17_Waktu

698 73 0
                                    

"Kayaknya bakalan susah buat gue lepasin perasaan ini untuk Pak Rama, Ra."

_Kacamata Mertua_

Sekembalinya dari ruangan Pak Rama, Rista terlihat murung dan tak banyak bergerak. Sebenernya, gue ngerasa takut kalau Rista akhirnya stres dan itu bisa mempengaruhi kehamilan dia. Tapi ... dia sendiri yang gali lubang buat dirinya. Bener, 'kan?

"Ta, udah napa jangan badmood terus, nanti gue sedih juga, Ta," ucap gue ngusap bahu Rista.

Gue lirik Chand yang memasang tampang malasnya, gue pun menyentil dahi Chan. "Kenapa lo kesel juga?"

Chan manyun bukannya menjawab, maka dengan gemas gue tarik bibirnya yang maju. "Enggak usah manyun! Nanti gebetan lo malah jijik lagi," goda gue berhasil buat Chan makin kesel, muehehe.

"Ra," panggilan Rista buat gue noleh.

"Kenapa, Ta?"

Rista natap gue lekat banget, "Lo ... tahu siapa calon istri Pak Rama?" tanyanya buat gue terdiam seribu bahasa. Apa yang harus gue jawab?

"Hm ... Chan, lo tahu, enggak?" tanya gue pada Chan, sejujurnya sih untuk mengalihkan pertanyaan Rista aja.

Chan mengetuk dagunya, sementara gue melotot ke arahnya. "Gue enggak, sih, soalnya Pak Rama enggak kasih tahu hal pribadi dia. Mungkin kalau udah nikah, dia pasti bakalan kasih tahu."

Gue noleh ke Rista, "Gue juga enggak tahu, Ta." Gue lagi-lagi usap bahu kanan dia, "Jangan mikirin hal itu lagi, ya, ada janin yang harus lo jaga, Ta."

Rista mendongak, "Ra ... salah enggak sih gue jatuh cinta sama Pak Rama?" tanya Rista dengan suaranya yang mulai bergetar.

Gue menoleh ke Chan yang masang muka judes, dan kembali lagi gue natap Rista. "Enggak salah, tapi ... kayakanya waktu yang salah, Ta," jawab gue sok bijak.

Ya Allah ... maafkan aku yang menutupi semuanya dari sahabatku ini.

Rista menunduk, "Kayaknya bakalan susah buat gue lepasin perasaan ini untuk Pak Rama, Ra."

Deg

Rista, gue mohon untuk kali ini aja, jangan lagi lo mencintai pria yang sama dengan gue. Dulu ... lo pun sempat nyimpan perasaan buat Rizwan, bahkan lo sampai tega khianatin gue sebagai sahanat lo, Ta.

Gue nunduk untuk tahan air mata yang udah hampir keluar. Gue bener-bener enggak mau kehilangan cowok yang gue cintai untuk kedua kalinya, apalagi sampai lo mau ambil lagi.

Tes

Air mata gue akhirnya jatuh juga, dan demi menghindari Rista dan pertanyaannya, gue pun bangkit dan diikuti Chan di belakang.

Gue pergi ke kampus belakang, dan gue ambil  duduk di tempat yang teduh. Gue enggak bisa tahan air maya gue lagi, dan akhirnya gue pun nangis sepuasnya.

Gie denger langkah kaki yang mendekat, dan gue yakin itu Chan karna dia ikutin gue tadi. Tanpa liat orang yang datang, gue pun mulai mengeluarkan ucapan-ucapan yang tertahan di pikiran sedari tadi.

"Chan, salah enggak sih gue nangis begini? Gue bener-bener udah enggak tahan lagi, Chan. Gue takut, takut kalau Rista bisa ambil lagi cowok yang udah gue cinta, Chan. Gue takut."

Gue terisak sambil nyembunyiin wajah gue di lipatan kaki, di atas lutut gue. "Gue berhak egois kali ini, 'kan? Pak Rama itu tunangan gue, bahkan dia bentar lagi jadi suami gue, Chan. Kemudian, Rista datang sebagai cewek yang jatuh cinta sama Pak Rama. Itu nyakitin gue, Chan."

𝙼𝙰𝙽𝚃𝚄-𝙰𝚋𝚕𝚎✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang