|♧ 22• KEMBALI ~》

94.8K 11.8K 716
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________

Vote😊👐

Sekarang Acha tengah mengemudikan mobilnya menuju kediaman Breklin. Sesuai rencananya, ia akan kembali tinggal di sana. Barang-barangnya pun telah di angkut ke sana oleh jasa pelayanan yang telah ia sewa.

Acha memarkirkan mobilnya di garasi kediaman Breklin. Dengan santai Acha berjalan memasuki rumah itu dari pintu penghubung yang ada dalam garasi. Bisa ia lihat keluarganya berkumpul di ruang tamu.

Eca berteriak ketika menyadari kehadiran Acha membuat orang yang ada di situ mengikuti arah pandang Eca.

"Acha, kok lama banget?"

Acha memutar bola matanya malas. Tanpa membalas ia berjalan menghampiri mereka, lalu menyalim Arlan dan Dila. Setelah itu, ia mengambil duduk di depan Kedua orang tuanya itu. Keheningan yang menyelimuti, mereka sibuk dengan aktifitas masing-masing. Acha yang menunduk memainkan HP-nya dan sisanya sibuk menatap Acha.

"Kamu nggak punya sopan santun?" tajam Arlan.

Acha mendongak, ia menatap sang Ayah dengan kening berkerut dan alis yang terangkat, seolah bertanya 'kenapa?'.

"Masih nanya? Kenapa kamu masuk lewat pintu itu?" Arlan menunjuk pintu yang dilewati Acha tadi, "setiap tamu yang datang harus melewati pintu utama. Pintu itu di khususkan untuk keluarga jika ingin cepat sampai," lanjut Arlan masih dengan menatap tajam Arlan.

Arlan tidak tahu bahwa ucapannya itu menbawa dampak buruk. Buktinya kini Dila tengah menatapnya tajam. Sadar akan ucapannya Arlan kembali berkata.

"Maksud Ayah nggak--"

"Ngak usah diperjelas lagi. Aku tahu maksud Ayah. Maksud Ayah, aku bukanlah bagian dari keluarga ini, bukan? Jadi aku nggak berhak untuk lewat di situ? Hahaha. Kalau gitu maaf deh, lain kali Acha akan lewat depan. Karena untuk tamu harus lewat pintu utama, bukan? Ha ha," Acha tertawa miris, tatapannya menyorotkan kekecewaan. Jadi, benar? Ia sudah tidak di anggap? Miris sekali.

"Maksud Ayah bukan gitu--"

"Udalah Bun, Acha capek. Acha ke atas dulu," Acha berjalan menuju lantai dua tempat kamarnya berada.

Baru saja membuka sebuah ruangan, ia di kejutkan dengan apa yang ada di sana. Ia menggeleng tidak percaya.

Tiba-tiba Eca datang dari belakangnya.
"Maaf ya Cha, Eca pengen bangat bobo di kamar Acha. Makanya, Eca minta sama Ayah buat pindahin kamar Eca ke sini."

"Kenapa harus kamar gue?" tajam Acha.

"Eca cuma pengen. Kamar Acha ada balkonnya. Kamar Eca nggak?" lirih Eca. Memang, kamar Eca di desain supaya tidak mempunyai balkom dan itu semua karena penyakitnya. "Tapi, kamar Acha ada di sana kok. Di kamar Eca yang dulu," tunjuk Eca antusias pada kamar di samping kamar Acha.

Acha berusaha meredam emosinya, ia berbalik dan berjalan menuju sebuah ruangan. Eca kira, Acha akan memasuki kamarnya yang dulu, ternyata salah! Acha lebih memilih memasuki kamar yang terletak paling ujung.

Brak!

Acha menutup pintu ruangan itu secara kasar. Eca terkesiap, tak lama muncul kedua orang tua dan kakaknya.

"Ada apa?"

"I-itu Bun. Acha marah kamarnya Eca tempati. Terus dia nggak mau tidur di kamar Eca yang dulu. Ia masuk ruangan yang ujung," lirih Eca sambil memilin kedua jarinya.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang