|♧ 46• DUA HATI YANG HANCUR!! ~》

104K 11.5K 555
                                    

~》☆《~
.
.
.
.
.

Kalau ada typo langsung komen🙏

_________________________________________

"Bagaimana keadaanya Dok?"

Ya, setelah Acha dan Riel pergi dari rumah kediaman Breklin, penyakit Acha tiba-tiba kambuh. Riel terus mendesaknya agar segera menuju rumah sakit. Dengan sangat terpaksa Acha menuruti keinginan Riel.

"Keadaan Acha semakin memburuk. Saya mohon, jaga kesehatannya dengan baik. Memar ditubuhnya bertambah parah. Apakah Acha pernah dipukuli?"

Acha dan Riel terdiam. Ingin Acha berteriak keras 'selalu Dok!' Acha menghela napas kasar. "Saya tidak pernah dipukuli, hanya saja saya sangat sering teledor sehingga sering terpentuk."

Riel menoleh ke arah Acha dan menatapnnya sendu. Acha balik mrnatap Riel dan tersenyum seolah mengatakan, 'Acha baik-baik saja.'

Dr. Robert mengangguk. "Kamu harus jaga kesehatan dengan baik Acha. Ingat, kamu sedang mengandung, bukan hanya nyawa kamu tapi juga nyawa anak kamu," peringat Dr. Robert dengan nada pelan.

Air mata Acha luruh. Benar kata dokter, ini bukan hanya menyangkut nyawanya, tapi nyawa anaknya.

"Saya akan berusaha sebaik mungkin Dok," ucap Acha tegas, "kalau boleh tahu, seberapa parah penyakit saya sekarang."

Dokter Robert menghela napas kasar sedetik kemudian dia tersenyum. "Penyakit kamu berada pada stadium 4, jadi saya mohom dengan sangat, kamu harus selalu menjaga kesehatan."

Acha terkekeh. Sekarang Acha harus bagaimana? Acha bingung.

"Kita akan melakukan kemoterapi, tapi saya takut jika terjadi masalah dengan kandungan kamu."

"Jangan Dok, jika iya saya harus melakukan kemoterapi itu, saya mohon kemoterapinya dilakukan setelah anak saya lahir. Setidaknya jika saya tidak selamat maka anak saya tetap hidup."

Riel menatap Acha dengan sorot emosi, kepalanya menggeleng tidak setuju. "Kamu akan selamat bersama dengan anak kamu Acha."

Acha lagi-lagi tersenyum. Senyum yang bukannya membuat orang lega malah membuat Riel dan Dr. Robert khawatir. "Ngak Paman, Acha harus bersiap mulai sekarang."

_______________

Baru saja memasuki rumah, air mata Acha turun dengan lancangnya. Bagaimana tidak? Sebuah kata sakral Acha dengarkan dengan begitu jelasnya.

"Saya ingin melamar Cia."

Acha menatap Cakra tidak percaya. Jika iya Acha yang menjadi tempat kalimat tertuju, maka Acha akan sangat senang. Tapi, di sana adalah Eca, kembaran Acha dan seorang penipu bagi Acha.

Hati Acha seperti dicabik-cabik, rasanya sangat sakit. Orang yang Acha sayangi, Acha cintai, orang yang Acha tunggu selama sebelas tahun, kini-kini melamar orang lain. Dan sialnya lagi, itu karena sevuah kesalah pahaman yang dirancang oleh kembarannya.

Acha mengangkat tangannya mengelus perut buncitnya. "Daddy kamu hanya salah paham sayang," lirihnya masih dengan air mata yang bercucuran.

ACHA || Good Bye!! [Terbit✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang