|♧ 26• SAYATAN TAK TERLIHAT!! ~》

96K 11.5K 716
                                    

~》¿♧¿☆¿♧¿《~
V
O
T
E
☆☆☆☆☆
💬💬💬💬💬

_________________________________________
VOTE☆ sebelum baca😊👐
.
.
.
.
.

Acha berjalan santai memasuki kediaman Breklin. Di sana, ia mendapati semua anggota keluarganya tengah berkumpul.

'Tuh anak udah pulang?'- pikirnya.

Baru saja Acha berniat menghampiri mereka untuk menyalaminya, mereka semua sudah bangkit dari duduknya. Mereka berlalu begitu saja meninggalkan Eca dan Acha di sana. Arlan dan Dila menuju dapur dan Rian dan Arka menuju ke luar rumah.

"Udah pulang Cha?" tanya Eca dengan senyum mengembang.

Acha hanya menatap tajam Eca, tanpa membalas ia berjalan menuju kamarnya berada meninggalkan Eca yang kini menunduk takut. Acha menghempaskan tubuhnya ke kasur.

"Kayaknya keputusan ini emang salah," gumannya pelan. Air matanya luruh begitu saja mengingat kejadian tadi.

"Gue salah apa? Apa karena kemarin? Gue udah bilang, bukan gue. Bukan gue! Tapi mengapa meraka nggak percaya?"

Prang!

Acha berteriak sambil menarik rambutnya kasar, diikuti oleh bunyi pecahan yang berasal dari vas bunga yang sudah tergeletak di bawah lantai. Jangan tanyakan mengapa tidak ada yang mendengarnya. Itu karena kamar Acha berada di pojok lantai dua dan juga penghuni rumah yang lainnya berada di lantai satu.

Drrtt

Acha membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan sebuah benda pipih dari sana. Ketika mengetahui siapa itu, dengan cepat Ia menormalkan keadaanya.

"Halo Mama!"

"Halo anak Mama!"

"Bara kangen."

"Mama juga."

"Mama kapan ke sini jenguk Bara?"

"Maaf sayang. Mama ke situ mungkin bisanya minggu depan," tak enak Acha.

"Minggu depan ya?" Bara berucap lirih.
"Nggak papah deh. Tapi janji, ya, minggu depan Mama ke sini."

Acha mengembangkan senyumnya. "Mama usahain."

"Woke!" seru Bara. "Sudah dulu ya Ma, Bara mau ke Oma dulu."

"Oke. Salam untuk orang situ ya? Dadah."

"Daahh."

Tut

Acha menghela napas sejenak. Ia meletekkan HP-nya di atas nakas. Lalu, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sekitar sepuluh menit kemudian, Acha keluar dari kamar mandi dengan pakaian santainya. Ia mengambil duduk di bangku balkon yang mirip tempat tidur. Ia malas untuk turun ke bawah.

Tangannya mulai beralih membuka sebuah buku yang ia genggam sedari tadi beserta dengan sebuah polpen. Ia mencari lembaran yang masih kosong dan mendapatinya di halaman 49.

Pena itu menari-nari di atas kertas kosong.

Dear Diary

Jujur.
Aku bingung.
Sangat bingung!
Salahku apa?
Mengapa mereka menghindar?
Kalau iya mereka tidak bisa melihat wujudku?
Tak apa.
Tapi, bukankah kakiku masih berpijak pada bumi?
Lalu, mengapa?

Tidak ada niat dalam diriku untuk mencelakainya!
Sama sekali tidak!
Bukankah mereka melihat sendiri posisiku yang sangat jauh darinya?
Lalu, bagaimana aku mencelakainya?
Dengan sulap?
Bodoh!
Aku saja tak tau cara mengucapkan mantra-mantra aneh itu.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang