Disabilove

By Velable

14K 1.9K 273

"Sok-sok'an jadi ketua geng motor, naik motor aja masih gleyar-gleyor!" "Sini, Bil, gue bonceng. Bilang aja p... More

Prolog
1. HTS
2. Topeng Dirta
3. Sesak
4. Jangan Jadi Lemah
5. Meet Zela
7. Resmi
8. Jenguk Ayah
9. Jeritan Malam
10. Confession
11. A Day with Pacar
12. Arena
13. Shock
14. Pertolongan
15. Gadis Genit
16. Kenangan Terindah
17. Perdana
18. Melepaskanmu
19. Night with You
20. Khawatir
21. Putus?
22. ILY
23. Hancur
24. Sebuah Surat Dari Masa Lalu
25. Tragedi
26. How They're Separated
27. Bertemu Lagi
28. Diambang Kebingungan
29. Bertahan Terluka
30. Trapped
31. Hikmah di Balik Sebuah Musibah
32. Petunjuk
33. Manusia Bodoh
34. Menguak Misteri
35. Pulang Bareng
36. Senjata Makan Tuan
37. Time Will Heal
38. Hujan dan Junior
39. Hujan dan Junior (2)
Trailer
40. Slowly Changed
41. What If
42. Yang Dinanti Tiba
43. Born To Be Alone
44. Unexpected Propose

6. Debar

298 39 0
By Velable

Playlist | Nothing's Gonna Change My Love for You Covered by Shania Yan

Happy reading :)

🌼🌼🌼

Sebuah novel yang terbuka terhempas di atas kasur. Disusul dengan helaan napas keras yang meluncur tak lama kemudian. Untuk yang kesekian kali Nabila mengecek ponselnya. Namun, nihil yang didapat. Tidak ada pesan atau pun panggilan masuk dari tetangga sebelah rumahnya.

"Ish! Tau, ah! Bete gue."

Nabila bangkit dari atas kasur. Dilihatnya jam dinding yang menunjukan pukul lima sore. Nabila melangkah menuju jendela balkon. Menyibak tirai tipis di sana dan mengintip ke bawah. Belum juga ada tanda-tanda keberadaan motor Dirta.

"Lo ngapain, sih, Nabila?" tanyanya pada diri sendiri. "Mau gak pulang seharian juga bodo amat. Emangnya gue peduli?"

Dua detik berikutnya. "Ih, tapi gue emang sepeduli itu!"

Dengan hentakan kaki yang menimbulkan suara cukup keras, Nabila beranjak dari kamarnya. Ia turun ke bawah, melihat mamanya sedang berkutat di dapur.

"Mama, nanti kalo ada anak setan datang ke sini nyari Nabila, bilang aja Nabila lagi tidur."

Mama Nabila menoleh, menatap anaknya yang terlihat kesal. "Siapa yang kamu maksud?"

"Ya Dirta, lah! Siapa lagi." Gadis bercelana pendek itu memutar matanya malas. "Ya, Ma, ya?"

"Kenapa? Lagi berantem?"

"Lagi males aja ketemu. Inget, mama pokoknya harus bilang kalau aku udah tidur," tandas Nabila seraya mengacungkan jari telunjuk. Katakanlah dirinya terlalu percaya diri karena berpikir Dirta akan mencarinya, tapi memang kenyataannya seperti itu. Dirta akan mencari Nabila jika sehari saja belum bertatap muka dan saling mengejek satu sama lain.

"Ke mana, sih, anak itu seharian ini gak ada kabar sama sekali? UTS udah kelar bukannya ajak gue makan, kek, sebagai self reward malah ngilang gak jelas."

Nabila masih terus menggerutu. Begitu sudah kembali sampai di dalam kamar, ia matikan segala macam penerangan lalu menarik selimut tinggi-tinggi sebelum akhirnya menenggelamkan diri.

🌼🌼🌼

Suara genjrengan gitar mengusik lelap seorang gadis di balik selimut. Nabila mengucek-ucek matanya. Jam berapa sekarang?

"Udah bangun, Putri Tidur?"

Nabila menoleh dengan terkejut. Kenapa ada suara cowok di dalam kamarnya?

"Pules banget lo tidurnya."

"Sejak kapan lo di sini?"

Dirta meletakkan gitar Nabila di samping sofa. Ia berdiri dan melangkah ke arah kasur tempat Nabila berada. "Sejak setengah tujuh, sih, kayaknya."

"Ya terus lo ngapain di sini? Di dalam kamar gue, genjrengin gitar sedangkan lo tahu kalau gue lagi tidur. Sengaja, 'kan, lo?!"

"Iya. Emang gue sengaja," balas Dirta tanpa beban. "Biar lo cepet bangun. Gak baik tidur jam segini."

"Mending lo balik, deh. Lagi nggak mood gue debat sama lo."

"Keluar, yuk? Cari makan," ajak Dirta. Bukannya menuruti permintaan Nabila agar keluar kamar, Dirta justru mengajak Nabila untuk pergi keluar. Yang benar saja.

"Ogah."

"Udah makan emangnya?"

"Ya nanti gue makan."

"Makan di luar aja, yuk, sama yang lain juga."

"Lo aja sana. Gue, sih, males."

"Yah, gue juga males kalo lo-nya males." Dirta sengaja memasang wajah cemberut. "Yaudah. Gimana kalau kita makan masakan mama lo aja?"

Nabila menggeleng cepat. "Nggak ada, nggak ada!" tolaknya tegas. "Mama masakin buat gue, bukan buat lo."

"Kok lo pelit, sih, Bil?"

"Ya biarin. Emang bener, kok, mama masak buat gue. Ngapain lo mau ikut-ikutan makan? Ngabis-ngabisin aja."

"Gue ada salah, ya?"

"Hah?" Nabila panik dan terkejut. Bagaimana Dirta bisa sepeka itu? "Maksud lo?"

"Lo daritadi kayaknya sensi banget sama gue," ucap Dirta. Netranya mencoba menyelami sepasang bola mata di hadapannya. "Atau lo PMS? Eh, tapi enggak, deh. Ini, 'kan, bukan jadwal lo.'

"Heh!" Nabila melotot garang. "Gimana ceritanya lo bisa tahu kalau ini bukan jadwal gue PMS?"

"Apa, sih, yang nggak gue tahu soal lo, Bil? Gue tahu semua kali."

"Kenapa, Sayang?" tanya Dirta lembut. Tangannya terangkat merapikan surai panjang milik gadis di depannya. "Ada yang ganggu pikiran lo?"

Meleyot tidak kalian jika dipanggil sayang begini? Apalagi dengan nada lembut yang sangat sejuk didengar di telinga.

"Panggil sayang sekali lagi, gue jitak, ya, Ta?!" ancam Nabila.

"Salah gue mau panggil lo sayang? Suka-suka gue, dong. Gue, 'kan, emang sayang sama lo."

Iya, tapi sayangnya sebagai sahabat aja.

"Gue jitak beneran, ya?!" Nabila menerjang Dirta. Ibu jari dan jari tengahnya sudah saling beradu, siap menempur jidat Dirta.

"Adooh! Ampun, Bil! Iya, iya, gue sayang sama lo! Beneran, deh! Gak bohong gue."

"Dirta! Tanggung jawab lo!"

Karena sudah membuat jantung kelojotan di dalam sana.

🌼🌼🌼

Akhirnya setelah drama yang terjadi di kamar tadi, kini Dirta dan Nabila sudah tiba di salah satu Caffe & Resto yang menjadi tempat mereka kumpul. Sudah ada teman-teman Dirta yang mengisi salah satu meja di bagian sudut kafe.

"Lama amat, Ta? Mampir ke mana dulu lo?" tanya Alka.

"Nih! Bujukin bos besar dulu," jawab Dirta sambil menunjuk Nabila yang kini duduk berdampingan dengannya. "Udah pada pesen belum?"

"Kita nunggu lo, ya, anjir!" sewot Dimas.

"Weh, kalem-kalem." Dirta membuka buku menu. "Mau makan apa, Beb?" tanya Dirta pada Nabila yang sudah asik bermain ponsel.

Dimas yang sedang menyeruput minuman sontak tersedak mendengar Dirta bertanya pada Nabila barusan. "Anjir! Kalian udah jadian?"

"Siapa yang jadian?" Bukannya menjawab, Dirta justru balik bertanya.

"Lo sama Nabila, lah!"

"Kalian kayak nggak tahu kelakuan Dirta aja," sahut Nabila santai.

"Gue kira beneran udah jadian."

Kali ini Dirta justru tertawa. "Haha, sirik aja, sih. Emangnya kenapa juga kalau gue jadian sama Nabila? Patah hati lo?"

"Ya nggak gitu konsepnya, Ta. Kasian anak orang lo gantungin mulu."

Dirta pura-pura tidak mendengar. Ia kembali fokus menekuri deretan nama makanan di buku menu. "Seafood aja, ya?" tanyanya lagi, masih pada Nabila.

"Mau cumi."

Dimas dan Alka saling lirik. Sebenarnya bukan hal baru bagi mereka melihat bagaimana cara Dirta memperlakukan Nabila. Kedua makhluk itu terlihat seperti sepasang kekasih. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Baik Dirta maupun Nabila selalu menyangkal jika ditanya tentang status hubungan mereka.

"Kenapa, sih, kalian gak jadian aja?" celetuk Dimas tiba-tiba. Semua yang ada di meja itu seketika mengangkat kepala. Fokus pada layar ponsel sudah berpindah ke arah Dimas.

"Kenapa lo yang sewot?" balas Nabila.

"Gue bukan sewot. Sekarang gue tanya, deh, sama kalian berdua." Dimas membenarkan posisi duduknya sembari berdehem pelan. "Lo rela, Ta, kalau lihat Nabila jalan sama cowok lain?"

Dirta tertegun. Kemudian Dimas beralih menatap Nabila. "Lo gimana, Bil? Rela kalau Dirta punya cewek yang dia perhatiin selain lo?"

"Udah nggak usah dengerin omongan Dimas," kata Dirta. Tangannya mengibas cuek. "Dia kadang emang suka ngaco."

Dimas mendengus seraya menyeringai tipis. "Jangan sampai lo nyesel, Ta," ingatnya dan percakapan mereka harus terhenti sejenak karena pelayan menghampiri meja mereka.

Setelah itu salah satu dari mereka memanggil pelayan. Di meja itu hanya ada anak-anak inti Refour dan ketambahan Nabila. Nevan bahkan tidak mengajak pacarnya. Nabila tidak risih berada di tengah-tengah cowok dan hanya ia sendiri yang cewek karena Dimas, Nevan, Kaesang, dan juga Alka merupakan teman sekelasnya, jadi wajar jika Nabila tidak canggung dan risih.

"Pulang sekarang?" tanya Dirta kepada Nabila. Makanan mereka telah tandas dan sudah berganti ke cemilan.

"Gue naik taksi aja. Lo kalau mau lanjut nongkrong sama mereka lanjut aja."

"Gue anter," kata Dirta. Tangannya menahan pergelangan tangan milik Nabila supaya gadis itu tidak kabur duluan.

"Gue bisa pulang sendiri, Ta," bisiknya pelan. "Gak perlu lo anter."

Dirta pura-pura tak mendengar. Ia justru berpamitan kepada teman-temannya bahwa ia harus pulang duluan karena harus mengantar Nabila.

"Hati-hati bawa motornya. Ada anak gadis orang lo boncengin," canda Alka.

"Gadis gue," sambung Dirta. Dirta tak sadar saja bahwa kalimat sepelenya itu memberi efek yang begitu besar kepada Nabila. Wajahnya memerah, tapi secepat mungkin Nabila menunduk dalam.

"Pakai."

Nabila tersentak saat Dirta memakaikan jaket ke tubuhnya. Matanya mengerjap berulang kali. "Terus lo gimana?"

"Gue gak pa-pa.

"Tapi lo cuma pake kaos tipis gitu," tunjuk Nabila pada kaos putih yang dikenakan Dirta.

"Ya udah, ntar lo peluk gue aja biar gue nggak kedinginan."

"Modus!" seru Nabila seraya melayangkan cubitan keras di perut Dirta. Sepertinya Nabila harus menebalkan imunnya supaya tidak mudah terbawa akan sikap Dirta. Makin ke sini Dirta makin meresahkan perasaannya saja. Gawat jika ada yang mengharap lebih di antara mereka berdua.

Malam yang belum terlalu larut membuat Dirta mengemudikan motornya dengan santai. Di pertengahan jalan cowok itu menarik kedua tangan Nabila dan melingkarkan di pinggangnya. Sesekali telapak tangannya juga mengelus di sana. Menghantarkan rasa hangat di kulit Nabila.

Selang beberapa menit kemudian, motor Dirta sudah kembali berada di halaman rumah Nabila. Seusai acara makan tadi memang mereka memutuskan untuk langsung pulang tanpa berniat mampir ke mana-mana.

"Kenapa, kok, bengong?" Dirta bertanya saat Nabila baru saja turun dau atas motor dengan tatapan kosong.

"Bil?" panggilnya. Dirta memperhatikan Nabila baik-baik. Apa ia melakukan kesalahan lagi?

"Bila?" ulang Dirta karena Nabila tak menyahut. "Nabila!"

"E--eh, kenapa?"

"Lo kesambet setan jalanan, ya? Kenapa jadi linglung gini?"

"Enggak, kok, Ta." Nabila menggeleng. "Udah sana lo pulang."

"Kenapa, sih?" Dirta menarik pergelangan tangan Nabila begitu gadis itu hendak beranjak. Ini jelas ada yang aneh. "Cerita sama gue. Ada apa? Ada yang ganggu pikiran lo?"

"Ini ... gue mendadak kepikiran hasil UTS kemaren. Kayaknya bakal banyak yang remedial, deh."

"Makanya belajar. Kan udah puluhan kali gue ingetin, belajar itu gak cuma apa yang lo sukai aja. Tapi lo juga harus belajar mencintai apa yang gak lo sukai."

"Gimana bisa gue cinta sama sesuatu yang gak gue sukai? Dari awal aja udah gak suka, terus gimana ceritanya bisa jadi cinta."

Dirta memegang kedua bahu Nabila. Netranya menatap tepat pada kedua bola mata Nabila. "Nabila, cinta itu bisa datang dari mana aja. Cinta juga bisa ada karena terbiasa. Jadi, mulai sekarang biasain belajar di semua mapel, jangan cuma Biologi doang."

Satu kalimat Dirta terasa menggelitik di pendengaran Nabila. Cinta juga bisa ada karena terbiasa.

"Ya udah, gak usah terlalu dipikirin. Nanti gue bantuin belajar kalau emang remedial. Gih, masuk."

Nabila memutar tubuh, sudah akan melenggang menuju ke pintu utama rumahnya saat tiba-tiba Dirta menarik kembali pergelangan tangannya. Belum sempat bertanya ada apa, tubuhnya sudah berada dalam dekapan tubuh Dirta.

"Langsung istirahat, ya? Jangan begadang-begadang karena nonton film. Good night, Nabila."

🌼🌼🌼


Follow ig velable20 untuk tahu postingan2 gemoy lainnya

See ya, velable❤

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.8M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 60.3K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
296K 17.6K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...