|♧ 52• HANYA MIMPI? ~》

128K 12.8K 9.2K
                                    

~》☆《~
.
.
.
.
.
_________________________________________

"Cakra, Cakra bangun!" Acha menepuk-nepuk pipi Cakra yang tertidur dengan kepala yang berada di atas pinggir brankar dan bokong yang ia dudukkan di sebuah kursi.

"Bangun Cakra!" Acha mulai panik ketika melihat Cakra yang terus menggeleng-geleng dengan keringat yang bercucuran.

"CIA!?"

Acha tersentak kaget ketika Cakra berteriak kerak dan meneriakkan nama... Cia?

"Lo kenapa?"

Cakra langsung menatap Acha lekat. "Lo Cia?"

Acha kaget. Kenapa Cakra bisa tahu?

Melihat keterdiaman Acha membuat Cakra kembali angkat suara. "Gue mimpi kalau lo itu Cia. Lo akan ngejalani oprasi dan bebarengan sama kembaran lo. Dan___.?

"Dan?"

"Dan lo meninggal."

Acha kembali terdiam.

"Lo Cia kan?"

"Ngak! Gue bukan Cia!"

Cakra mengulurkan tangannya dan menarik kalung yang dipakai Acha dari leher belakan Acha membuat Acha melebarkan matanya kaget.

Cakra tersenyum lebar. "Kalung ini?"

"I-itu___."

"Kamu ngak bisa bohong lagi Cia."

"Gue ngak bohong!"

"Aku mohon, jujur."

Acha terdiam, sedetik kemudian ia tersenyum tipia. "Benar, aku Cia-nya Akla."

Senyum Cakra bertambah lebar mendengar nama kecilnya disebut Acha.
"Maaf, selama ini sudah salah paham."

Acha menggeleng. "Kamu juga korban di sini."

Cakra memeluk Acha erat. Beberapa detik kemudian Cakra melepaskan pelukannya ketika mengingat sesuatu.
"Oprasi?"

Acha mengangguk. "Transplantasi sumsung tulang?"

"Bukan oprasi jantung kan?"

Acha terkekeh. "Bukan."

Cakra kembali tersenyum lega. "Jangan coba berbohong."

"Ngak akan."

Cakra kembali memeluk Acha, tangannya terangkat mengelus lembut rambut Acha. "Aku sayang kamu."

Acha terdiam. "Eca?"

Cakra merenggangkan pelukannya dan menatap lekat wajah Acha. "Bukannya sayang itu cuma sebuah kesalah pahaman?"

"Tapi dia benar-benar sayang sama kamu."

"Tapi aku ngak sayang dia."

Keduanya tersenyum.

"Kapan?"

"Apanya yang kapan?"

"Oprasi?"

"Nanti malam."

Cakra mengangguk. Ternyata itu hanya sebuah mimpi, nyatanya sekarang Cakra masih bisa melihat senyum Cia-nya.

"Zia mana?"

"Zia?" beo Acha.

Cakra mengangguk. "Anak kita akan dipanggil Zia."

Acha tersenyum. Anak kita.
"Dia ada di box itu," tunjuk Acha pada sebuah box di belakang Cakra.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang