21. Ketahuan Firhan

4.4K 895 96
                                    

Ayo kita istighfar dulu gaes, sholawat juga jangan lupa. Aku cuma mau kasih clue ke kalian kalau cerita ini gak akan tamat dengan mudah 😃

Btw maaf kalau aku rada lama updet nya soalnya jariku lagi sakit. Jadi mohon dimaklumi ☺😊

1

2

3

Cekidot...

•••

"Dek, ayolah ikut. Zaira tinggalin sama bunda aja. Mau kok pasti," ujar Zaid yang mencoba membujuk istrinya. Zaid telah berusaha sekuat tenaga dari kemarin hingga sekarang agar Shira mau ikut dengannya.

"Gak bisa Mas, kasian Zaira. Nanti kalau dia tiba-tiba sakit gimana? Kan Zaira kalau sakit gak bisa jauh dari Shira," jelas Shira mencoba memberikan pemahaman kepada suaminya yang tidak paham-paham.

Zaid mengerucutkan bibirnya, hari ini ia dan seluruh karyawan minus Kemal akan pergi ke puncak.

Shira sudah menyiapkan segala keperluan Zaid, baik celana panjang, jaket, baju kaos tebal serta sempak berbulu. Zaid sendiri yang request agar sempaknya berbulu, kasihan sesuatu yang di dalamnya dingin.

"Kamu yakin nih biarin aku pergi sendiri? Aku gak bisa jauh dari kamu loh Yang!" ucapnya lagi. Kali ini Zaid memeluk Shira erat, Zaid melirik ke arah anaknya yang bermain sendirian.

"Ocil, kapan sih kamu gedenya? Kalau nanti kamu dibawa muncak takutnya nyangkut ke pohon cil!"

Zaid mendumel kesal sambil memperhatikan anaknya yang asik bermain sendirian.

Suara pintu yang diketok pun berbunyi, Zaid tak bergeming. Hingga tak lama suara Bagas pun terdengar membuatnya sontak panik.

Kalau ketahuan Bagas pasti dia ngikut nih berabe!

"Zaira luc– eh Abang mau kemana pake tas gede?" ucap Bagas. Awalnya ia hendak menggendong Zaira tetapi saat ia melihat abangnya yang menggendong tas besar membuat rasa penasarannya mulai bergejolak.

"Akhh emm itu Gas, Abang mau.. Abang mau apa ya? Lupa!" ucapnya gugup. Kepala Zaid mulai mencoba berfikir tapi nihil, ya wajar kan gak ada otak. Mungkin setelah ia turun dari bukit ia akan menebus otaknya biar tidak dijulitin lagi sama netizen.

"Kok malah nanya? Kan Bagas yang nanya duluan!" jawab Bagas kesal. Zaid menggigit bibir bawahnya, ya Allah jawaban apa yang harus ia lontarkan agar Bagas tidak ikut? Seketika ide cemerlang nan absurd muncul.

Aha!

"Aduhh mules, Abang mau boker. Kamu mau ikut?" tanyanya, Bagas menggeleng. Tak akan sudi mencium bau khas itu.

"Yaudah jangan ikut, Abang pergi dulu ya." Zaid langsung cepat berjalan keluar, Bagas yang masih tidak mengerti membiarkan saja.

"Eh tapi kan toilet di dapur? Masa Abang mau boker di ruang tamu sih?" gumamnya bingung.

Zaid yang sudah berada di ruang tamu menghela nafasnya pelan, ia selamat pikirnya.

"Hampir aja tuh bocah ngikut ke puncak!" ujar Zaid sambil menghela nafasnya pelan. Jantungnya berdetak lebih cepat.

"Mau ke puncak ya? AYAH IKUT DONGG!" pekik Firhan tiba-tiba membuat Zaid kaget.

Zaid dengan tatapan horor membalikkan wajahnya ke belakang. Dan hampir terjungkal saat mendapati wajah Firhan sudah berada sangat dekat dengan wajahnya.

"ASTAGFIRULLAH MIMI PERI!" pekiknya kaget. Firhan langsung saja menjitak kepala anaknya itu dengan keras.

"Heh! Sembarangan! Bidadara ini, mana ada mimi peri seganteng Firhan Ibrahim!" jelasnya tak terima.

"Oh iya kah? Yaudah Zaid mau per–" ucapan Zaid terpotong tatkala ransel yang ia gendong digenggam kuat oleh ayahnya.

"Jadi anak jangan durhaka, masa mau liburan sendiri? Bini kaga diajak pula," ucap Firhan heran dengan nada tingginya.

Shira dan Bagas pun akhirnya keluar dan berdiri di dekat Zaid serta Firhan yang masih beradu mulut. Shira menggendong Zaira kecil.

"Udah di ajak keles, Shira yang gak mau! Udah ya Zaid mau pergi!" ucap Zaid sambil mencoba menarik tasnya , berharap tentengan tasnya terlepas dari genggaman ayahnya.

Firhan menatap Zaid senang, " Ets tidak akan kubiarkan anda pergi dengan mudah ferguso, jika Shira tidak mau ikut maka Ayah akan dengan sukarela menggantikan sosoknya. Tunggu bentar," ucap Firhan bersemangat.

Firhan berlari ke arah meja di dekat sofa ruang tamu rumah Zaid lalu mengambil kunci rumah Zaid, " Ayah siap-siap dulu ya, kamu jadi tahanan rumah dulu."

Setelah mengatakan itu Firhan dengan cepat menutup pintu rumah Zaid dan menguncinya dari luar. Zaid memasang wajahnya yang malas.

"Pintu belakang bukannya kebuka ya?" ucap Shira heran. Mendengar hal itu, Zaid langsung berlari cepat menuju pintu belakang. Bagas yang melihat itu langsung mengikuti, meskipun tubuh Bagas kecil larinya laju. Kecil-kecil cabe rawit.

Bagas berdiri di tengah-tengah pintu tersebut sambil tersenyum mengejek.

"Cuma Abang satu-satunya yang mau liburan gak ngajak-ngajak!" ucap Bagas kesal.

"Abis duit gue ajak lo semua! Mending lo minggir!" ucap Zaid mulai kesal.

Bagas berpikir sebentar, Zaid mau ke puncak. Memangnya ada apa di sana yang bisa di beli? Kalau mau ambil buah tinggal ambil, mau ambil sodaranya Zaid juga bisa kan Zaid pawang monyet.

"Buah tinggal ambil, monyet sodara Abang tinggal bawa. Mau bayar kesiapa? Gak bakal rugi tenang aja," ujar Bagas mencoba meyakinkan Zaid.

"Bayar oi, gak pernah ke gunungkan? Makanya gatau! Disana bayar, Abang bisa liat yang lain ngantri tapi bukan ke manusia." Bagas menatap Zaid melongo.

"Lah terus? Apaan? Setan? Emang ada setan di dunia ini?" ucap Bagas heran , ia tak percaya bahwa ada makhluk sejenis itu di dunia. Menurutnya itu hanya mitos.

"Ada, buktinya gue ada!" jawab Mbak Ayu yang tiba-tiba muncul, berdiri di sebelah Bagas.

Zaid menggeleng, ia mencoba mendorong adiknya sekuat tenaga.

"Minggir gak!" ucap Zaid kesal. Bagas menggeleng.

"Gak! Bagas mau ikut!" jawabnya tegas.

"Kalau kamu gak mau get out dari pintu, Abang perkosa kamu ya Dek! Adek durhaka emang!" ancam Zaid. Hanya ancaman, yakali beneran.

"Oh ya? Coba dong Bagas mau tau gimana rasanya diperkosa sama Abang," ujar Bagas santai, Zaid langsung memegang kepala adiknya dan membacakan ayat kursi.

"Eh tangan Abang ngapain di kepala Bagas?" tanya Bagas heran dan mencoba menepis tangan Zaid yang berada di atas kepalanya.

Zaid fokus, ia merasakan ada hawa-hawa Mbak Sundel yang masuk ke dalam tubuh Bagas.

"Komat kamit mulut Mbah Zaid baca mantra, dengan segelas air putih langsung Bagas di sembur!" ucap Firhan tiba-tiba. Zaid yang reflek pun menyemburkan air ludahnya tepat ke arah Bagas.

Bagas kaget, astagfirullah apa ini? Ia melihat sesuatu lendir dengan bau khas jigong yang menempel di wajahnya. Barulah ia tersadar bahwa itu, air ludah milik Zaid.

"BUNDAAAAA!!!" pekik Bagas kuat hingga terdengar oleh Aisyah yang sedang menyiram tanaman.

"Bagas udah selesai eek?" tanya Aisyah yang mengira Bagas masih boker.

To be continue....

Semoga suka sama part ini 🥺 cringe? Garing? Maap humorku lagi dolar 😭 jadi rada gimana gimana gitu ya beb aku jadi pusing mikirin ide 😭

Makasih yang udah baca dan nunggu FG updet. Lop u 🥺❤

See you next chapture ❤

Family Gaje II - After Baby [ End  ]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن