25. Keadaan Rumah

3.4K 823 311
                                    

Astagfirullah dulu gaes, udah tanggal 23 jadi jadi aku akan ngebut ngetik 😶 jangan esmosi, mending kita sholawatan bae🥰

Jangan tegang, jangan panik tenang karna apapun masalah nya Mbak Ayu tukang julidnya 👍🏻✨

1

2

3

•••

Zaid mengendarai mobilnya dengan tenang, namun saat dilampu merah matanya menatap sosok wanita yang membuatnya menepikan mobil.

Zaid membuka pintu membuat Cyra heran. "Mau kemana Mas?" tanya Cyra, mata Cyra mengikuti arah langkah kaki Zaid hingga pada seseorang wanita yang sangat dikenalinya.

"Yang, ngapain disini? Ayo pulang sama aku," ajak Zaid pada istrinya yang duduk menunggu di halte bus, Shira menatap Zaid sendu.

"Lagi nungguin bus, mau pulang. Mas pulang duluan aja gapapa Shira nunggu disini aja," ujarnya sedih, Shira hanya tidak ingin melihat kedekatan antara mereka. Shira penakut, katakanlah dia seperti itu karna jujur ia memang takut untuk melihat sorot mata penuh cinta suaminya yang terarah pada perempuan lain.

"Lah kok gitu, kita satu rumah. Kamu istriku ngapain harus nunggu sendiri kalau ada aku , ayo pulang Yang!" ucap Zaid bersikeras, Zaid pun langsung menggandeng jemari Shira menuju mobilnya. Cyra memperhatikan hal tersebut, ia tersenyum sedih.

Penyesalan memang selalu datang di akhir pikirnya. Seharusnya ia dulu yang ada di posisi Shira, dan bukannya sekarang.

"Ayo masuk duduk di sebelah Mas," ucap Zaid pada Shira, Zaid membuka pintu tersebut dan memandang Cyra datar.

Cyra yang tidak mengerti hanya diam dan tak bergeming. Tetap diam di tempat duduk yang seharusnya di duduki oleh Shira.

"Maaf Cyr, kamu duduk di belakang ya. Biarkan istriku duduk disini," ucap Zaid mencoba untuk tegas. Oh ayolah, ia tak ingin mimpi itu terjadi pada kehidupannya yang nyata. Mimpi saja mengerikan apalagi jika itu nyata.

"Em ha? Harus disini ya?" tanya Cyra polos.

"Biar Shira aja yang duduk di belakang Mas, gapapa kok. Biar Mbak yan-!"

"Gak, kamu istriku! Aku gak mau kehilangan kamu Yang! Gak mau," ucap Zaid tegas , perkataan Zaid seakan menyentil hati Cyra. Wanita itu pun berdiri dan pindah duduk di belakang.

"Shira gak kemana-mana kok Mas, Shira gak pergi!" ujarnya heran mendengar perkataan Zaid yang aneh.

Zaid tersadar dengan perkataannya, namun ia hanya menggeleng pelan. Cyra sudah duduk di belakang, Zaid mendorong istri pelan untuk segera duduk di kursi depan berdampingan dengannya.

"Masuk Ayang, kita pulang. Nanti di rumah kamu obatin Cyra, bibirnya berdarah." Setelah mengatakan itu, Zaid menutup rapat pintu mobil lalu berjalan ke arah pintu mobil yang satunya.

Astagfirullah, kendalikan hamba ya Allah.

•••

Kini mereka telah sampai di rumah Zaid, Zaid mempersilahkan Cyra masuk dan duduk di ruang tamu.

Shira hanya bisa diam sambil mengikuti arah langkah kaki Zaid yang menuju kamar mereka.

"Yang, ada yang pengen aku omongin!" ucapnya dengan ekspresi serius.

Shira menundukkan wajahnya lalu duduk di pinggir kasur, menghela nafas lumayan panjang. Ia sudah tau apa yang Zaid ingin katakan, feelingnya begitu kuat. Tapi entah kenapa ia tak ingin itu terucap, sekali saja untuk kali ini ia ingin Cyra tidak merebut miliknya - lagi.

"Apa Mas?" tanya Shira pelan, Zaid duduk disamping istrinya. Memeluk Shira erat, ia merindukan sosok wanita yang selalu ia tatap waktu pagi ini. Sangat rindu.

"Apa boleh Cyra menginap dirumah kita? Kasihan dia, hatinya sedang terguncang sayang. Tadi saja dia ditampar oleh Adam, kamu lihat sendiri luka disudut bibirnya."

Shira diam saat Zaid berkata seperti itu, lagi pula ia tak bisa berbuat apapun. Rumah ini milik Zaid, Zaid berhak mengizinkan siapa saja untuk menginap di rumahnya.

Tapi bolehkan Shira egois kali ini dengan tidak mengizinkan?

"Kalau Shira gak bolehin, gimana?" gumam Shira ragu. Mendengar perkataan tersebut, Zaid melepaskan pelukannya pada Shira lalu menatap istrinya dalam.

"Cyra mbakmu loh Yang, masa kamu gak kasihan sama dia?" ucap Zaid heran, ia tak pernah tau sifat istrinya yang satu ini.

"Iya Shira tau dia Mbak Cyra, tapi kalau Shira gak bolehin apa Mas setuju?" tanyanya lagi. Shira memandang Zaid sendu.

"Ya engga, kamu jangan egois gitu lah Yang. Cyra lagi kesusahan, apa kamu gak kasihan sama dia? Dia lagi kecewa, lagi sakit hati sama suaminya!" jelas Zaid. Zaid berdiri dan menatap istrinya tak percaya.

"Kalau gitu, untuk apa Mas masih nanya pendapat Shira kalau pendapat Shira aja gak Mas dengerin."

Zaid menggeleng tak percaya dengan perkataan yang dilontarkan istrinya.

"Kamu siapa? Aku gak kenal sama sifatmu yang ini," ujar Zaid dan setelah itu ia keluar dari kamar mereka , Zaid berjalan menuju ruang tamu.

Shira tertunduk, bukannya egois tapi ia tau sifat dari Ustadz Reihan karena sedari kecil Cyra dan Shira hidup berdampingan.

"Apa aku harus merelakan ini lagi? Apa aku kuat?" gumam Shira lemah. Tak menunggu lama, Shira langsung menghamparkan sajadahnya. Hanya Allah tempatnya bercerita serta berkeluh kesah sekarang.

Sedangkan di ruang tamu, Aisyah baru saja datang ke rumah Zaid dan Shira. Ia kaget saat melihat Cyra yang duduk di ruang tamu sendirian. Aisyah pun berniat menghampirinya.

"Cyra," panggil Aisyah, yang dipanggil pun langsung menoleh dan tersenyum.

"Iya Bu," jawab Cyra ramah. Melihat kedatangan Cyra, Aisyah tau pasti hubungan anaknya dan menantunya akan kacau kedepannya.

"Ngapain disini nak? Mau ketemu Shira ya? Ibu panggilin ya," ujar Aisyah mencoba untuk tidak berburuk sangka.

"Engga Bunda, Cyra disini bukan mau main tapi mau nginep di rumah Zaid. Shira udah bolehin kok," ucap Zaid yang baru saja tiba diruang tamu.

Aisyah menatap anaknya tak percaya, menginap? Wanita lain tanpa suaminya?

"Loh kenapa? Kenapa menginap? Kamu ada masalah?" tanya Aisyah heran, Aisyah memandang Cyra dengan kening berkerut.

"Ada Bu, sedikit masalah sama Mas Adam."

"Nginep dirumah Ibu aja mau? Di rumah Ibu aja ya nak, gak baik nginep di rumah Zaid takut jatuhnya fitnah apalagi Zaid pernah menyukaimu!" ucap Aisyah terus terang.

Cyra menatap Aisyah dengan senyum simpul hendak mengangguk, " Bol-!"

"Gak usah Bunda, Cyra nginep disini aja. Lagian masih banyak kamar kosong kok, lagi pula istriku sudah memberi izin Bunda."

Shira yang baru saja shalat sunah dua rakataa tersenyum mendengar perkataan itu, matanya memanas. Genangan itu mulai menumpuk di matanya, entah mengapa ia begitu lemah sekarang.

Shira gak pernah mengizinkan orang ketiga masuk di rumah kita Mas, Mas yang mengizinkannya masuk.

Shira berjalan menuju taman belakang, mencoba menenangkan dirinya dan mencoba untuk percaya pada suaminya.

Mbak Ayu yang baru saja muncul dari kantor ke rumah Zaid kaget ketika melihat Cyra yang ada disana.

"Eh ada pelakor," ucapnya keceplosan yang didengar oleh Zaid dah Mbak Ayu pun mendapat tatapan sinis dari Zaid.

To be continue...

Sesak? Iya bos, dayen yang ngetik aja sesek rasanya.

Gimana? Mulai meresahkan?

Lanjut??

Ada kata-kata mutiara mungkin untuk ?

✨ Zaid✨

Semoga suka🥰❤

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Where stories live. Discover now