berjalan dipapah oleh sopir pribadi keluarga mereka, sang mama langsung heboh dan panik.

"Saya permisi, Non, Nyonya," pamit si sopir setelah membantu Nabila duduk di sofa.

"Kamu kenapa, Kak?" tanya mama lembut. Tangannya menyibak rambut Nabila. "Kruk kamu ke mana? Kok sampai harus dipapah gitu tadi jalannya?"

"Tadi ada yang gak sengaja nyerempet Nabila di kampus, Ma. Motornya nyenggol tongkat Nabila sampai jatuh terus kelindes. Patah, deh, sekarang tongkat Nabila."

"Ya Tuhan ..., Sayang. Tapi kamu gak kenapa-kenapa, 'kan?"

"Aman, kok, Ma."

"Yaudah nanti biar Papa beliin kruk yang baru lagi. Untuk sementara kamu libur dulu aja, ya, kuliahnya? Belum mulai kegiatan pembelajaran, 'kan?"

Nabila menggeleng. "Belum, Ma. Masih ada ospek jurusan."

"Nanti Mama bilang ke Papa supaya kamu masuknya pas udah mulai selesai kegiatan ospeknya aja."

"Ma, apa nggak berlebihan? Lagian Nabila baik-baik aja, kok."

"Udah, kamu nurut aja apa kata Mama. Papa juga pasti setuju sama apa yang Mama bilang."

Nabila menghembuskan napas panjang. Ya sudahlah jika memang itu keputusan orang tuanya. Dia juga merasa perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Pertama kali dalam hidupnya Nabila mengalami rasanya di-bully dan ternyata itu cukup berdampak. Bukan hanya pada fisik, tetapi juga pada mental. Luka akibat tindakan bully pada fisik tidak seberapa jika dibandingkan dengan mentalnya yang terluka, karena kalau sudah menyangkut mental akan susah mendapatkan penanganannya. Apalagi jika mentalnya sudah dihancurkan begitu parah.

🌼🌼🌼

Seorang cowok bertubuh tegap yang sedang bersandar pada tiang itu sudah seperti tukang palak. Bagaimana tidak? Jika ada yang lewat saja matanya sudah melotot sambil marah-marah tidak jelas.

"Apa lo?!"

"Ngapain liat-liat?! Naksir lo sama gua?"

Yang ditegur dan digertak seketika langsung ngibrit. Mereka tahu siapa itu Junior Aksara. Anak tunggal dari pemilik kampus tempat mereka menuntut ilmu. Mencari masalah sedikit saja sudah pasti langsung habis.

"Woi, Ju!"

Junior menoleh. Teman-temannya datang dari arah Selatan.

"Ngapain lo di situ?"

"Lah, bukannya jadi penjaga pintu neraka?" celetuk salah satu di antara dua cowok tadi. "Kepalanya udah bertanduk, tuh."

"Diem lo pada!" seru Junior kesal. "Cabut sana, gak usah ganggu gue."

"Lagian lo ngapain, sih? Nunggu seseorang?"

"Kita mau ke kantin, lo mau ikut nggak?"

Helaan napas berat Junior hembuskan. Akhirnya memilih menegakkan badan dan mengikuti teman-temannya.

"Temen lo kayaknya punya mangsa baru, Ta."

"Jangan bilang ...."

Junior melirik malas ke arah Dirta dan Edo. Mereka berdua pasti sudah tahu kebiasannya. Selalu mencari mangsa untuk dijadikan pelampiasan kemarahannya. Dan ternyata nasib sial itu jatuh kepada gadis cacat yang beberapa terakhir ini ia ganggu. Junior belum tahu namanya. Tidak penting juga, sih. Junior hanya peduli jika jiwa masokisnya terpuaskan, karena bagi Junior, melihat penderitaan orang lain adalah kebahagiaan untuknya.

"Jangan bilang kalau mangsa baru lo itu cewek yang pakai tongkat itu, ya?"

"Kok lo tau?" tanya Junior pada Dirta. "Perasaan gue belum ngasih tau kalian."

"Anjir! Parah lo, Ju! Gak kasian apa sama cewek itu?"

"Halah," Edo mengibas tangan di depan wajah Dirta, "basi lo ngomong begitu sama Junior, Ta. Cowok kayak Junior ini mana pandang bulu, sih, kalo nge-bully orang."

"Nggak, bukan itu. Masalahnya yang jadi sasaran lo itu cewek cacat. Dia udah kesulitan buat jalan dan lo justru semakin nambahin masalah dia."

"Lo gak usah temenan sama gue, deh, Ta. Gak cocok, asli. Lo sama gue itu ibarat siang ama malam. Lo terang, gue gelap."

Edo terpingkal-pingkal karena tawa. Perumpamaan yang Junior katakan barusan sangat fakta sekali. "Lo iblis, Dirta malaikat," sambung Edo.

"Sialan lo."

Mereka bertiga tiba di kantin. Tanpa susah payah ketiganya mendapatkan tempat kosong meski kantin sangat ramai. Privillege yang dimiliki Junior lah yang menjadi alasannya. Mahasiswa lain secara otomatis akan mengosongkan satu tempat untuk Junior dan teman-temannya. Pernah dulu saat Junior ke kantin dan semua tempat duduk penuh. Hal yang selanjutnya terjadi adalah salah satu meja terbalik dengan naas. Tidak peduli bahwa di atas meja itu sudah tersaji makanan yang tengah disantap. Oleh karena itu, selalu ada tempat yang kosong ketika Junior menginjakkan kaki di kantin. Kantin di gedung mana pun itu.

Pesanan ketiga mahasiswa cowok yang sangat mencolok di tempat ramai itu datang. Lebih cepat dibandingkan dengan mahasiswa lain yang harus mengantri.

"Btw, lo kenal sama cewek cacat itu, Ta?" tanya Junior. "Kok lo bisa tau kalau dia sekarang jadi sasaran gue?"

"Gue nggak sengaja liat itu cewek pas kesusahan jalan buat ngambil tongkatnya. Terus gue juga liat lo udah pergi dari sana. Sekali tebak aja pasti lo, 'kan, yang udah ngebuang tongkatnya?"

Edo tak mau kalah. Ia ikut menimpali dengan berkata, "Dan gue tebak, lo nolongin itu cewek. Bener, 'kan?"

Dirta mengangguk. Edo berseru sambil menepuk tangan keras. "Kan, bener kata gue. Junior iblisnya, Dirta malaikatnya," ujarnya heboh. Edo mengangkat tangan, menghadapkannya pada Dirta. Dirta yang mengerti maksud dari cowok itu menyeringai dan balas mengangkat tangannya. Jadilah keduanya saling bertos ria.

"Lo pulang nanti jangan nebeng gue, Do!"

🌼🌼🌼

"Kak Nabila!"

Nabila berhenti berjalan lalu menoleh. "Alena?"

"Hai, Kak?" sapa gadis yang baru saja menghampiri Nabila. Napasnya sedikit tersengal dan tidak beraturan. "Huh, akhirnya kita ketemu lagi, ya, Kak. Kak Nabila apa kabar?"

"Baik."

"Ada kelas sekarang, Kak?"

"Nggak, kok, nanti masih satu jam lagi."

"Ih, ayo ngobrol dulu kalo gitu, Kak!" seru Alena bersemangat. "Di sana aja, yuk?" tunjuknya pada satu gazebo yang kosong.

Hari ini akhirnya Nabila sudah kembali ke kampus. Dikarenakan masa ospek jurusan pun telah selesai, jadilah meskipun malas Nabila memaksakan dirinya.

"Lo tau nggak, sih,--"

"Eh, Kak, tau nggak, sih--"

Keduanya berkata secara kompak tanpa rencana. Mereka saling menatap, kemudian tertawa bersama.

"Lo dulu," kata Nabila.

Alena mengangguk lantas mulai bercerita dengan menggebu-gebu. "Masa, nih, ya, Kak Nevan tiba-tiba muncul lagi abis gitu kayak yang mau ngajak balikan aku, Kak," ujarnya. "Setelah menghilang kayak ditelan bumi, sekarang main nongol aja. Padahal, 'kan, aku rencananya mau cari kakak tingkat yang cakep-cakep di sini. Sialan banget emang, tuh, mantan."

"Serius, Len? Dia nemuin lo langsung gitu?"

"Iya! Masa kemarin itu dia ada di depan rumah aku. Siapa yang gak syok coba? Kupikir akunya aja yang lagi halu, eh, tapi ternyata beneran dia."

"Terus? Dia ngomong apa aja?"

"Intinya minta maaf gitu, lah, Kak. Ih, tau, ah, kesel aku sama itu orang," ucap Alena dengan ekspresi cemberut. "Eh, tadi Kak Nabila mau ngomong apa?"

Nabila menarik napas dalam-dalam. "Sama kayak lo. Gue ketemu Dirta."

"H--hah?"

"Gue belum tahu pasti, tapi dia mirip banget sama Dirta, Len. Gak mungkin itu saudara kembar atau apa pun itu karena Dirta anak tunggal."

"Ya mungkin itu emang Kak Dirta, Kak."

"Tapi dia gak nyapa gue. Dia gak ngenalin gue, Alena."

"H--hah?" kata Alena untuk kedua kalinya. "Maksudnya gimana, Kak?"

"Kalau itu emang beneran Dirta pasti dia bakal ngomong atau setidaknya nanya kabar gue, lah, karena gue sama Dirta, 'kan, udah lama gak ketemu," jelasnya. "Sekarang gue jadi ragu kalau kemarin yang gue temui itu Dirta."

🌼🌼🌼

I'm sorry for being slow update because my real life is really hectic and it feels suck😪

See ya, velable

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 77.3K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 53.3K 24
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.1M 42.9K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
3.4M 278K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...