Disabilove

By Velable

14.2K 1.9K 273

"Sok-sok'an jadi ketua geng motor, naik motor aja masih gleyar-gleyor!" "Sini, Bil, gue bonceng. Bilang aja p... More

Prolog
1. HTS
2. Topeng Dirta
3. Sesak
4. Jangan Jadi Lemah
5. Meet Zela
6. Debar
7. Resmi
8. Jenguk Ayah
9. Jeritan Malam
10. Confession
12. Arena
13. Shock
14. Pertolongan
15. Gadis Genit
16. Kenangan Terindah
17. Perdana
18. Melepaskanmu
19. Night with You
20. Khawatir
21. Putus?
22. ILY
23. Hancur
24. Sebuah Surat Dari Masa Lalu
25. Tragedi
26. How They're Separated
27. Bertemu Lagi
28. Diambang Kebingungan
29. Bertahan Terluka
30. Trapped
31. Hikmah di Balik Sebuah Musibah
32. Petunjuk
33. Manusia Bodoh
34. Menguak Misteri
35. Pulang Bareng
36. Senjata Makan Tuan
37. Time Will Heal
38. Hujan dan Junior
39. Hujan dan Junior (2)
Trailer
40. Slowly Changed
41. What If
42. Yang Dinanti Tiba
43. Born To Be Alone
44. Unexpected Propose

11. A Day with Pacar

266 46 3
By Velable

Playlist | 24/7 - Celina Sharma Ft Harris J

Happy reading :)

🌼🌼🌼

"Argh, gue pusing! Mau pecah rasanya kepala gue."

Dirta mendongak dari buku yang ia baca dan pahami. Saat ini Dirta sedang berada di kamar Nabila, mengajari gadis itu pelajaran yang masih mendapatkan remedial pada saat UTS kemarin.

"Udah ngerti belum?"

"Belum! Yang ada makin ruwet isi kepala gue," balas Nabila tak santai. Sudah sejak beberapa jam yang lalu Nabila harus berkutat dengan buku-buku paket tebal yang semuanya berisi angka dan rumus. Bukannya paham yang ada Nabila justru mual.

"Mana yang belum ngerti?"

"Ta, please ... udahan, ya, belajarnya?"

"Nanti. Katanya lo masih belum ngerti. Sini, biar gue jelasin lagi."

Nabila mencebikkan bibir kesal. Demi Tuhan ini kepalanya sudah berdenyut-denyut dan mulai mengepulkan asap. Sebentar lagi Nabila yakin kepalanya akan meledak.

"Jadi, ya, Sayang, efek Doppler itu, tuh, perubahan frekuensi suara yang dihasilkan oleh sumber suara yang bergerak. Contohnya kayak--"

"Sirine ambulans," potong Nabila. "Ya kalau itu gue juga udah paham, Ta. Gue cuma pusing ngeliat rumusnya yang fp sama dengan v dibagi apalah itu, pusing gue!"

"Lah, itu udah paham. Ya udah buat perumusannya kita pelajari sesi belajar berikutnya, okay?" kata Dirta. Tangannya berlabuh di atas kepala Nabila dan mengusak surai gadis itu dengan gemas. "Pinter banget pacar gue aslinya, tuh. Cuma kalah sama malesnya aja."

Nabila mencebikkan bibir sebelum menelentangkan tubuhnya yang terasa pegal. "Akhirnya ... selesai juga belajar bareng Pak Dirta," ucapnya.

Tawa Dirta mengudara mendengar kalimat Nabila. Dirta merapikan buku-buku yang berhamburan di atas ranjang dan menumpuknya menjadi satu tumpukan. Nabila? Gadis itu bukannya membantu justru sedang bergoleran di atas ranjang dengan nyaman. Biarkan saja Dirta yang membereskan kekacauan yang ada. Lagipula ini juga akibat ulah Dirta yang bersikeras menyuruh Nabila untuk belajar. Padahal, mah, tadi Nabila sudah siap tengkurap di depan laptop menonton film. Dirta memang the real pengganggu. Tiba-tiba saja datang dan asal nyelonong masuk lalu mengajak belajar. Well, Nabila sadar, sih, jika itu juga untuk kebaikannya, tapi tetap saja menyebalkan.

"Capek banget, ya?" Dirta sudah kembali ke posisi semula. Diperhatikannya gadis yang sedang memejamkan matanya itu.

"Iya. Otaknya sampe ngebul, nih."

Kedua sudut bibir Dirta melengkung naik. Ibu jarinya ia larikan pada kening Nabila yang tertutup beberapa helai poni tipis. Diusap-usap kening itu dengan lembut dan secara teratur, menghantarkan rasa nyaman sampai-sampai Nabila hampir jatuh terlelap.

"Cita-cita lo apa, Bil?" tanya Dirta tiba-tiba.

"Hm, apa, ya?" gumam Nabila. Kedua matanya sudah terbuka dan kini tampak mengawang-awang. "Dokter mungkin. Selama ini gue suka banget sama hal-hal yang berhubungan dengan Biologi."

"Bukannya passion lo di musik?"

"Ya iya, tapi musik cuma gue jadiin sekedar hobi. Kalau lo? Apa cita-cita lo?"

"Gak tahu," balas Dirta. Jawaban yang membuat Nabila mengangkat tubuhnya dari posisi rebahan.

"Kok gak tahu?!"

Dirta mengedikkan kedua bahunya. Memang tidak tahu, lalu bagaimana? Ditanya soal cita-cita, Dirta bingung. Ia tidak tahu apa dan bagaimana tentang masa depannya.

"Ya gue percaya, sih, lo bisa jadi apa aja. Secara otak lo seencer Einstein. Tinggal pilih aja, pasti tanpa usaha cita-cita lo bisa terwujud."

"Enggak gitu juga dong, konsepnya, Sayang. Semua butuh usaha dan kerja kerasnya masing-masing. Hasil itu gak akan mungkin ada kalau tanpa usaha. Mau sejenius apa pun orangnya, kalau cuma diam aja, ya, tetep nihil."

"Gila," respon Nabila.

"Kenapa?"

"H--hah? Oh, nggak ... ini gue, mmm ... apa, ya? Argh, gue tergila-gila sama lo!" Nabila memekik keras. Namun, dengan cepat tangannya meraih bantal dan meredam pekikannya di balik benda empuk tersebut. Gila. Memang benar-benar gila. Ini, sih, namanya Nabila terDirta-Dirta, jiakh!

"Kamu kenapa makin hari makin gemesin, sih, Bil."

"Apa?!" Lagi dan lagi, suara Nabila memekik kencang. Dirta bahkan sampai menutup kedua belah telinganya. Jaga-jaga agar gendang dalam indera pendengaran tersebut tidak jebol.

"Lo manggil gue apa barusan?!"

"Nabila, lah."

"Nggak, nggak, bukan itu maksud gue."

Dirta mengernyit bingung.

"Ih, itu, loh, tadi ...." Nabila menunjuk dirinya sendiri lalu beralih menunjuk Dirta. Begitu terus sampai berulang kali. "Dirta, ih!"

"Apa, si--oh, kamu maksudnya?"

Nabila mengangguk dengan gigi yang menggigit bantal. Entahlah. Gadis itu merasa nano-nano. Campur aduk antara kaget, senang, histeris, semuanya berpadu jadi satu.

"Kenapa emangnya? Toh, kita juga udah pacaran sekarang." Dirta menarik bantal yang digigit Nabila dengan lembut. "Jangan gigitin bantal begini, sakit nanti giginya."

"Ta, ya Allah .... Ini gue udah lemes."

"Udah, gak usah lebay. Yuk, jalan. Sambil cari makan sekalian."

"Ke mana?"

Dirta mengulurkan tangannya ke depan Nabila. "Terserah kamu. Ke kafe boleh, ke mall boleh, ke warung pinggir jalanan juga boleh."

"Tapi masih gembel gini," kata Nabila. Kepalanya menunduk memindai penampilannya yang sederhana. Hanya sebuah kaos dan celana jeans pendek sementara Dirta mengenakan kaos hitam dan celana jeans panjang dengan warna senada. Namun, Dirta hanya perlu satu usaha untuk membuat penampilannya sempurna. Yaitu dengan memakai jaket denim saja sudah cukup. Lebih dari cukup malah.

"Ganti baju dulu, aku tungguin."

🌼🌼🌼

Mall menjadi tempat untuk menghabiskan waktu di antara tiga pilihan yang Dirta tawarkan tadi. Nabila bilang bahwa gadis itu ingin mencoba photo box di mana nantinya Nabila dan Dirta akan foto berdua dalam satu tempat yang telah disediakan. Biasanya nanti fotonya akan langsung jadi pada saat itu juga. Sebenarnya hampir sama konsepnya dengan foto menggunakan kamera polaroid. Hanya saja hasil photo box ini nanti gambarnya akan lebih bagus. Itu pendapat Nabila pribadi. Mungkin akan beda dengan pendapat yang lain.

Keduanya berjalan saling beriringan. Kaki remaja itu bergerak sampai membawa langkah mereka berdua pada tempat yang dimaksud.

Sebelum memulai sesi foto, Nabila memberi arahan tentang pose yang harus keduanya lakukan.

"Nanti ikutin, ya?" aba-aba Nabila. Saat ini mereka sudah siap untuk berfoto.

Pose pertama, Nabila memberi arahan untuk memanyunkan bibir dengan ibu jari dan jari telunjuk yang membentuk simbol centang di bawah dagu. Tak berselang lama, pose kedua pun dilakukan. Untuk pose yang kedua ini Nabila mengaba-aba supaya memasang wajah konyol. Ekspresi keduanya terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Berlanjut ke pose yang ketiga, Nabila mengatakan untuk berekspresi malas. Nabila sendiri memejamkan mata seolah-olah dirinya tengah mengantuk, sementara Dirta merangkulkan lengannya pada bahu gadis di sampingnya dengan sedikit ulasan senyum di bibir. Untuk pose yang terakhir Nabila membebaskan dirinya sendiri dan Dirta berekspresi. Ini antara kehabisan ide atau memang sudah begitu konsepnya yang jelas Nabila terkejut saat tiba-tiba Dirta melabuhkan bibir di pipinya. Nabila teecekat. Mendadak ia kehilangan pasokan oksigen dan jantungnya terasa berhenti sejenak sebelum akhirnya memompa dengan keras.

Asdfghjkl.

"Bagus hasilnya," kata Dirta polos. Cowok itu masih belum menyadari Nabila yang sudah seperti patung di sebelahnya.

"Muka kamu jadi kel--loh, mau ke mana?" tanya Dirta bingung. Pasalnya Nabila mendadak bangkit dan keluar dari ruangan photo box.

"Kenapa?" Lagi-lagi Dirta bertanya.

"Panas di dalam," jawab Nabila. Tangannya mengipas-ngipas wajah yang terasa panas.

"Kan ada AC, kok panas?"

Nabila melotot tajam ke arah Dirta. "Ih, diem, deh. Kepanasan begini juga gara-gara siapa coba?"

"Ya mana kutahu."

Balasan Dirta itu membuat bola mata Nabila semakin membeliak. Heran sekali dengan Dirta yang memang tidak tahu atau pura-pura tidak tahu.

"Yaudah kita cari minum dulu aja kalau gitu. Mau es krim?" tanya Dirta, tapi Nabila menggeleng pertanda menolak. "Terus mau apa?"

"Boba."

Ingin sekali rasanya Dirta menggigit pipi Nabila karena terlalu gemas. Namun, Dirta menahan keinginannya itu sekuat mungkin. Kini mereka berdua berjalan mencari stand minuman untuk membeli boba.

"Mau rasa apa?"

"Coklat lumer."

"Ya udah, kamu tunggu sini biar aku antri dulu."

Nabila mengambil duduk di salah satu kursi yang kosong. Sepertinya akan lumayan menunggu lama melihat deretan antrian yang cukup panjang. Banyak kaula muda yang juga ikut antri di stand minuman tersebut.

"Nabila?"

Suara yang tak asing itu membuat Nabila menoleh sejenak. Benar saja, ada Nevan dan juga Alena yang Nabila ingat sebagai pacarnya.

"Hai," sapa Nabila dengan ramah. "Abis dari mana?"

"Baru selesai cari sepatu. Lo sendirian?"

"Oh, itu ... gue sama ...." Aduh, bagaimana, ya, menjawabnya? Kalau dijawab ia pergi dengan Dirta kira-kira Nevan akan curiga tidak?

"Sama Kak Dirta, ya?" Itu adalah suara dari Alena. Nabila pun pasrah saja karena sudah tidak bisa mengelak lagi.

"Dirtanya mana, Bil?"

"Antri boba."

"Kak, aku juga mau boba, dong," pinta Alena kepada Nevan. "Beliin, ya?"

"Ya udah, kamu tunggu di sini bareng Nabila kalau gitu. Biar aku beliin dulu."

"Oki," jawab Alena sembari membentuk simbol oke dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

"Udah jalan dari mana aja, Len?" tanya Nabila memecah canggung yang tercipta di antara keduanya.

"Dari rumah, Kak. Tadi Kak Nevan minta anterin beli sepatu futsal makanya ini ke mall."

"Kalian, tuh, udah berapa lama, sih, pacaran?"

"Belum lama kok, Kak," jawab Alena. "Empat bulan PDKT, terus ini udah jalan delapan bulan pacarannya."

"Ih, itu, mah, udah lama namanya. Apa yang bikin lo betah pacaran sama Nevan?" tanya Nabila lagi. Gadis itu sudah seperti reporter yang melakukan sesi wawancara.

"Mm, apa ya? Mungkin karena kedewasaannya, Kak. Aku ngerasa aman sama nyaman bareng Kak Nevan."

Nabila manggut-manggut kecil. Dilihat dari usia hubungan Nevan dan Alena ini, sepertinya Nevan jenis cowok yang setia.

"Kalo Kak Nabila gimana?" Alena bertanya balik kepada Nabila.

"Hah? Gue kenapa emang?"

"Udah berapa lama kenal sama Kak Dirta?"

"Kalo kenal udah dari kecil. Gue sama Dirta tetangga, jadi deket terus akrab."

"Gak bosen emangnya, Kak? Dari kecil sampai sekarang bareng-bareng terus?"

"Bosen sama siapa?" tanya suara cowok menginterupsi. Baik Nabila dan Alena menoleh serempak ke arah sumber suara. "Nih, boba kamu."

"Makasih." Nabila menerima boba sesuai pesanannya. Diseruputnya minuman dingin itu yang langsung menyegarkan tenggorokan.

"Hai, Len," sapa Dirta kepada pacar Nevan itu.

"Hai, Kak. Mau jalan ke mana abis ini, Kak?"

"Ngikut aja gue, Len, sama ini anak," jawab Dirta. Dagunya mengedik ke arah Nabila yang sibuk menikmati minumannya.

"Gimana kalau kita nonton bareng? Mau nggak, Kak Bila?"

"Mau nggak, Sayang?" Dirta berbisik lembut tepat di samping telinga Nabila. Menghantarkan gelenyar yang meremangkan bulu kuduk Nabila.

"Boleh."

Tak lama kemudian, Nevan datang dengan dua buah gelas plastik di tangan. Perhatian Alena yang beralih kepada pacarnya dimanfaatkan Nabila untuk menegur Dirta.

"Bisa nggak, sih, jangan bisik-bisik deket telinga gitu? Pake panggil sayang pula. Kan udah dibilang jangan sampai yang lain tahu dulu, Ta. Gue nggak mau diejekin."

"Iya, iya maaf. Kelepasan tadi."

"Alesan," cibir Nabila. Wajahnya merengut kesal lantaran sikap Dirta yang susah diajak berkompromi.

"Yaudah jangan cemberut gitu. Ayo senyum."

Nabila menarik paksa kedua sudut bibirnya hingga terlihat seperti meringis. Gadis itu menahan supaya tidak menabok Dirta di hadapan Nevan dan Alena.

🌼🌼🌼

See ya, velable

Continue Reading

You'll Also Like

779K 57.6K 62
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
3.3M 207K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 69.7K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
212K 25.7K 23
⚠️ BL Gimana sih rasanya pacaran tapi harus sembunyi-sembunyi? Tanya aja sama Ega Effendito yang harus pacaran sama kebanggaan sekolah, yang prestas...