22. Naik Puncak

4.1K 873 113
                                    

Ayok kita istigfar lalu sholawat jangan lupa zheyengku. Btw jariku kemaren kesleo pantesan sakit 😌 tapi gapapa sans, jadi jadi gak usah banyak bacot langsung aja...

1

2

3

•••

Setelah perbincangan yang lumayan ribet, akhirnya Zaid berangkat, sendirian. Meninggalkan Firhan serta Bagas dengan berbagai alasan. Dia sudah sampai di depan kantor, tampak ada sekitar empat sampai 5 bus yang akan membawa mereka semua ke kaki gunung.

Naik-naik ke puncak gunung, gunung apa tu?

Tapi ada satu hal yang membuat Zaid kepikiran hingga saat ini. Zaid duduk di sebelah sepupunya alias si tepung Legi.

"Lo kenapa dari tadi diem mulu, have fun dong kek gue. Puas banget liat duit lo habis," ucap Legi senang.

Zaid masih tak bergeming, perkataan ayahnya terlalu terngiang-ngiang dibenaknya. Apa maksudnya dari mimpi yang akan menjadi nyata?

"Bos, lo ada masalah atau gimana?" tanya Legi heran melihat Zaid yang biasanya petakilan dan heboh sendiri menjadi seseorang yang diam. Memang benar, ketika seseorang yang selalu ceria seketika diam dan kalem itu akan membuat lingkungan menjadi sedikit berbeda.

Zaid menggeleng, masalah? Tidak ada atau belum ada?

"Gi," panggil Zaid setelah bangkit dari diamnya. Legi menoleh dan memandang Zaid aneh.

"Apa?" tanya Legi heran. Ia memandang Zaid yang berfikir keras, " Ayah tadi bilang gini ke gue, kalau nanti bakalan ada mimpi gue yang bakalan jadi kenyataan! Terus dia bilang gini, makanya Ayah mau ikut biar kamu gak sesat, lo tau gak maksudnya apa? Otak gue gak nyampe soalnya!" jelas Zaid kepada Legi.

Legi menatap Zaid cengo. " Lo ngomong aja  gue gak paham, apalagi maksudnya Ayah. Makin gak paham, btw lo punya otak?"

Zaid menatap Legi, berpikir sebentar. "Pernah punya, berarti punya. Punya otak gue sebelum di jual sama Ayah, semoga aja gak jadi otak-otak."

Setelah perdebatan singkat itu, mereka semua pun berangkat. Ada yang tidur, ada yang makan, ada yang muntah dan juga ada yang stress.

Begitulah mereka melewati perjalan di bus untuk sampai ke kaki gunung. Gunung yang kali ini akan mereka naiki adalah Gunung Lawu yang terkenal dengan Pasar Mbak Ayu yaitu Pasar Dieng alias Pasar Setan.

•••

Kurang lebih dua jam lebih akhirnya mereka semua sampai di kaki gunung, mereka semua mulai merenggangkan tubuh karena ini adalah perjalanan yang panjang.

"Lo tau disini katanya ada Pasar Setan!" ucap Zaid tiba-tiba, Satria langsung menoleh ke arah Zaid cepat.

"Eh yang bener lah, jangan bohong loh mah dah tau gue penakut. Bisa pipis di celana gue nanti waktu malem!" ujar Satria yang berdiri di samping Zaid.

Legi tertawa mendengar hal itu, " Penakut, badan aja lo gedein nyali kaga!" ucap Legi membuat Satria memandangnya sinis.

"Emang lo berani?" tanya Satria.

Legi menganggukkan kepalanya dengan yakin, " Ya pastinya, engga. Tapikan kita punya Zaid, suruh aja di baca ayat kursi kalau gak mempan tumbalin aja."

Zaid menjitak kepada Legi kuat membuat Legi mengaduh kesakitan, " Enak banget lo ngomong, lemes banget tuh lidah. Gue mau di tumbalin, bisa kacau negri setan nanti kalau gue di sana ya maklumin aja orang ganteng!" ucap Zaid kepedean. Wawan menggeleng lemah, untung saja ia sudah cari-cari informasi tentang gunung Lawu.

"Udah, emang bener di sana ada pasarnya makhluk gaib tapi kita yakin aja sama Allah. Allah yang menciptakan kita semua, kita cukup berpasrah diri lalu jangan melakukan hal-hal yang bisa memancing mereka marah," jelas Wawan membuat mereka semua terdiam seribu bahasa.

"Wow, si bakwan sekalinya ngomong berdamage! Gak kaya si bos gesrek," sahut Satria. Zaid menatap Satria, ia tau bahwa BangSat-nya ini kesepian tanpa BangKe karena mereka memang sepaket.

"Bos, kapan naiknya nih? Keburu malem ntar!" pekik salah satu karyawannya Zaid, Zaid melihat ke arah jam tangannya. Sudah pukul 13.07 .

Zaid mengangguk setuju, jika mereka berjalan sekarang mungkin mereka bisa menemukan tempat untuk mendirikan tenda.

"AYOK SEMUANYA NAIK LANGSUNG, SEMUANYA UDAH BACA AL-QUR'AN TERJEMAHANKAN?" pekik Zaid. Ya, Zaid memang menyuruh semua membawa Al-Qur'an di tas masing-masing. Hanya untuk berjaga-jaga bisa sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"BOSS! SAYA DIRUMAH AL-QUR'AN GEDE SEMUA TERUS GAK ADA YANG TERJEMAHAN, JADI SAYA BAWA YASIN. BOLEH GAK?" pekik salah satu karyawannya.

Zaid berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk. Lagi pula jika ia berkata tidak boleh, apa akan membuat karyawannya itu pulang dan membawa Al-Qur'an? Tidak!

"Boleh deh, tapi gatau juga."

Setelah semua siap, mereka semua memulai perjalanan menuju puncak gunung Lawu dengan mitos pasar dieng tempatnya para makhluk halus bertransaksi jual-beli.

Sedangkan di Pasar Dieng,

"Ini baju kuntilanak yang tie dye berapaan?" tanya Mbak Ayu pada salah satu setan di sana.

"Dua ratus ribu rupiah kalau pake duit manusia, tapi kalau pake makanan sih cukup dua kantong darah aja!" jawab setan itu. Mbak Ayu menarik nafasnya pelan.

"Gak bisa kurang apa? Saya cuma punya sekantong darah ini. Tapi saya punya cacing, limited loh. Mau gak? Ada sepuluh nih cacing," tawar Mbak Ayu.

Setan itu tampak berpikir sebentar, tapi ia tergiur akan cacing yang Mbak Ayu punya. Akhirnya setan itu setuju.

"Boleh deh, makan enak malam ini ahay!" ucapnya senang.

Mbak Ayu mengangguk, setelah mendapatkan baju kuntilanak tie dye itu Mbak Ayu berbalik badan dan segera ingin menghilang untuk kembali ke rumah Zaid. Sebelum akhirnya mata Mbak Ayu menatap seseorang setan dengan tubuh gagah bersanding dengan kuntilanak bule.

"Oh syit, patah hatiku jantungku nyawaku. Mau mati tapi udah pernah, gimana dong?" gumamnya sedih.

"Masuk neraka mau? Belum pernah kan?" jawab kuntilanak lain yang kini terbang disamping Mbak Ayu.

"Jangan SKSD alias sok kenal sok dekat sama gue. Jangan ampe lah masuk neraka, bisa diputar, dijilat terus dicelupin sama malaikat gue!" ucap Mbak Ayu tak terima.

"Lantas kenapa pas masih hidup suka gak sholat? Jarang ngaji? Al-Qur'an sehari aja gak dibaca, dicuekin mulu. Tapi handphone ada notif dikit langsung ngecek, mau masuk surga? Nabi Adam aja yang kesalahannya satu langsung di usir dari surga. Dan lo? Dosanya banyak, ngarep masuk surga pula? Mending kalau lo masih jadi manusia bisa tobat lah ini dah mati!"

Setelah mengatakan hal tersebut, kuntilanak itu langsung menghilang membiarkan Mbak Ayu yang terdiam seakan tertampar dengan perkataannya.

Hingga tiba-tiba perkataan Zaid waktu ceramah terngiang.

Apa yang lebih kecil dari biji sawi? Kesempatan lo masuk surga. Dan apa yang lebih besar dari badan lo? Dosa-dosa lo. Kalau ada orang yang bilang seperti itu jangan minder. Jawab seperti ini!

Lantas apa kau tau apa yang lebih besar dan lebih banyak dari buih di lautan? Ampunan serta kasih sayang Allah kepada hambanya yang mau bertaubat.

"Untung ada Zaid, jadi gak insecure. Tapikan Zaid manusia huaaa. Dekk bawa kakak ke surga huaaaa!!!" pekik Mbak Ayu sedih. Setelah itu ia langsung menghilang kembali ke rumah Zaid.

To be continue...

Hai Hai kembali lagi, aku usahain buat updet cepet yaw 🥰

Maap kalau gak seru atau gimana gimana😭 Semoga suka 🥺❤😘

Next kapan?

Family Gaje II - After Baby [ End  ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن