33. Cyra pergi

9.1K 1.1K 727
                                    

Ayok astagfirullah dulu, istighfar ges jangan hujat Zaid mulu kasian. Jangan lupa sholawat. Semoga aja dapet feelnya aamiin.

Kamu pembaca keberapa? Boleh tau yg baca FG-2 askot mana aja?

1

2

3

•••

"Harta lo abis? Perusahaan ini jadi milik Agam?" tanya Legi sedih. Ia tau seberapa keras usaha sepupunya ini agar perusahaan milik Firhan menjadi seperti sekarang. Terkenal di manapun.

"Gapapa, gue bisa kok hidup sederhana yang penting gue bisa bahagia sama Shira dan juga anak gue."

Kemal dan Satria memeluk Zaid pelan, mencoba menyemangati mantan bosnya ini.

"Gue usahain transfer ke lo setiap bulan deh, tapi cuma lima ratus ribu gapapa ya?" ujar Satria, mata Zaid berkaca-kaca. Ia sangat bahagia karena bisa memiliki sahabat seperti mereka.

"Yoi, gue juga transfer lo deh lima ratus ribu sebulan. Kan lumayan lo dapet dua juta perbulan dari kami, itu dijadiin modal buat cari makan. Gue tau gimana susahnya lo buat kembangin nih perusahaan, tapi malah jadi milik orang lain. Miris," ucap Legi sedih.

"Mas, nanti mas daftar kerja aja disini. Kan HRD-nya Wawan. Wawan pasti terima Mas Zaid bukan karena Mas Zaid dulunya bos disini atau sahabat Wawan. Tapi emang karena kinerja Mas Zaid yang bagus," jelas Wawan membuat Zaid semakin sedih.

"Anjay, kita jadi temen seperjuangan banget bro. Dari Ponpes sampai Zaid jadi bos terus Zaid miskin juga. Mantap juga gue," ujar Satria tak percaya. Padahal dulunya ia dan Zaid temasuk musuh.

Zaid tersenyum sedih, ia telah kehilangan semua hartanya, mungkin ini adalah karma dari atas perbuatan yang ia lakukan.

"Gue mau pulang dulu, untung aja rumah gak di ambil sama Agam. Gue mau bilang Cyra kalau gue udah bisa ketemu sama Shira," ujar Zaid membuat mereka mengernyit heran.

"Lah Cyra masih di rumah lo? Lo tinggal berdua?" ucap Satria heran serta kaget. Zaid menggeleng, ia tak sebodoh itu untuk tinggal berdua dengan yang bukan mahramnya.

"Gue tinggal bertiga, ada Bagas disana. Gue duluan ya, semoga bos baru kalian lebih baik dan gak pelit kek gue."

Setelah mengatakan hal itu, Zaid berjalan pelan menuju luar. Jika dulunya ia pulang akan menggunakan mobil kesayangannya yang pernah ia titipkan pada pencuri mobil seminggu, kini ia harus pulang dengan angkot.

"Pak," panggil Zaid saat ada angkot yang mendekat. Angkot tersebut langsung bergerak mendekati Zaid, Zaid menaiki angkot membuat orang yang ada di dalam heran.

"Loh kamu ganteng, bajunya berdasi kok naik angkot? Gak naik mobil?" tanya salah satu ibu-ibu yang duduk di dalam angkot dengan barang belanjaannya.

Zaid menggeleng pelan sambil tersenyum, " Engga Bu, saya harus hemat supaya bisa makan sama istri dan anak saya."

Mendengar penuturan Zaid semua orang yang berada di dalam angkot tergerak hatinya.

"Masih ada ya anak muda seperti kamu, meski baju mewah tapi tidak malu untuk naik kendaraan umum seperti ini. Pasti istrimu bahagia memiliki suami sepertimu," ujar ibu-ibu itu kagum.

Zaid tersenyum pedih,

Engga Bu, dia gak bahagia makanya dia pergi. Seandainya dia bahagia, dia gak akan mungkin pergi.

Setelah menunggu kurang lebih dua puluh menit akhirnya Zaid sampai di depan  komplek perumahannya. Zaid turun dari angkot dan membayar angkot tersebut, ia berjalan memasuki komplek. Untung saja rumahnya tak jauh dari depan.

Family Gaje II - After Baby [ End  ]Where stories live. Discover now