Fall on Deaf Ears [COMPLETED]

By anafeey

23.7K 3.8K 5.6K

Hujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉... More

• The Characters〃
2. Confusing •
3. Moved Out •
4. Different •
5. Don't Get Me Wrong •
6. At Least •
7. Prestige? •
8. Accompany Me •
9. Let Me Tell You •
10. Don't Lie •
11. Triggered •
12. Play Silly Buggers •
13. The Funeral •
14. You Caught My Eyes •
15. Where We Started •
16. Is it True? •
17. Hard to Resist •
18. Leave No Trace? •
19. Hush •
20. Delirious? •
21. Clear as Mud •
22. What If? •
23. I Saw You •
24. Too Young I•
25. Too Young II •
26. Ex •
27. Revenge •
28. No One's Perfect •
29. Hidden •
30. Astonished •
31. Vaguely •
32. Scariest Feeling •
33. Between Us •
34. The Rain •
35. Dilemma •
36. Overboard •
37. Make a Blunder •
38. Bold Decision •
39. Back to You •
40. There's No Shelter •
41. I'm Not Sure •
42. Dumpstruck? •
43. Wears Me Out •
44-45. I'm All Ears [END] •

1. Nameless •

5.7K 335 649
By anafeey

Tidak Dikenal

Hallo, Feeys!!

_________________

Welcome to my universe and I wanna hug u as u read this story. Anyway, u are the most beautiful creature in this world, so please keep smile and light up your day with a love.
____________

Disclaimer: Cerita ini bergenre fiksi. Nama pemain dan alur murni pengembangan imajinasi dari saya. Segala tindak-tanduk pemain bersifat khayalan, dan tidak terjadi di dunia nyata. Latar tempat yang dipilih juga semata-mata untuk memberikan kesan aesthetic dan tidak benar-benar ada. Semoga suka, ya. Ditunggu vote dan komentarnya! Wajib!

_____________

Dilarang plagiat! Peringatan keras kepada siapa pun yang punya niat tidak baik. Jangan sekali-kali meremehkan! Ini sudah tertera dengan jelas di:
Sanksi Pasal 113 Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

_________

Cerita ini menggunakan alur yang rumit dan banyak sekali clues-nya.

______

Mengandung unsur kekerasan dan mental issue, jadi mohon bijak.

_____

Jangan jadi siders (silent readers).

Jakarta, 1 Desember 2021

Ada kalanya hujan diawali dengan gerimis, ada kalanya juga hujan diawali dengan guntur. Berbagai macam usaha Tuhan memberikan peringatan bahwa hujan kan tiba. Berbagai macam tanda-Nya untuk mengatakan pada yang di bawah supaya siap sedia dengan kemungkinan lain yang terjadi setelah hujan. Tapi bagaimana jika hujan datang tanpa peringatan seperti tadi? Akankah Dia menurunkan sesosok malaikat setelahnya? Mengapa ragu? Mengapa mengkhawatirkan hal yang belum pasti? Tuhan pasti lebih tahu yang terbaik untuk semua ciptaan yang ada di bumi-Nya, bukan?

Malam itu hujan mengguyur si tanah ibu kota. Belum larut sebenarnya karena masih pukul 20.30-an. Beberapa kendaraan seperti mobil, bus, angkot, dan motor juga masih berseliweran dari berbagai arah jalan. Layaknya membuka gulungan denah, tak jauh dari kawasan beraspal itu pun terpampang salah satu halte yang selalu diisi oleh beberapa calon penumpang bus. Salah satu di antaranya adalah seorang pemuda dengan wajah tampannya tak tak lupa dengan setelah jas warna hitamnya sedari tadi menunggu kendaraan jenis roda empat itu. Tanpa merasa terbebani karena sudah cukup lama di sana, kedua matanya itu pun tercetak jelas seperti bulan sabit karena tak khayal ia menyunggingkan senyuman simpul. Sangking nikmatnya, ia pun lantas memejamkan nya pelan, seolah memvisualisasikan bagaimana titik-titik hujan menyirami otaknya.

"Hujan," gumamnya pelan.

"Heii!!!!"

Tapi Sial! Belum sempat ia tenggelam jauh bersama imajinasinya, ia lantas dikagetkan oleh suara seseorang yang berteriak keras di sekitar halte itu.

Atensi pemuda itu pun langsung tertuju pada orang yang ada di depannya tersebut. Ia ingin menanyakan apa yang terjadi sebenarnya, tapi orang itu, pria kisaran umur 45 an itu nampak mengumpat sedari tadi.

"Hish! kemana dia! Maling sialan."

Kentara sekali, seperti baru berlari mengejar seseorang. Kepalanya juga celingukan seperti ingin mengejar jejak orang yang dimaksudnya.

"Ma-maaf, permisi, apa kamu lihat gadis yang lewat sini dengan hoodie merah dan sepatu hitam bergaris putih?" tanyanya pada pemuda itu dengan sedikit ragu.

Beraninya ia merampas roti yang kubeli barusan! umpatnya dalam hati.

"Ti-tidak, Pak," jawab pemuda itu seadanya.

"Oh .... Begitu, ya. Ya, sudah. Saya pergi dulu," lanjut pria paruh baya yang kebetulan baru kecolongan itu. Ia pun segera meninggalkan pemuda di depannya itu begitu saja yang mana masih dengan ekspresi bingungnya.

___________♡____________________

Setelah menunggu hampir setengah jam, bus yang ditunggu pemuda itu pun muncul. Dengan segera, ia melangkahkan kakinya ke dalam bus itu. Lebih jauh lagi, ia pun memilih ke kursi yang paling belakang.

Mata elang pemuda itu lantas mengedar pelan. Baginya, ia selalu merasa berada di bawah spotlight —akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di depannya meskipun hanya sekadar berjalan tanpa ekspresi sekalipun.

Bukan perasaan senang. Namun, lebih dominan ke dengan perasaan kesalnya. Ditatapnya dengan wajah lapar oleh beberapa penumpang bus. Sekali lagi, ia merasa benar-benar risih.

Tak! Menyedihkan sekali,

"Ya tahu aku ini tampan. Tapi, memangnya aku ini laki-laki apa?" Ia hanya menggelengkan kepalanya heran.

Pemuda itu pun menyenderkan bahu kirinya di kaca bus. Sekali lagi, ia sangat terkesima dengan pemandangan kota dari balik kaca bus.

Benar, hujan, dan udara yang dingin adalah kesukaannya.

Detik selanjutnya, ia merasakan sebuah kejanggalan. Ekor matanya yang sebelah kanan menangkap seseorang yang sepertinya dicari oleh pria malang tadi.

"Hoodie merah? Pas sekali."

"Wajahnya cantik juga?" Shh apa yang aku pikirkan, dasar bodoh."

"Sepatu hitam bergaris putih? Ya, ini nih."

"Satu box besar berisi donat? Sebentar, mereknya sangat tidak asing bagiku."

Kalimat yang terakhir sungguh membuatnya bertanya-tanya. Ia pun menepis pemikiran sempitnya itu, bagaimanapun juga, mungkin itu hanyalah kebetulan belaka.

"Hei! Kau mencuri, ya?" Tanya pemuda itu tanpa basa-basi.

"Hah? Syiapa kauh?" jawabnya tidak jelas karena mulutnya yang tersumpal roti.

"Tidak perlu tahu," jawab pemuda itu dengan tatapan tajamnya. Ia pun beralih menggeserkan pantatnya ke samping wanita itu.

"Eh, aku tidak pernah mencuri, ini hakku!" teriaknya, hingga para penumpang menoleh ke sumber suara.

Diam sejenak__

"Hah? Apa maksudmu? Jelas-jelas kau tadi yang mencuri! Awas saja kau!" geram pemuda itu. Beberapa pasang mata pun menatapnya lagi dengan penuh curiga.

"Kau mau masuk penjara?" lanjutnya mengancam tapi dengan nada yang lirih karena menyadari menjadi pusat perhatian lagi. Ya, meskipun sudah menurunkan suaranya, perasaannya benar-benar dongkol sekarang.

"Dasar pria aneh! Awas minggir! Kau menghalangi jalanku!" gertaknya tak terima.

Tak! Tepat saat wanita itu berdiri, bus yang sedari tadi mengitari jalanan kota itu pun berhenti. Kesempatan untuk menghindar juga dong! Tanpa sepengetahuan pemuda itu, wanita itu lantas ber-smirk tanda menang.

"Hei!" kesal pemuda itu. Baru kali ini ia melihat pencuri dengan mata telanjangnya. Ia pun mengambil handphone-nya dan akan menelpon nomor kepolisian. Namun, pemuda itu seketika mengurungkan niatnya itu.

"Apa aku berlebihan jika melakukan ini?" gumam pemuda itu.

"Hufth, ada-ada saja. Tapi, mengapa dia mengatakan 'Ini hakku?' ah, sudahlah. Ini bukan urusanku juga." Pemuda itu pun menggelengkan kepalanya cepat. Serta, sedikit menengok ke samping lewat jendela memastikan wanita tadi yang ternyata sudah hilang dari pandangannya.

◾▫◾▫◾

Dengan masih memakai hoodie merahnya, wanita tadi nampak berjalan dengan sedikit lemas menuju ke sebuah rumah yang mana letaknya berada di tengah hutan. Alhasil, lokasinya itu jauh dari kata yang bisa dijangkau oleh manusia pada umumnya atau masyarakat di sana.

Terdapat juga jembatan kayu yang berdiri kokoh yang bisa digunakan untuk menjangkau rumah itu. Tak hanya itu, di bawahnya juga mengalir sebuah anak sungai yang lumayan panjang dan seolah tak berujung. Biasanya, sungai itu amat cantik jika malam hari. Terlebih, jika malam bulan purnama. Ia pun menghentikan langkahnya, menatap anak sungai itu dengan tatapan kosong.

"Aku benci Desember. Tidak ada pantulan bulan di sini," gumamnya sendu dan masih setia memandang aliran sungai itu dengan tatapan kosong.

"Hissh, kok jadi melamun! Apa-apaan tadi? siapa pemuda itu? ikut campur saja ...." gerundelnya. Ia pun perlahan menuju ke rumahnya yang hanya beberapa langkah dari jembatan ia berdiri itu.

Kriettt...

Dibukalah pintu kamarnya. Saat itu juga, gendang telinganya pun mendengar suara hewan,

Meow!!

"Yakk!" kejutnya.

Gadis itu pun seketika terlonjak. Karena penasaran, ia pun menengoknya melalui jendala kamarnya.

"Dasar, kucing iseng!" Tanpa ragu, ia melompati jendela kamarnya itu. Ia pun beralih mengelus-elus dua kucing berwarna cokelat dan putih tersebut yang sedang lahap memakan ikan asin.

Menurutnya, kucing itu terlalu gemas jika harus diseret-seret.

"Apa ini?" ia perlahan membuka dan membaca kertas pembungkus ikan asin tersebut atau lebih tepatnya selembar koran.

JOB VACANCY : Karyawan Restoran .......
>Posisi: pelayan
>Pria usia 19-35 tahun
>Minimal tamatan SMA/SMK
>Berpenampilan menarik dan tidak dalam masa sibuk
>Cekatan, mampu berkomunikasi dengan baik

Jika berminat, hubungi nomor telepon/e-mail: 0823××××××××××/thvthv@gmail.com

"Ide bagus, Genda!" serunya pada dirinya sendiri.

Begitulah Genda, nama gadis ber-hoodie merah itu.

"Yuhu, terima kasih kucing-kucing manis," ujarnya sambil terkekeh.

Esok pagi_

"Hoamm ... nyeyak sekali malam ini," gumam gadis itu.

"Oh, ya! Aku harus mandi!" lanjutnya dengan menarik handuknya yang ada di gantungan pintu.

"Mungkin, ini untuk terakhir kalinya melihat rambut panjangku ini." Ia nampak mengelus-ngelus surai hitamnya di kaca kamar mandi.

"Satu ... dua ...tiga ..."

"Selesai!" Ia pun memandangi dirinya yang berbeda dengan penampilan sebelumnya. Ya, Genda sudah memotong rambutnya seperti laki-laki. Ia hanya merasa mirip ala cowok Korea begitu, pikirnya.

Keesokan harinya,

Genda lantas berjalan santai di sebuah trotoar sambil mengemut permen lollipop yang dibelinya lima menit yang lalu. Ia beralih untuk duduk di sebuah kursi besi yang ada di taman kota itu. Jangan lupakan kedua kupingnya yang tersumpal headset, memakai topi hitam, kemeja putih bergaris, dan celana hitam robek-robek.

"Na..na..na..na..hm..hm..hm, lumayah lah, masih ada sehari sebelum bekerjanya," ia nampak bersenandung sambil senyam-senyum sendiri.

"Hufth, terik amat, sih?" monolognya.

Srett,

Langkahnya terhenti,

"Sebentar, kek ada orang jatuh," gumamnya.

Ia pun mengucek-ngucek netranya supaya lebih jelas terhadap objek di seberang jalan sana.

"Apa itu?" Dengan perlahan, matanya memicing, alisnya juga bertaut satu sama lain.

"Astaga! Bisa-bisanya orang itu jatuh dari tangga, shhh," lari Genda cepat.

Genda dengan dengan cekatan menyeberang jalanan di sana. Beruntung sekali, karena sedang lampu merah. Sehingga, ia dengan sigap berlari dan menolong seseorang yang memang terjatuh dari tangga itu.

"Tidak apa-apa, Kak?" tanya Genda dengan orang yang jatuh tersebut. Pandangan keduanya pun kini saling bertumbukan.

Diam....

1 detik

2 detik

3 detik

4 detik

5 detik

Payah sekali! Itu adalah pemuda yang ia temui kemarin malam. Ia pun hanya mampu berharap, jika orang di depannya tidak mengenalnya, eh mengetahuinya.

"Shh" ringis pemuda itu karena kesakitan.

"Aduh," gumam Genda lirih, sambil menggigit bibir bawahnya.

"Yang bilang 'aduh' itu harusnya saya, ya. Berniat menolong saya, 'kan?"

"Ayo bangun, Kak," suruh Genda pada orang itu.

'Ditolong kok malah ngegas? ckck' batin Genda kesal.

"Ah, terima kasih ...,"

"Yaampun, sikumu terluka, sini aku ob-" Ucapan Genda terpotong.

"Bosssssss! apa yang terjadi!?" Tiba-tiba saja muncul lah tiga orang yang memakai baju karyawan restorandi hadapan Genda.

"Apa? bos kalian jatuh pun tidak ada yang tahu, huh dasar!" umpat pemuda itu.

"Maafkan kami, kkk" jawab mereka serempak, tapi sambil cekikikan.

"Ya udah, masuk saja kalian sana!"

"Eh, kamu. Katanya mau ngobatin saya. Kak Dion, ambilkan kotak P3K di almari dulu, biarkan bocah ini yang mengobati ku," pinta Revan pelan pada Dion. Genda pun hanya bisa diam seperti orang polos.

"Nih, makannya jangan ngeyel kek anak kecil," omel Dion pada pemuda itu.

"Iya, deh ... heh! aku sudah dewasa, ya!" sewot Revan sambil manarik kotak P3K itu di tangan Dion untuk diberikan pada Genda.

"Ya, sudah. Aku masuk dulu," kata Dion.

"Hmmm." Baiklah, karena Dion sudah masuk ke dalam, sepertinya menyisakan pemuda itu dan Genda di sana. Suasananya pun lantas berubah membeku. Benar sekali, mulut keduanya pun menjadi kicep tanpa sepatah kata.

"Hi, Bro! Dengan bos Revan ini. Siapa namamu?" Pemuda yang digadang bernama Revan itu pun membuka percakapan pada wanita itu. Ia pun menyodorkan tangannya untuk berjabat.

"Ge-nda," jawab Genda terbata. Genda sebenarnya kaget, ia harus beradaptasi mulai detik itu. Karena, orang di depannya dengan jelas memanggilnya dengan panggilan 'Bro'.

"Oh, rasanya saya tidak asing denganmu. Di mana, ya? Tapi, kamu ini versi cowoknya," tebaknya seraya menopang dagunya tak lupa memandangi wajah wanita itu dengan seksama.

"Ah, itu ... itu, emm, mungkin Kakak salah lihat. Kata pepatah kan 'Kita di dunia ini punya tujuh kembaran' begitu." Genda yang sedari tadi memang ditatap dengan intens tak lupa dilempari pertanyaan yang membuat jiwanya kemungkinan terenggut pun hanya bisa kelabakan.

"Hehe, kau benar juga," cengir Revan sambil mengusak rambutnya yang tak gatal itu.

Hening sejenak.

....

"Apa ... kau mau bekerja di tempat saya? Lagian saya sedang mencari karyawan lagi," tawar Revan. Genda bengong, hingga ia menoleh ke belakang. Memastikan dengan melihat papan kayu yang terpasang tepat di depan pintu kafe itu.

'VANREVCO RESTAURANT'

'Itu 'kan nama restoran yang infonya aku baca di koran semalam' batin Genda.

"Gimana?"

"Humm ... " Genda melamun sejenak.

"Setuju atau tidak?"

"Oh, I-iya aku setuju saja sih, Kak," Genda pun mengangguk cepat.

"Baiklah, mulai besok kau bisa langsung ke sini," putus Revan.

___________♡_____________________

Hai readers, atau siapapun yang menemukan cerita ini. Aku berharap, cerita ini dimasukkan ke dalam perpustakaan kalian, ya. Ya, tentunya aku sangat berterimakasih sekali 😊!!Jangan khawatir, karena penulis akan mengupdate sesering mungkin cerita ini😊. Salam kenal, ya! Panggil aku Ana/Na, ya.

Thank you!!
Please kindly to vote and comment my story, yes😄
Selamat bertemu di chapter berikutnya!!!

Continue Reading

You'll Also Like

7.7K 1.3K 20
Bagaimana kalau rasa sakit itu Shienna balas dengan sebuah penerimaan, uluran tangan, penuh kasih dan terbuka. Apa Taehyung akan mati dalam lubang pe...
990K 59.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
18.7K 2.1K 21
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] _________________________________________ Kehidupan pernikahan yang selalu berjalan dengan penderitaan dan air mata, tidak p...
3.8K 470 13
[COMPLETED] Aeri fikir, pernikahannya akan bahagia jika ia memiliki seorang anak bersama Kim Taehyung. Ternyata Aeri salah. Kebahagiaan yang mereka b...