34. Agam mengambil alih

9K 1.1K 513
                                    

Astagfirullah ya Allah semoga bisa double up 🥺

Ayok astagfirullah dulu, nih cerita kapan kelarnya 😭 sholawat dulu ya beb ku ❤

Btw ada emang yang baca jam segini? Absen dulu ayok, komen disini ya kalau kalian bacanya gercep 😜

1

2

3

Cekidot...

•••

"Cyra pergi dan akhirnya gue sendiri. Kenapa gue harus sedih? Istri ninggalin gue aja gue biasa aja tuh, tapi kenapa pas Cyra ninggalin,"

Zaid terduduk di bangku taman belakang tempat terakhir kali Shira dan Zaira duduk sebelum akhirnya mereka pergi.

"Sayang, kapan pulangnya hm? Aku kangen banget, kamu tau gak? Aku sekarang suka di bilang sombong sama Mbak Kunti, Bang Ocong juga. Terus suka di bilang bodoh karena udah biarin kamu pergi sama Mbak Ayu. Aku bodoh ya sayang?" ujar Zaid lirih.

Zaid berbaring di kursi tersebut tanpa sadar air matanya meleleh, bodoh sekali. Bisa-bisanya seorang Zaid menjadi seperti ini.

"Sayang, aku bobo disini aja ya. Aku kangen kamu, kalau bobo disini serasa di peluk sama kamu. Cepet pulang ya, kalau gak kasih alamat deh biar aku jemput! Tapi udah gak bisa pake mobil, maaf ya!"

Zaid terus-terusan mendumel sendirian seperti orang gila membuat Mbak Ayu prihatin.

"Sayang, pulang yuk. Kita bangun rumah tangga kita jadi lebih baik lagi, aku kangen kamu. Aku mohon, pulang yah."

Zaid terus saja berbicara sendiri hingga akhirnya ia kelelahan dan ia tertidur.

Sedangkan di tempat lain, Agam yang sedang duduk di tepi ranjang memperhatikan surat-surat yang selalu ia tulis setiap minggu untuk ia kirimkan kepada pujaannya.

"Cyra, kenapa kamu harus sembunyiin semua surat aku buat Shira sih?" gumam Agam sedih.

Agam masih menyayangkan tentang pernikahan yang sudah dibicarakan oleh kedua belah pihak itu harus gagal hanya karena surat yang tidak sampai.

"Apa dengan kamu menggagalkan pernikahanku dengan Shira akan membuat aku jatuh cinta padamu? Tidak Cyra!" guman Agam lagi.

Agam duduk bersender di atas tempat tidurnya, jika saja dulu ia bisa pulang. Mungkin saat ini ia sudah bahagia bersama Shira-nya yang kini sudah menjadi milik orang lain.

Namun terlepas saat mengingat kenangan lama, mata Agam melirik surat-surat penting tentang perusahaan serta semua harta Zaid kecuali rumah.

Agam terkekeh, " Apa mungkin mereka berpisah karena kamu juga Cyra? Mengapa ada orang sepertimu di dunia ini?" gumam Agam tak habis pikir.

Dari mana Agam mengetahui ini semua? Dari Shira sendiri yang bercerita padanya? Tentu saja tidak! Shira, gadis itu terlalu baik dan ia tidak akan mengumbar aib keluarganya. Lantas dari mana Agam tau itu semua? Agam mengetahui itu saat ia mendengarkan percakapan antara Shira dan Zaira.

"Dedek tau gak? Mama tuh sayang banget sama Papa, dulu Mama pernah mau nikah sama orang yang nolongin kita waktu kita di usir sama Papa. Tapi gagal, kamu tau kenapa? Karena orang itu gak ada ngasih kabar sama sekali!"

"Tapi ternyata engga, orang itu ngasih kabar! Tapi kabar darinya disembunyikan oleh wanita lain. Lalu yang kedua, mama mau dijodohkan oleh seseorang yang merupakan idola waktu Mama ada di ponpes yang sama seperti Papa, tapi mama mengalah saat tau ada yang lebih mencintai pria itu dari Mama!"

"Dan kamu tau nak? Wanita itu juga menginginkan papamu sekarang! Dan papamu sekarang tersesat, bantu mama doa ya semoga Papa inget sama kita. Supaya kita cepat bersama lagi," gumam Shira lirih kepada Zaira yang masih belia tak mengerti apapun. Cukuplah ia yang menderita, jangan anaknya.

"Egois sekali kamu Cyra!" ujar Agam tak habis pikir.

•••

Paginya, Zaid mendapatkan kabar dari Agam bahwa posisinya yang sekarang yaitu mengajar di pondok pesantren milik kakeknya sedang kosong karena ia harus mengurus perusahaan milik Zaid yang sekarang sudah berubah menjadi miliknya.

"Abang ke tempat kakek? Ngajar di sana? Kalau abang gak ada duit Bagas bisa kok ngamen di luar negri lagi," ujar Bagas sedih karena Zaid akan pergi dari rumahnya.

"Dari pada ngamen mending kamu serahin ginjal kamu Gas, satu aja buat Abang. Nanti dijual buat usaha, kalau usaha udah maju Abang ganti deh ginjal kamu!" ujar Zaid memohon dengan sorot mata puppy eyes.

"Astagfirullah, silahkan pergi ananda Zaid. Hadirmu tak diinginkan disini," ujar Bagas cepat membuat Zaid kesal.

"Seharusnya dulu Zaid minta ketemu Shira dulu sebelum serahin harta Zaid, ini apa? Harta abis, ketemu Shira engga!" ujarnya kecewa.

Firhan menggeleng menatap Zaid, Firhan memberikan kunci rumahnya yang dulu pada Zaid.

"Kamu tinggal di rumah Ayah sama Bunda dulu di kampung ya Zaid, gak ada duit Ayah mau nyuruh kamu ngontrak!" ucap Firhan jujur.

Zaid mengangguk lesu, dari pada harus tinggal bersama kakeknya lebih baik ia tinggal sendiri di rumah Ayah dan Bundanya dulu.

"Yaudah deh, do'ain ya Zaid ketemu Shira di jalan atau gak di mana gitu. Zaid kangen anak Zaid yang dah gede," ujarnya lirih.

Aisyah yang tak tega segera memberikan Zaid bekal makanan untuk di perjalanan, Zaid sudah miskin. Ia akan naik bus biasa dan juga kereta untuk sampai di tempat kakeknya.

"Yaudah, Ayah Zaid pamit ya! Bunda, Zaid pamit!" ujar Zaid sedih, kini ia kembali sendiri seperti bujangan tak laku.

"Bagas? Gak pamit ke Bagas?" tanya Bagas heran karena hanya ia sendiri yang tidak Zaid perdulikan.

"Jika ada sesuatu hal yang tidak berguna, maka jawabannya adalah itu kamu adekku sayang. Tak berguna dan beban keluarga," jawab Zaid jujur, lalu tendangan maut Bagas pun keluar dan tepat terkena di biji pusaka Zaid.

"AKHHHH!" pekik Zaid kuat. Mbak Ayu yang melihat kejadian tersebut sontak bergidik ngeri.

"Pecah gak ya? Mau ngintip takut bisulan," ujarnya penasaran.

•••

Saat pintu itu terbuka, Zaid masuk ke dalam rumah yang begitu bersih membuat Zaid heran.

Zaid masuk sambil membawa satu buah koper dan juga satu buah tas besar, niat pindahan atau gimana sih?

Namun saat Zaid hendak naik ke lantai dua, indra penciuman miliknya menangkap aroma harum yang seketika mengingatkan Zaid pada Shira.

Zaid segera bergegas menuju dapur dan kagetnya saat ia melihat sosok itu sedang memasak di dapur, sosok yang membuat hidupnya menderita.

"Loh?" ucap Zaid tak percaya sekaligus heran. Sedangkan yang di tatap hanya diam lalu melanjutkan aksi masak-memasaknya tanpa memperdulikan Zaid.

"Mau makan? Kalau mau nanti aku siapin," ujarnya yang membuat Zaid semakin berpikir keras.

"Mau," jawab Zaid santai. Namun sorot matanya tak mampu terlepas dari sosok itu.

To be continue...

Ayo ada yang bisa nebak abis ini gimana?

Tim ShiZa?

Atau

Tim ShiGam?

Ada pesan buat mereka mungkin?

Zaid

Shira

Cyra

Agam

Sekian, next kapan ges?

Goodnight semua, sweet dream ya❤


Family Gaje II - After Baby [ End  ]Where stories live. Discover now