Fall on Deaf Ears [COMPLETED]

By anafeey

23.7K 3.8K 5.6K

Hujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉... More

1. Nameless •
• The Characters〃
2. Confusing •
3. Moved Out •
4. Different •
5. Don't Get Me Wrong •
6. At Least •
7. Prestige? •
8. Accompany Me •
9. Let Me Tell You •
10. Don't Lie •
11. Triggered •
12. Play Silly Buggers •
13. The Funeral •
14. You Caught My Eyes •
15. Where We Started •
17. Hard to Resist •
18. Leave No Trace? •
19. Hush •
20. Delirious? •
21. Clear as Mud •
22. What If? •
23. I Saw You •
24. Too Young I•
25. Too Young II •
26. Ex •
27. Revenge •
28. No One's Perfect •
29. Hidden •
30. Astonished •
31. Vaguely •
32. Scariest Feeling •
33. Between Us •
34. The Rain •
35. Dilemma •
36. Overboard •
37. Make a Blunder •
38. Bold Decision •
39. Back to You •
40. There's No Shelter •
41. I'm Not Sure •
42. Dumpstruck? •
43. Wears Me Out •
44-45. I'm All Ears [END] •

16. Is it True? •

539 112 382
By anafeey

Apakah Ini Sungguhan?

"Dunia ini memang sempit," batin Revan.

Entahlah, Revan jadi sedikit tertarik dengan Diandra. Ia pun kini tersenyum penuh arti menandakan jika ia punya ide cemerlang. Lanjut, Revan pun mengetikkan beberapa pesan teks kepada rekannya. Namannya adalah Hobbie Darius Dampster. Ia adalah kepala kesiswaan di lembaga kursusnya itu.

"Hobbie, aku memintamu mencari data siswa yang bernama Diandra," tulis Revan pada papan pengetikan di HP-nya itu.

"Baiklah," balas Hobbie.

Di sisi lain

Aroma gandum menyeruak hingga ke hidung dua sejoli yang kini tidak tahu mengapa mereka berbincang di suasana yang seperti ini. Ya, mereka kini berada di sebuah gudang penyimpanan gandum dimana itu adalah bahan yang digunakan untuk membuat adonan donat.

"Bisa-bisanya aku akan menikah dengan seorang bocah," cetus Kayla tidak terima. Bahkan, di umurnya yang 24 tahun harus menikah dengan seorang John yang baru berumur 22 tahun yang menurutnya seperti biji kencur.

Ayolah, jarak dua tahun apakah 'kan jadi penghalang dalam menjalin hubungan? Sungguh, mereka terlalu berlebihan jika harus memperdebatkan umur. Karena, ada poin yang lebih penting apakah hubungan asmara mereka berlanjut atau tidak.

"Apa katamu? Kau barusan mengejekku?" John memandang orang yang di depannya tajam.

"Kau tidak cemburu, ya? saat sepupumu mengakui Genda sebagai kekasihnya?" Kayla menyilangkan lengannya sambil mengintimidasi.

"Menurutmu bagaimana? Aku tidak tahu pasti, Revan sepertinya hanya pura-pura." Satu langkah kaki kini bergerak maju. Ditatap tajam mata sipit Kayla yang kini juga menatapnya. Jarak mereka hanya beberapa senti saja. Deru nafas mereka juga bertumbukan seperkian detik.

"Pura-pura?" Kayla memiringkan bibirnya tanda tak percaya.

"Jangan ulangi kalimat itu, mengerti? Karena, sebentar lagi kau akan resmi jadi isteriku," smirk John yang membuat Kayla sedikit takut. Jangan lupakan suara soft milik John yang membuat wanita siapapun merinding atau hampir terpesona 'tak terkecuali dirinya.

Kayla memejamkan matanya tatkala deru nafasnya dan John beradu. Siapa sangka, ia benar-benar tidak bisa berkutik dengan perlakuan John. Dirinya seolah tenggelam sejenak.

"Kau payah juga, ya? Aku tidak akan melakukannya," ucap John yang melihat Kayla dengan ekspresi err seolah dirinya akan menciumnya layaknya adegan romantis di serial drama? Otak Kayla pun tanpa hentinya masih memproses apakah bibir itu pernah berciuman atau tidak. Jika benar seperti itu, mungkin saja John sudah melakukannya dengan Genda yang notabennya adalah mantan kekasihnya.

"Ada apa?" John yang bingung karena ditatap dengan selidik. Seolah tahu apa yang dipikirkan oleh wanita di depannya, ia pun hanya mendesah pelan.

"Hufth, jadi, kau ini penasaran? Haha, tenang saja, aku belum pernah mencobanya," timpalnya tidak terima.

"Terserah, aku tidak peduli denganmu." Kayla pun segera membuang muka. Dalam hatinya sedari tadi seolah mengatakan mungkinkah jika dalam hubungan asmara tidak melakukan hal tersebut.

__

Perpustakaan

Semenjak berpulangnya Ilham, Genda pun punya tugas double di mana ia akan menjaga perpustakaan milik si mendiang Ilham itu. Lebih tepatnya, perpustakaan itu ternyata sudah diwariskan padanya. Namun, di samping itu, ia juga menjadi rindu dengan suasana di restoran.

Pertemuan dirinya dengan Revan memang seperti takdir. Seolah niat Genda itu dipermudah oleh Tuhan. Karena sebelum ia mendaftar ke restoran Revan, ia dipertemukan terlebih dahulu secara langsung oleh pemuda itu. Ditambah, Revan secara terang-terangan menawarkan pekerjaan sebagai karyawan padanya.

◾▫◾▫

Pikiran Genda lantas menerawang jauh, bagaimana Ilham yang suka tersenyum padanya kala ia mendatangi dan membaca buku-buku di perpustakaan miliknya. Bagaimana Ilham yang suka membelanya saat ayahnya sendiri yang suka meremehkannya.

Tiga setengah tahun yang lalu_

"Bagaimana kau bisa gagal huh! Kau ini bagaimana? Cobalah tiru kakakmu! Dia berhasil ke universitas terkemuka di kota ini!"

"Aku sudah juga sudah diterima di universitas yang sama, Yah! Tapi apa? anak tiri ayah itu yang menggagalkan segalanya!"

BRAK! Digebrak meja di ruang tengah di sana.

"Percumah saja bicara sama anak pembohong sepertimu. Heii mau kemana, dibilangin malah pergi."

"Sudah setiap malam aku bekerja keras mengisi formulir pendaftaran kuliah. Tapi apa? aku dibohongi oleh kak Kayla! Katanya dia mau mengirimkan form pendaftaran ulang ke sana dengan dalih peduli padaku yang sedang sakit. Namun, hingga saat harinya tiba, kebenaran tentang bagaimana ia berbohong terjadi. Dibuang semua hard-file itu di tempat sampah. Aku benar-benar tidak percaya dengan sikap biadabnya itu dan ... lebih parahnya Ayah malah membelanya, haha," tawanya miris. Ia pun beralih keluar dari rumah itu menuju teras, benar-benar panas rasanya.

"Aku tidak akan dengar omong kosong dari anak pembohong sepertimu, mengerti!" ucapnya sambil menoyor jari telunjuknya ke jidat Genda.

Tolong, Tuan. Bahkan, anak anda ini sering baca buku di perpustakaan saya," ucap orang tiba-tiba yang berada di ambang gerbang rumah mewah itu. Eddy pun menoleh.

"Siapa anda!" geram Eddy.

"Terkadang, saya juga sampai jengah betapa ia suka dengan buku. Tapi, dia benar-benar bekerja keras, Tuan," lanjut orang itu. Orang itu adalah Ilham. Ia hanya heran saja, baru di lihat dengan mata kepalanya sendiri jika ada ayah dan anak gadisnya yang bertengkar hebat di depan rumah. Ilham yang kebetulan lewat di perkomplekkan sana seketika menghentikan aksi orang tua dan anak tersebut.

"Anda ikut campur sekali, siapa anda?" Eddy nampak berkacak pinggang.

"Maaf, mungkin hati nurani saya yang terlalu besar, jadi saya datang kemari," jelas Ilham.

BRAKK!!

"Ikut campur!" Rahang Eddy mengeras. Kemudian, ia masuk ke dalam rumahnya tanpa sepatah kata lagi dengan sedikit gebrakan pintu yang luar biasa kerasnya.

"Hiks, hiks, aku sudah tidak berserela lagi belajar. Semua usahaku tidak ada gunanya di mata ayahku." Genda kini menjatuhkan tubuhnya di lantai. Ilham yang melihatnya hanya bisa menenangkan gadis itu. Ia tidak bisa melihat hal ini. Betapa sakitnya melihat seorang anak yang diperlakukan seperti itu. Hal ini membuatnya teringat kejadian kebakaran rumah yang membuat anak dan isterinya meninggal dunia.

"Kehilangan sosok orang tua yang mana sepertinya menyayangi kita itu terasa menyedihkan. Rasanya, meskipun sudah berusaha tergar. Namun, perasaan itu selalu muncul." Revan merengkuh pundak Genda. Tidak ada perlawanan apapun, gadis itu merasakan kehangatan saat Revan bersamanya.

"Benar juga, haha." Genda tertawa miris.

"Genda, kau kan pernah diterima di universitas, memangnya waktu itu jurusan apa yang kau ambil?" tanya Revan penasaran. Ia berusaha menghibur gadis manis itu.

"Aku, eumm ... aku mengambil jurusan Sosiologi. Haha, tahukah kau? Dengan terlalu semangatnya, aku pernah menghafal semua materi yang ada di buku paket. Jika dihitung, dari bab awal sampai akhir, haha. Memang, banyak yang bilang jika jurusan IPS itu banya teorinya. Namun, entah mengapa aku lebih menyukai itu," curhat Genda pada pria di sampingnya.

"Wah, keren sekali. Aku yang di jurusan yang sama pun tidak sepandai kau." Revan mencubit pipi Genda pelan.

"Bisa saja kamu, Kak. Tapi, satu hal ... aku sangat berterimakasih padamu. Sekarang, aku tidak peduli ada di mana aku berpijak. Yang terpenting, aku hanya ingin berada di tempat dimana orang-orang mau menghargaiku meskipun, hanya sekadar mendengarkan ceritaku," ucap Genda sambil tersenyum. Revan yang kini berada di dekat Genda hanya bisa menelan ludahnya kewalahan. Mengapa ia dihadapkan dengan wajah yang manis itu secara dekat, sangat dekat. Revan pun merasakan nafasnya yang seolah tersengal.

"Apa kau mau ke rumahku? Maksudnya, eumm ... aku ingin kau bisa kenal juga dengan adikku," tawar Revan yang mendapatkan anggukan cepat dari Genda.
___

Revan's House

Kriett

Dibukalah pintu depan rumah dengan tembok berwarnakan hijau tosca itu. Seperti biasa, Revan langsung disambut adik perempuannya itu. Ada seberkas binar terang dari mata adiknya, dipandangi Genda dari atas sampai bawah. Entah apa yang dipikirkan gadis SMA itu. Ia merasa suka dengan kehadiran Genda di rumahnya.

"Jadilah kekasih kakakku!" pekik Ria polos.

"Hah?'' cengo Genda, ia pun menyenggol lengan Revan yang nampak menegang.

"Kumohon, seharian aku berpikir keras mengenai Kakak, sepertinya Kakak cocok jika jadi pendamping hidup Kak Revan." Telak sudah, ucapan Ria membuat dua sejoli itu merasakan panas di tubuhnya. Revan pun beralih memandang jarum jam yang berdenting. Sementara Genda, ia malah menatap lukisan Jeon Jungkook BTS yang dipajang di tembok dekat taman rumah itu dari balik pintu kaca.

Diam ... Ria memandang dua orang di depannya seperti manusia yang konyol.

"Apa yang kau bicarakan, huh? Sana ambilkan kami camilan di kulkas," titah Revan.

"Hiss, menyebalkan." Ria menghentakkan kakinya lucu. Revan pun mengambil remot TV nya yang kebetulan sedang menyala itu. Ia pun tersenyum kikuk ke arah Genda.

"Abaikan saja, dia terkadang menyebalkan." Revan komat-kamit dan sok sibuk mengganti chanel TV dengan sembarang.

"Mengapa adiknya itu tidak tahu konsep hanger baju, sih?" lirih Genda yang tentunya tidak bisa didengar oleh Revan.

5 menit kemudian

"Kak! Bantuin, please .... "

Ria terlihat kewalahan membawa snack di tangannya. Genda yang melihat itu di depannya segera menangkapnya.

"Haha, lain kali jangan diborong semua yang ada di kulkas," tawa Genda lirih sambil berjongkok. Ria yang sedari tadi di samping Genda hanya bisa terkagum akan pesona manis yang dimiliki Genda.

"Woahh, apa aku sedang bertemu dengan bidadari?" takjub Ria tiba-tiba.

"Humm?" Genda menoleh pelan menatap Ria bingung.

"Kau mirip ibu." Ria menunduk lesu, matanya tiba-tiba berkaca-kaca jika mengingat mendiang ibunya.

"Maksudmu? bingung Genda. Ia yang merasa iba pun menarik Ria ke pelukannya. Revan yang menunggu camilan itu datang pun menoleh ke belakang. Namun tidak, matanya seketika mengerjap beberapa kali melihat pemandangan di depannya.

"Sepertinya, Ria nyaman dengan Genda," pikir Revan sambil menatap mereka lembut.

TBC

Tenang, cerita ini masih berlanjut. Belum tamat, hehe 💜

TERIMAKASIH, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA, SAYANG. 💜 Karena, penulis ingin sekali mendapatkan apresiasi dari kalian setelah mengetik ribuan kata ini 😊🙏

Please, follow my ig account: bookooue_

Continue Reading

You'll Also Like

6.7K 622 32
[COMPLETED] [AHRA SIDE [COMPLETED]] "Setidaknya, biarkan aku mempertahankanmu sampai saatnya kita harus berpisah nanti." Cerita tentang dua sejoli y...
7.9K 1.2K 7
[Mature - Dark Fantasy - Romance] Tahun 1930 adalah tahun terburuk untuk Yun Haerin. Gadis berusia 21 tahun itu terpaksa meninggalkan desa dan sauda...
193K 29.9K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
24.2K 5.6K 47
Ketika rasa cemas lebih dekat dari detak jantungmu sendiri. -- Jeon Jungkook mempunyai kecemasan yang sulit dikendalikan, kecuali oleh seorang gadis...